Happy reading:")
Utamakan vote sebelum baca:v
Karena api tak pernah ada tanpa tersulut bara. Pasti ada alasan di semua situasi. Percaya dan yakin, bahwa kamu akan bisa menemukan solusinya.
***
Menepati janjinya, Elena dan Faya benar-benar menemani Yupi untuk mengelilingi area sekolah mereka. Mereka berjalan dari ujung utara sampai ujung paling selatan sekolah yang luasnya mencapai hampir 3 hektar. Dan itu cukup melelahkan sampai keduanya hampir ingin pingsan di tempat. Walaupun Faya mempunyai daya tahan tubuh yang baik, tapi mengelilingi sekolah adalah hal yang paling ia benci, seolah menyedot seluruh tenaganya langsung.
Oleh karena itu, sekarang keduanya sedang duduk-duduk santai di kantin, menikmati libur satu jam pelajaran mereka yang tentunya atas izin dari guru mapel yang sedang mengajar. Iya, tidak bersama Yupi, karena gadis itu keras kepala untuk melanjutkan pelajaran setelah berkeliling sekolah selama hampir 2 jam.
"Kenapa harus kita yang repot coba?" keluh Elena. Ia memijit kakinya pelan, pegal.
"Nggak tau ah, pokoknya gue nggak mau deket-deket cewek itu. Nggak tau sih, tapi firasat gue tentang dia nggak baik." kata Faya, seketika membuat Elena menaikkan alisnya heran.
"Kenawhy?"
"Nggak tau." Faya menyedot es tehnya. Ia kembali sibuk dengan basonya.
Mereka diam sejenak, sebelum Elena teringat akan sesuatu yang belum dijelaskan Faya padanya.
"Oh, ya Ya! Lo belum ceritain soal bokapnya Regan sama gue loh." Elena mengerling.
"Lo yakin mau denger?"
"Mau banget. Gue udah kepo dari kemarin."
"Oke. Jadi gini, sepuluh tahun yang lalu, keluarga Regan masih lengkap. Mereka family goals banget loh. Ayah yang humoris, ibu yang penyayang, anak yang pinter—"
"Regan? Pinter?"
"Ck, jangan dipotong kenapa kalau gue lagi ngomong." Faya melotot.
"Ya maaf." Elena menyengir, "Gue penasaran sih. Mana ada Regan yang bandelnya kayak gitu lo kata pinter?"
"Iya, bener. Gue nggak bohong. Bahkan waktu SD dia yang terus dapet peringkat satu. Firt Rank!"
"Doi bahkan lulusan terbaik tahun itu di kota gue." Elena melongo. Kalau Regan memang sepintar itu, mengapa di kelas ia seperti orang dungu? Yang hanya bisa tidur dan melawan guru?
"Dan sifat dan sikap sempurnanya itu langsung hancur saat Ayahnya dikabarkan meninggal. Jadi Regan yang sekarang. Suka bolos, melawan guru dan seperti yang lo lihat sendiri."
"Kemarin itu bener makam ayahnya Regan kan Ya?"
"Nah itu. Gue kaget banget pas nemuin makam itu, karena..." Faya melihat kanan kiri, takut akan ada orang yang mendengar ia bicara, "Dari dulu sampai sekarang, mayatnya bokapnya Regan nggak pernah ditemuin. Oleh karena itu, Regan dan mamanya frustasi berat. Mereka stres."
"Terus yang kemarin kita temuin itu apa?"
"Nggak tau, Le!" pekik Faya tertahan.
Rasanya Elena ingin menjambak rambutnya sendiri. Masalah macam apa ini? Bagaimana jalan keluarnya? Memberi tahu Regan, atau tetap menyembunyikannya? Frustasi sendiri, nafsu makan Elena hilang begitu saja.
"Yaudah, ayo masuk kelas." Elena menarik tangan Faya yang masih berusaha menyendok basonya, "Loh, Le! Gue belum kelar makannya Le!" pekik Faya.
"Halah, bodoamat. Nanti gue beliin lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Please! (COMPLETED)
Fiksi RemajaApa yang mampu seseorang sembunyikan di masa lalu? *** Dia Elena, gadis sederhana yang mencari bahagia. Hadirnya adalah senja. Kadang datang memberi bahagia. Lalu kadang pergi membawa luka. Ada banyak yang disembunyikannya di balik lakunya yang ten...