Bab 24

35 6 0
                                    

Kau tahu apa yang lebih menyakitkan dari tidak dicintai? Dihindari.

*

Yupi tak berbohong. Gadis itu benar-benar menelepon semua teman-teman Noah untuk menjenguk cowok itu. Kamar yang tadinya sepi, seketika ramai dengan kedatangan mereka.

"Woy, gimana sih men? Masa gamers bisa sakit?" sapa Gara sesaat setelah cowok pendek itu masuk ke kamar Noah. Tak lupa bahu Noah ditepuknya. Noah hanya nyengir tertahan.

"Doi juga manusia kali Gar." balas Regan yang langsung duduk di sofa khusus.

"Hai, Noah. Lo udah baikan?" sapa Elena basa-basi, gadis itu duduk di samping Regan.

"Udah, lumayan." balas Noah.

"Oh, ya. Faya mana?" tambahnya. Elena mengangkat bahunya acuh. Noah mengernyitkan kening.

"Lo nggak kangen ngegame apa?" tanya Gara.

"Kangen lah. Banget!"

"Yaudah, makanya cepet sembuh."

"Ntar an aja, enak rebahan gini, gak usah mikir pelajaran."

Gara ngakak.

"Tugas tuh, numpuk. Bakal sakit lagi kayaknya lo kalau tau seberapa banyak tugas minggu ini."

Noah mengeluh perlahan.

"Mampus gue."

"Tuh, gue bawain buah. Jangan lupa dimakan ya," ucap Catrina. Kekasih Noah itu segera menempatkan dirinya di kursi samping ranjang rumah sakit.

"Iya. Makasih Cat." ucap Noah, perlahan.

Regan menarik tangan Elena keluar, ia juga berbisik pada Yupi dan Gara agar mengikutinya keluar ruangan.

"Biarin mereka bicara." katanya.

Pintu menutup, hening kemudian. Catrina tidak jua bicara. Noah pun demikian.

"Gue tadi di kasih tahu dokter. Katanya tadi lo trauma. Dia nggak tahu pemicunya apa, karena lo nggak mau ngasih tahu. Karena gue nggak bodoh, jadi gue mau tanya. Lo trauma sama kereta?" Catrina memandang Noah tajam. Noah bergeming, tak mau menyakiti hati kekasihnya.

Catrina mendapat jawaban dari keterdiaman Noah. Diam berarti iya.

"Kok lo nggak bilang sih? Lo buat gue kelihatan jahat tahu!" air mata Catrina tiba-tiba membanjir. Noah merasa sangat bersalah.

"C-cat.. Maaf. Gue cuma nggak mau bikin lo kecewa."

"Seharusnya lo cerita sama gue, Noah. Jangan bikin gue ngerasa bersalah kaya gini." tangis Catrina semakin kencang.

Noah mencoba bangun dari kasurnya, ia mengungkung Catrina pada sebuah pelukan.

"Maaf, Cat." bisiknya pelan.

***

Kamar kembali lengang. Regan yang tadi mendengar isakan Catrina, kini tak mendengar apa-apa. Ia memerintahkan teman-temannya untuk masuk.

"Pegel tau, nunggu di luar. Gue juga pengen dipeluk Noah!" ujar Gara, asal-asalan. Noah mendelik. Catrina mendengus.

"Seharusnya nggak usah keluar tadi. Keluar nggak keluar juga liat kan?" katanya sinis.

"Weits, sensi amat mbak. Oh-oh, wajah mbak Tri merah nih. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?" gurau Gara. Bocah geblek itu sudah berdiri hendak berlari.

Past, Please! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang