Bab 12

35 9 0
                                        

"Kamu, diam-diam mengobati, tetapi diam-diam tersakiti sendiri"
    

              ****

Happy reading:")

Setelah mengobati tangan Yupi yang sempat terluka, Elena menanyakan alamat rumah gadis itu. Dan betapa kagetnya dia saat melihat rumah Yupi. Rumah di komplek khusus pejabat, dengan halaman yang sangat luas. Bahkan, mereka harus mengendarai CRV milik Noah menuju  ke tepat di depan pintu rumah kalau tidak mau pegal berjalan melintasi halaman. Sumpah, itu halaman terluas yang pernah di lihat Elena. Tapi, halaman itu tentu tidak kosong melompong, beberapa patung tampak berdiri di beberapa sudut halaman, ditemani air mancur buatan yang bergemericik kalem.

Oke, kesimpulannya adalah. Yupi benar-benar kaya! Gosip tentang anak-anak gading itu menang benar adanya.

Elena pasti lupa bahwa keluarga Niswardhani adalah salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Ayah Yupi adalah seorang pejabat kota. Ibunya desainer terkenal. Kakaknya dokter ternama yang bekerja di laboratorium paling terkenal di Indonesia, International Gemological Laboratory (IGL)*

____÷±±±____

*cari di google kalau nggak tahu IGL.

__÷÷_÷_____

Mereka bertiga turun dari mobil dam langsung di sambut oleh sepasukan penjaga. Ini tidak melebih-lebihkan. Benar-benar ada sekitar sepuluh orang berseragam hitam-hitam yang berdiri di sana, menghadang Elena dan Noah. Mengacungkan senjata api.

"Mereka nggak jahat pak." Yupi berkata lemah. Serentak, sepasukan penjaga itu menuruti perkataannya. Elena dan Noah melongo.

"Antarkan aku ke kamar, Edward." gadis mungil di dekapan Noah itu memanggil salah satu penjaga berseragam. Lalu dalam sekejap, tubuh Yupi sudah berpindah tangan.

"Kalian pulanglah. Makasih udah nganterin aku." Begitu saja, lalu Yupi dan sepasukan penjaga hitam-hitam hilang di telan pintu istana itu.

"Oke. Jadi kita nggak diberi imbalan nih?"

"Emang lo ngarep?"

"Nggak juga sih."

"Yaudah ayo pulangin gue ke rumah gue." Elena kembali masuk ke mobil Noah. Noah menggaruk belakang kepalanya sebentar sebelum segera masuk karena bentakan Elena.

Noah menyalakan mesin.

"Rumah lo dimana?" tanyanya.

"Deket kok."

"Jangan bilang kalau rumah lo juga segede istana kayak rumah Yupi."

"Nggak." Elena menjawab singkat. Dia dapat mendengar Noah mengeluh frustasi.

"Bisa nggak sih sehari isinya orang normal semua?" gumamnya pelan.

"Gue denger loh." 

Dan seterusnya adalah keterdiaman. Noah melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang, dan Elena sesekali menunjuk arah jalan yang benar. Beberapa menit kemudian, mereka meninggalkan perumahan yang penuh dengan istana itu dan menyambut perumahan lain yang lebih masuk di akal. Maksudnya, rumah-rumah sederhana. Minimalis namun terlihat nyaman.

"Stop. Itu rumah gue. Makasih udah dianterin, oke?" Elena membuka pintu mobil dengan cepat setelah Noah menghentikan mobil CRV-merahnya.

"Sama—"

Blamm!

Elena membanting pintu CRV merah Noah dengan sangat keras.

Di dalam mobil, Noah berdecak dan menggerutu dalam diam. Dia kemudian melajukan mobilnya, meninggalkan kawasan komplek perumahan itu. Meninggalkan Elena yang langsung masuk ke rumah. Tidak memandang sedetikpun pada mobil Noah yang meninggalkannya.

Past, Please! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang