Bab 15

44 14 0
                                    


Hei bumi yang dicinta Matahari, akankah kau tahu banyak yang dengki padamu? Karena hanya kamulah yang 'hidup' diantara planet-planet indah milik semesta.

***


Tentang hubungan Satria dan Elena, masih menjadi paradoks dalam pikiran ruwet Faya. Ia masih tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu. Apalagi sekarang ia sedang tertelan rasa kecewa yang amat besar karena cewek itu tidak pernah menceritakan apapun padanya. Maka, sore ini setelah mereka pulang sekolah, sehari setelah party di rumah Yupi, Faya segera menggaet lengan Elena untuk menculik gadis itu ke kafe seberang jalan. Memintainya penjelasan atas kebingungannya dua hari ini.

Faya menyeruput capuccino-nya pelan, memandang Elena dengan tatapan intimidasi, nembuat gadis dihadapannya ini risih.

"Apaan sih Ya?" tanya Elena jengah.

"Coba jelasin ke gue. Semuanya. Everything's you hiding for me. Please, Le. Lo nganggep gue apaan sih?"

"Temenlah. Dan, nggak ada yang gue sembunyiin dari lo, Faya." jawab Elena singkat.

Faya menyeringai, "Temen tuh berbagi, Le. Bukan saling menyembunyikan." katanya sarkas. Elena menunduk, menatap ekspresso-nya dengan perasaan bersalah.

"Kalau lo masih nganggep gue temen lo, jelasin semuanya Le. Sama gue, sahabat lo ini." ucap Faya, nyaris menyerupai bisikan. Elena tercekat, ragu, ingin berbagi, diam-diam menginginkan dirinya seperti remaja-remaja lainnya, bebas menceritakan semuanya pada sahabatnya, tanpa ragu. Selama ini, Elena hanya belajar mendengar tanpa mengeluarkan. Namun, mendengar pernyataan tulus dari Faya, sahabatnya, membuat ia menginginkan sedikit perubahan dalam dirinya. Bibirnya terbuka,

"Satria itu kakak gue."

Dan, mengalirlah semua cerita tentang kehidupannya yang beberapa hari ini kacau kepada Faya. Tentang Regan, pertemuannya dengan Regan dan Andrea. Dan bagaimana sakit hatinya ia saat menyaksikan kedua sejoli itu mengikat janji di depannya.

----oOo----

"Le, tugas fisika lo udah? Lihat dong." Faya menoleh pada Elena, menyeringai saat melihat sahabatnya itu mendecak. Dan tersenyum saat Elena terlihat fine-fine aja saat mengeluarkan buku tugas fisikanya, dan menyerahkannya ke tangan Faya.

"Thanks" ucap Faya yang hanya dibalas gadis di sebelahnya dengan gumaman. Faya acuh, segera menyalin semua angka-angka rumit ke buku tugasnya sendiri.

Elena menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang sedikit aneh. Heran bercampur dengan kagum.

"Apaan sih Le. Ngeliatin gue sampai segitunya. Nanti naksir loh." ucap Faya.

"Ih, najis gue kalo sampe suka sama lo. Tapi, Ya. Lo nggak pernah apa suka sama cowok?" tanya Elena, ia menyangga kepalanya dengan sikunya, memandangi Faya yang sekarang mematung. Dan entah Elena salah lihat, atau matanya sedang kabur, pipi Faya memerah.

"Ng-nggak pernah tuh." Faya terbata, kembali mencatat. Tampak berkali-kali salah menulis, dan membanting tip-x sambil menggerutu.

"Bohong!" tebak Elena.

"Ngapain gue bohong sih?"

"Dih, Ya. Kan gue udah ceritain semuanya ke lo. Masa gue nggak boleh denger cerita dari lo juga sih?" omel Elena.

"Ck, berisik Le. Lo ganggu konsentrasi gue."

Past, Please! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang