Bab 14

23 10 1
                                        

Dia adalah luka yang mustahil disembuhkan. Seperti kenangan yang tak pernah habis di pikiran. Seperti pelangi yang hilang, tapi kenangannya tetap abadi.

Maaf, tapi ini persoalan hati.

oOo

Happy reading guys
Bawa santai aja^^

oOo

Seperti dugaannya, Noah setuju saat diundang ke rumah Yupi. Elena mendesah pelan. Ia masuk ke rumahnya tanpa suara. Melihat kakaknya sedang duduk di sofa bermain ponsel. Ia melewatinya begitu saja, naik menuju lantai dua, masuk ke kamar dan menghempaskan badan di sana. Sesaat kemudian, terdengar langkah kaki ke lantai dua.

Itu pasti kakaknya, Satria.

"Dek"

"Hm?" Elena membenamkan wajahnya di bantal.

"Kamu gapapa kan?"

"..."

"Bicara yang jelas dong." Satria duduk di samping adeknya. Menarik-narik tangan adiknya itu gemas.

"..."

"Udahlah, kalau patah hati tuh jangan diterus-terusin."

"..."

"Hell. Bocah bangke, kalau kamu nggak bangun juga, kakak seret nih." Satria berdiri.

"..."

"Dek." Satria menyeret kaki adiknya untuk turun dari ranjang. Kaki adiknya kini sempurna menggantung. Sontak, Elena menjerit.

"Kakk!"

"Apa?"

"Lepasin!"

"Nggak mau kalau kamu nggak turun."

"Yaudah. Lepasin!" bentak Eleba. Satria melepaskan kaki adiknya.

Satria menatap adiknya yang bangkit duduk.

"Nggak mau cerita nih sama kakak?"

"Bukannya nggak mau, tapi belum siap." Elena masih sakit hati. Dia tidak mau mengungkitnya lagi. Setidaknya untuk sekarang.

"Oke. Nggak pa-pa kalau nggak mau cerita sekarang. Tapi jangan nangis terus ya?" Elena mengangguk, tapi ia tidak berjanji.

"Kak, nanti temenin Elena ke perumahan sebelah, bisa nggak?"

Kening Satria berkerut, "Ngapain?"

"Udah lah, pokoknya kakak harus ikut."

----oOo----

Sore hari di rumah Yupi..

Elena menginjakkan kaki lagi di istana itu. Tidak sendirian karena kakaknya mau-mau saja diajak, seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Mereka mengenakan pakaian santai, setelah melalui debat panjang karena berbeda pendapat. Satria menginginkan paling tidak mereka menggunakan kemeja minimal katun, Elena berpendapat lain, katanya,

"Kita tuh mau party khas SMA kakak! Bukan party kantoran."

Toh, saat mereka masuk, teman-temannya juga mengenakan pakaian serupa. Kasual maksudnya.

Elena dan Satria diantar oleh seorang pelayan, masuk ke rumah besar itu, melintasi beberapa lorong yang terang, hingga mereka sampai di halaman belakang rumah Yupi yang rindang. Di sana, beberapa alat pemanggang berdiri kokoh dengan bara api yang menyala. Ini mengingatkan Elena akan malam dimana ia, Faya, dan Regan memanggang ikan bersama.

Past, Please! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang