Pict : Regan a.k.a Sehun EXO
Give me reason,
To prove me right,
To face new divide***
T
im Noah memulai, baru beberapa menit kemudian Tim Regan menyusul, itu kesepakatannya. Noah memang sedang beruntung malam ini. Karena menang suit, ia memegang peta asli sementara Tim Regan harus puas hanya dengan foto peta di ponsel.
Elena memegang senter. Faya berjaga di belakang, Noah di depan memandu jalan. Formasi yang sangat pas.
"Jangan sampai salah jalur, Pen." ujar Faya dari belakang.
"Iya." Noah melirik petanya. Di depan mereka, beberapa ratus meter lagi, akan ada pohon kembar. Petunjuk pertama.
Hutan lengang, suara jangkrik dan angin malam menyambut mereka dalam harmoni hutan yang sendu.
Bulan dalam fase sabitnya, sedang pelit mengirimkan cahaya. Bintang hanya sedikit malam ini. Terhalang mendung tipis.
Elena mendengus kedinginan. Jaketnya lebih tipis dari jaket teman-temannya. Untung saja dia tidak mudah sakit.
"Elena, soal masalah yang kemarin, lupain aja. Lo juga nggak wajib ganti kok. Gue punya banyak yang kayak begituan." tiba-tiba saja, Noah berceletuk. Dan Elena, lega begitu saja. Dia menghembuskan napas pelan.
"Tapi, lo tetep punya utang lho ya. Awas kalau gue minta bantuan lo, lo nggak mau." ancam Noah, berhenti mendadak. Alhasil, hidung Elena menabrak punggung cowok itu. Elena mengaduh. Noah berbalik. Faya mengomel.
"Apaan sih. Kok tiba-tiba berhenti?" omel Faya.
"Kita sampai. Itu pohon kembarnya. Petunjuk kita yang pertama." ucap Noah. Elena mengarahkan senternya ke pohon itu sambil melirik peta.
"Eh, iya. Sama." katanya.
Noah dan Elena saling lirik, lantas terintrupsi Faya, "Yaudah. Nunggu apa lagi?"
"Ditulis di peta ini. Kita harus nemuin sebuah petunjuk." ucap Noah.
"Petunjuk?"
"Petunjuk. Clue. Sebuah tebakan. Atau pertanyaan. Dan kita disuruh mencari jawabannya agar menemukan petunjuk yang lain." jelas Elena.
"Terus carinya dimana?" Faya gusar. Beberapa kali nyamuk-nyamuk hutan yang ganas menyerang tubuhnya. Terkadang, ia berhenti hanya untuk sekadar menepok bagian yang digigit nyamuk.
"Ya di pohon itulah." Noah berjalan mendekati pohon kembar.
"Elena, senternya. Bantu gue cari!" ucap Noah. Elena mendekat, ia menyumpah dalam hati, lalu menyorotkan senter seperti yang diperintahkan Noah. Faya ikut mendekat.
Noah menyibak rerumputan yang tumbuh di sekeliling pohon, memeriksa tiap inci kulit pohon. Namun, nihil. Tidak ditemukan petunjuk apapun. Tapi, Noah tidak menyerah, ia memutuskan untuk menaiki pohon itu, mencari-cari lubang ataupun celah. Dan bingo!
"Ketemu!" Noah melemparkan sebuah kotak kayu yang dengan cepat ditangkap Faya. Noah melompat turun.
"Coba buka." Noah meraih kotak itu, membukanya. Di dalamnya ada gulungan kertas yang sama lusuhnya dengan kertas peta. Elena mengarahkan senternya ke arah kertas itu, menemukan rentetan kata yang langsung dibacanya.
"Terlihat elok wahai. Dua kembaran ini gagah perkasa, dari atas terlihat kokoh nan besar. Dari bawah terlihat tinggi nan gagah. Hanya orang-orang tertentu yang bisa menaklukannya. Lihatlah oh lihatlah, mereka kembar, berdiri sombong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Please! (COMPLETED)
Teen FictionApa yang mampu seseorang sembunyikan di masa lalu? *** Dia Elena, gadis sederhana yang mencari bahagia. Hadirnya adalah senja. Kadang datang memberi bahagia. Lalu kadang pergi membawa luka. Ada banyak yang disembunyikannya di balik lakunya yang ten...