If we had time before, i promise. You'll never had those broke. Now, i feel so clueless.
—Regan Montana—***
H-5 purnawiyata
Seorang gadis sedang berjalan terseok-seok karena tangannya dipenuhi tumpukan buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Buku paket untuk persiapan Ujian Kenaikan Kelas. Elena tidak ingin nilainya jebol karena tidak belajar dengan baik.
Gadis itu sesekali terhuyung karena beban buku yang tidak main-main. Baiklah, memang Elena terlalu baik karena selain meminjam untuk dirinya sendiri, ia juga meminjamkan buku untuk sahabatnya—Faya.
Lihatlah, sahabatnya kini sedang asyik berpacaran dengan Delvan. Kalau cewek itu bukan sahabat Elena, mana sudi gadis yang sekarang merutuk karena salah satu bukunya jatuh itu mau jadi babu.
"Ck, pake jatuh lagi." Elena berniat jongkok untuk mengambil buku yang jatuh sambil menyeimbangkan kakinya yang pegal, tapi naas, kakinya gemetar dan semua bukunya jatuh berserakan.
Sambil mengumpat dalam hati—dan mengabsen seluruh kebun binatang—Elena memunguti buku paket tebal itu dengan hati gondok.
Lalu tiba-tiba seseorang datang, mengambil buku berjudul BIOLOGI lalu menyerahkannya pada tumpukan buku yang sudah di tata Elena.
"Gue bantuin," kata laki-laki itu sambil mengambil buku lainnya.
Elena menatap tajam laki-laki yang memunguti buku-bukunya. Setelah buku-buku tebal itu tertumpuk rapi di tangan Elena sampai melewati batas kepalanya, gadis itu berlalu.
"Gak usah peduliin gue," ucapnya saat ia lewat di samping laki-laki itu.
Regan menghela napasnya pelan, hatinya gundah menatap punggung gadis yang berjalan menjauhi dirinya itu.
***
Bel berdering kencang menandakan akhir dari hari melelahkan di sekolah swasta itu. Semua siswa bersorak senang, sembari memikirkan apa yang akan mereka lalukan setelah pulang sekolah. Ada yang nongkrong di warung, ekstrakurikuler, belajar untuk UKK di perpustakaan, atau kebanyakaan pulang—seperti Elena.
Gadis itu baru saja keluar dari kelas untuk menyusul Faya di parkiran. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering.
Nama Faya terpampang jelas di ponsel Elena.
"Iya, Ya?"
"..."
"Oh, gitu? Yaudah gapapa, aku bisa telpon kak Satria buat jemput."
"..."
"Iya gapapa. Aku tutup ya," Elena mendengus kecewa. Faya—yang biasa jadi ojeknya—sedang ada acara keluarga dadakan. Mungkin karena alasan itu Faya cepat-cepat meninggalkan kelas dan melupakan Elena.
Gadis itu mendial nomor kakaknya. Lama sampai nada sambung itu terdengar.
"Halo dek? Kakak sibuk nih, aku telpon nanti ya."
Tuutt!
Kakaknya memutuskan panggilan sepihak, membuat Elena yang bersiap berbicara—mulutnya sudah terbuka—kembali diam dan menutup bibirnya rapat.
"Terus gue pulangnya gimana? Ck, kenapa semua orang tiba-tiba sibuk sih?" gerutunya sambil berjalan keluar dari gerbang sekolahnya—menuju halte terdekat—mencari angkot.
Dari dulu, ia sangat membenci angkutan umum. Terlalu ramai dan sesak katanya. Elena benci keramaian.
Sekarang, gadis itu dipaksa naik angkot. Sungguh hari yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Please! (COMPLETED)
Roman pour AdolescentsApa yang mampu seseorang sembunyikan di masa lalu? *** Dia Elena, gadis sederhana yang mencari bahagia. Hadirnya adalah senja. Kadang datang memberi bahagia. Lalu kadang pergi membawa luka. Ada banyak yang disembunyikannya di balik lakunya yang ten...