Jam 10 pagi. Gadis itu mengetuk-ngetukan jarinya ke atas meja. Ia mengernyitkan dahi sambil memandangi layar ponselnya.
Telfon. Cepat, Kang Yebin!
Satu jam sebelumnya, Yebin menghubungi Krystal untuk meminta nomor pribadi Minkyung. Seperti yang Yebin duga, Krystal akan menggodanya
"Yakin cuma untuk minta maaf?" Godanya seraya tertawa di ujung sambungan telfon mereka.
Sekarang ia menyerah. Kepalanya pusing akibat rasa bingungnya sendiri. Yebin memejamkan mata sambil memutar kursinya, membiarkan tubuhnya mengikuti gerakan kursi. Ia melirik jam tangannya, sejam lagi ia harus menemui beberapa programmer dan bagian pemasaran.
Aku harus menelfonnya. Apa susahnya sih!
Jari Yebin mengetuk layar ponselnya. Kontaknya tersimpan sebagai Kim Minkyung, cukup normal.
Ia menelan ludah sebelum mengetuk tombol telfon.
Dan suara sambungan telfon terdengar..
"Halo, siapa ini?"
Sialan!
Suara itu!Tubuh Yebin merinding.
"Kim Minkyung. Ini aku, Kang Yebin."
Minkyung yang dalam perjalanan ke Gangnam untuk briefing dengan staff untuk reality show terbarunya memutuskan mampir ke Kafe untuk membeli Americano. Sampai, telfonnya berdering sesaat ia selesai membayar pesanannya.
"Halo, siapa ini?" Ujarnya sambil berjalan menuju mobil.
"Kim Minkyung. Ini aku, Kang Yebin." Minkyung sangat mengenali suara itu. Ia batal membuka pintu mobilnya, penelfonnya adalah Yebin.. dan didalam ada managernya.
"Jangan telfon lagi, tunggu aku menelfonmu. Aku sedang mengerjakan sesuatu."
Lalu sambungan telfon mati.
Jantungnya masih berdegup dengan kencang. Sialan, Kim Minkyung! Segera dengan tergesa-gesa Yebin menekan nomor seseorang."Hai Gyul! Kamu lagi sibuk nggak?lagi apaaaaaa?" Ujarnya tergesa-gesa.
Gyuri tertawa di ujung telfon. "Lagi nunggu sesi foto, kenapa sih astaga? Hahaha"
"I love you so much! Cuma mau bilang itu. Daaaaaah."
Dan telfon tertutup. Aneh memang Kang Yebin. Tiba-tiba saja ia butuh telfon Gyuri. Ya, setelah dibuat deg degan oleh Minkyung.
Dasar, Kang Yebin.
3 tahun menjalin hubungan dengan Gyuri belum pernah ia sekhawatir ini. Ibarat, dulu candunya hilang. Ya, Kim Minkyung. Kim Minkyung mulai bermain-main di sana, di pikirannya.
Lalu telfon kantornya berbunyi, sekretarisnya bilang kalau ia sudah ditunggu programmer dan orang-orang pemasaran. Yebin segera menemui mereka. Walaupun dengan hati yang gusar.
Selama briefing kecil mereka, Yebin tidak bisa konsentrasi. Matanya terus tertuju pada layar ponsel yang ia genggam.
Ponselnya menyala. Segera ia mengangkat telfonnya.
"Kalian lanjutkan saja rapatnya, bisa ku tinggal kan? Thank you!" Yebin membuat orang-orang di ruang rapat kaget. Ia sedikit berlari keluar ruangan."Ya Kim Minkyung?" Ya, penelfonnya adalah orang yang sudah ia tunggu-tunggu.
"Ada apa?" Balasnya ketus.
"E e e.. aku mau ajak kamu makan siang, sekaligus sebagai permintaan maaf dariku untuk yang kemarin. M-maaf."
Di ujung telfon, Minkyung sedang memilih-milih baju disebuah toko. Rapatnya berakhir lebih cepat, lagian dia nggak ada schedule hari ini. Makanya Minkyung memutuskan untuk belanja aja.Ia menghentikan aktivitasnya saat mendengar ajakan Yebin.
Makan siang?
Minkyung yakin kalau maksud dari telfonnya adalah permintaan maaf. Tapi Minkyung tak menyangka kalau Yebin sampai mengajaknya makan siang.
"Makan siang?" Ia sedikit terkejut.
Dengan suaranya yang khas, Yebin menjawab "Ya, makan siang. Jadi aku bisa menjemputmu dimana?"Jantungnya berdegup kencang, "M-menjemputku?"
"Iya.. kirimkan lokasimu. Aku akan segera ke sana."
Senyumnya mengembang, segera Minkyung menyimpan nomor ponsel Yebin dan mengirimkan lokasi lewat ktalk.
Dan,
Seseorang menepuk lengan Minkyung saat ia berdiri di depan toko itu. 6 tahun berlalu dan akhirnya mereka bisa bertemu lagi di keadaan yang tidak gila seperti semalam.
Ternyata, suasana malah canggung.
"H-hai.. emm.. eee sini belanjaannya aku bawain. Di luar sini dingin banget, kita langsung aja yuk."
Sudah lama sekali, astaga.. Minkyung merindukan momen seperti ini. Yebin tersenyum, membukakan pintu mobil untuk Minkyung yang menggunakan coat dan syal hitam yang menutupi separuh wajahnya. Ia kira hal seperti ini hanya akan menjadi khayalannya saja.
Sambil mulai menyetir, mata Yebin mengerjap kebingungan. Di dalam sana hanya terdengar lantunan musik dari audio mobil.
"Kang Yebin, kau apa kabar?" Akhirnya, pertanyaan Minkyung memecah kecanggungan mereka.Yebin tertawa canggung, "hahaha, bagaimana ya.. lumayan. K-kau?"
"Kabarku baik. Jadi kita mau makan apa?" Ia menatap Yebin yang fokus menyetir.
"Aku tau tempat pasta enak di dekat sini, aku dan Gyuri sering mampir ke sana."
Gyuri. Perempuan beruntung itu
"Pasta.. boleh juga."
Sisa perjalanan mereka hanya diam. Sebentar-sebentar Minkyung mencuri pandang pada Yebin. Ia yakin banyak yang berubah dari Yebin, tapi satu yang Minkyung sadari, gadis ini masih mandiri seperti dulu. Ada rasa bangga di hatinya.
Sesampainya di sana, Yebin tidak bisa lepas dari kebiasaan membukaan pintu mobil untuk Gyuri. Jadi.. ya.. ada yang jantungnya makin deg degan.
Kenapasih harus dibukain gini... ah yebin..
Dengan penuh kebodohan yang murni dan tidak dibuat-buat, Yebin menggandeng tangan Minkyung. Ya, saking murninya, dia nggak sadar kalau lagi menggandeng tangan Minkyung sampai beberapa menit. Ia kira sedang pergi bersama Gyuri.
Yebin tertawa canggung , "Ehehee, maaf maaf." Lalu melepaskan gandengannya. Minkyung juga tertawa canggung. Suasana di sana canggung sampai ke tulang. Astaga.
Mereka mulai makan dan ngobrol. Mereka harus catching up tentang banyak hal satu sama lain. 6 tahun bukan waktu yang sebentar. Banyak luka dan pembelajaran yang Yebin dapat selama itu. Dari keluarganya.. dan dari perempuan didepannya...
Kim Minkyung."Jadi sering makan di sini?" Tanya Minkyung sambil meneguk sedikit Red Wine nya.
"Sering, kau tau kan Gyuri sangat suka sekali makan. Jadi di sini salah satu tempat favoritnya." Menurut Minkyung, mata Yebin terlihat berbinar saat membicarakan Gyuri.
Gyuri lagi.
"Kang Yebin, setelah ini ada janji?"
Yebin menggeleng dekan mulut yang masih penuh pasta.
Anak ini masih aja belepotan kalau makan.
Minkyung menyeka ujung bibir Yebin yang belepotan. Lalu Minkyung melanjutkan ucapannya,"Sebenarnya banyak hal yang tidak bisa di ceritakan di sini. Mau ke tempat lain?"
"Kalau kau ingin bicara di tempat lain boleh saja."
"Jujur, tapi aku masih bingung kita harus kemana.."
"Kita bisa ke Villa ku." Ujar Yebin yang masih serius makan.
"Villamu?"
"Ya, di Ganghwa."
Ia mau membawaku ke Ganghwa? Berdua?

KAMU SEDANG MEMBACA
A | Rore • Minkyebin
FanfictionHarta, Tahta, RoA - Sequel dari Superior You Baca: https://my.w.tt/vcFoJ7G3BS