Bagian 21

98 18 3
                                    

Pukul 1 dini hari.
Ketika rumah mewah ini kembali sepi. Minhyuk sudah 30 menit berbicara dengan kedua orang tuanya di ruang kerja Tuan Kang. Krystal dengan persaan cemas menunggu di ruang keluarga bersama Jaehyun dan Minkyung.

Minkyung larut dalam rasa khawatirnya. 
Mina sedikit berlari saat menemui Minhyuk dan Jaehyun.
"Maaf, Oppa, tapi ada yang harus aku bicarakan denganmu."
Minhyuk menanggapi adik sepupunya dengan ramah.
"Aku menyapa Yebin unnie di sana dan dia bilang.." seraya Mina melanjutkan kalimatnya, Minhyuk mulai memastikan keadaan adiknya. Ia beberapa kali melihat ke arah Yebin yang sedang duduk di halaman belakang.
"Dia bilang kalau, dia sedang bersama J-jeonghan oppa.."

Minkyung ingat bagaimana ekspresi orang-orang disekitarnya itu terkejut.
Minkyung menyenggol lengan Jaehyun dan berbisik,
"Memang kenapa, Jae?" 
Mungkin itu kali pertama Minkyung melihat raut wajah khawatir dari Jaehyun untuk Yebin.
Ia menatap Minkyung dengan mata membulat
"Jeonghan sudah lama meninggal."  Jaehyun melanjutkan ucapannya, "Apa Yebin sudah benar-benar gila?" yang mana sudah tidak Minkyung dengarkan lagi karena yang ia tahu setelah itu Minhyuk berlari dengan kencang ke halaman belakang.

Penghuni rumah ini sungguh aneh. Itu yang selalu membuat Minkyung heran. Sebenarnya, yang harus mereka lakukan sekarang adalah menemani Yebin, memberikan dukungan kepadanya bukan malah meributkan hal lain yang bisa dibahas nanti-nanti.

Minkyung gelisah. Ia bisa merasakan tangannya berkeringat. Sampai akhirnya,
"Aku akan menemani Kang Yebin." usulnya membuat Krystal sedikit terkejut. Krystal menaikkan kedua alisnya pada Minkyung bertanya-tanya.

Yang benar saja anak ini? Bisa ada yang curiga kalau mereka pernah kenal.

"Tunggu di sini dulu aja." Jawab Krystal dengan suara tenang.

"Serius? Kang Yebin sedang berhalusinasi tentang orang yang sudah meninggal dan kalian hanya membuatnya diam sendirian di dalam kamar?" Minkyung terdengar sedikit marah.

"Yebin tidak butuh kesendirian, karena mungkin semua itu disebabkan kesendiriannya selama ini.-" lanjut Minkyung yang segera di potong oleh Jaehyun.

"Kim Minkyung, apa yang mengganggu isi kepalamu? Kau diam di sini. Kau hanya perlu duduk dan diam." Dan, itu membuat Minkyung semakin marah. Rasa khawatirnya terhadap Yebin beradu dengan amarahnya akan sense rendah keluarga ini.

"Aku akan mendengarkanmu lain waktu." Setelah mengucapkan kalimat itu, Minkyung bergegas pergi. Ia segera menuju kamar Yebin. Khawatir, ia hanya khawatir.

"Kim Minkyung!" Ia mendengar Jaehyun membentaknya. Tidak peduli, ia terlalu marah. Minkyung mendengar suara highheels mendekat. Krystal mengikutinya, "Akan kutemani." Ia menepuk-nepuk punggung Minkyung.

Malam ini cukup membuat Krystal lelah untuk berfikir dengan benar. Kalau kepalanya tidak sepusing ini, Krystal mungkin akan menjadi orang pertama yang pergi menemui Yebin. Tapi masalahnya, ia sudah pusing memikirkan acara malam ini.

Entah mengapa, jantung Minkyung berdegup dengan kencang. Ia menarik  gagang pintu berornamen klasik itu. Jantungnya berhenti sejenak. Kamar itu kosong.

Dimana Yebin?!

Lalu Krystal berbisik. Menunjukan pintu balkonnya terbuka. Astaga, jantung Minkyung hampir copot. Ia kira Yebin pergi entah kemana. Minkyung mendapati Yebin yang berdiri sambil memandangi lampu-lampu kota. Ia tidak menyadari kehadiran kedua calon kakak iparnya itu.

"Kang Yebin." Suara Minkyung begitu lembut. Sambil membelai punggungnya pelan. Yebin menengok, melihat Minkyung, ia langsung memeluknya. Gadis yang lebih tinggi itu mendekapnya. Ia mendengar Yebin terisak di dalam pelukannya.
-
"Kau urus Yebin."

Minhyuk mendengus mendengarkan ucapan ayahnya.

"Tolong biarkan Yebin tinggal." Ini bukan pertama kali Minhyuk memohon pada ayahnya yang kolot itu.

"Jelas rumah ini tak cocok baginya." Pria itu masih kolot saja.

Minhyuk segera berdiri dari tempat duduknya. Ia marah.

"Aku tidak ingin ada orang-orang yang menyesal lagi. Aku tidak ingin Yebin berakhir seperti Jeonghan. Jika itu yang Aboji inginkan, aku akan mengurusnya sendiri. Permisi."

Dengan penuh sopan santun, ia pergi dari ruang kerja ayahnya itu diikuti oleh ibunya.

"Minhyuk."
Minhyuk berhenti sejenak di koridor saat ibunya memanggil.

"Soal Yebin, jika ada apapun yang dibutuhkan kau bilang pada Omma."
Ada kilatan rasa khawatir di mata ibunya itu. Minhyuk, lelaki itu mendekat dan memeluk ibunya.

"Omma jangan khawatir. Akan ku hubungi bila ada apa-apa. Aku pergi dulu."
-

Minhyuk mendiskusikan semuanya dengan Krystal. Lalu mereka membicarakannya dengan Minkyung dan Jaehyun.

"Aku yang akan menemaninya." Ujar Minkyung. Jaehyun terperenjat dengan wajah penuh protesnya. Ia berdecak tak percaya. Minhyuk dan Krystal juga sangat kaget, tapi mereka memahami bagaimana yang Minkyung rasakan.

"Terserah. Lakukan apapun yang kau mau." Setelah menumpahkan kekecewaannya pada Minkyung, Jaehyun pergi dari rumah itu.

-

Yebin tertidur, bersandar ke bahu Minkyung di kursi penumpang. Mereka diantarkan oleh Minhyuk dan Krystal ke apartemen Yebin. Sebelumnya, Minkyung menggeledah isi lemari di kamar lama Yebin dan menemukan Track Top dan celana training merah muda untuk Yebin serta mencari baju yang nyaman untuk menggantikan gaunnya itu. Melihat isi lemari Yebin, Minkyung sedikit bernostalgia saat ia menemukan seragam SMA HakJung milik Yebin tergantung rapih di dalam sana. Hari-hari disaat Yebin masih mengenakan itu, saat mereka berdua menghabiskan waktu di flatnya sepulang sekolah.

Karena Yebin tidak mau bangun dan jalan masuk ke apartemennya, jadi Minhyuk, satu-satunya pria disitu harus menggendong perempuan 23 tahun yang mengenakan track top pink. Hari ini malam Sabtu, Siyeon akan pulang ke rumah untuk mengunjungi orang tuanya. Sedangkan mereka sudah menekan bel selama 5 menit dan menunggu seseorang membukakan pintu.

"Uummmh, rumah kosong, masukan saja pinnya." Ucap Yebin yang hanya setengah sadar. Minhyuk mendengus sebal karena mereka sudah 5 menit berdiri di depan pintu. Tidak hanya berdiri, seorang diantara mereka ada yang harus menggendong bayi besar di punggungnya. Krystal dan Minkyung hanya tersenyum.

Minhyuk mengantarkan Yebin ke atas kasurnya.
"Minkyung, terimakasih sudah mau menjaga Yebin. Pagi atau siang akan ku kirim seseorang untuk menjemputmu." Minhyuk merapikan kemejanya.

"Tidak masalah Oppa, kalian harus istirahat. Hari ini sangat panjang dan melelahkan bagi kalian."

Setelahnya, apartemen itu kosong. Hanya ada Minkyung. Ia masuk ke dalam kamar dan duduk di atas kasur tepat disamping Yebin. Minkyung memandangi wajah polosnya saat tidur. Astaga, gadis ini sangat manis dengan pakaian serba pinknya itu. Tiba-tiba ia kepikiran sesuatu. Tidak mungkin dirinya berada di sini sampai waktu yang lama. Minimal ada seseorang yang bisa ia hubungi mengenai kondisi Yebin. Seseorang yang bisa menjaganya.

Minkyung melirik ponsel Yebin yang masih digenggamannya. Pelan, ia mencoba melepaskan ponsel itu tanpa Yebin ketahui. Lalu ia menempelkan ibu jari Yebin pada ponsel untuk membuka kunci ponsel itu.

Minkyung pindah duduk di depan meja kerja Yebin. Ia berusaha menyalin salah satu kontak dari ponsel Yebin ke ponselnya. Sebentar setelah ia menyimpan kontak itu, Minkyung mendekatkan ponselnya ke telinga.

Nada tunggu, orang tersebut tidak menjawab. Ia mencoba menghubunginya lagi.

Nada tunggu, lalu telfon diangkat. Terdengar bahwa orang di seberang sana sedang berada di keramaian.

"Ya? Siapa?" Tanya orang di ujung telfon.

"Hai, maaf mengganggu. Jang Gyuri, ini Minkyung, Kim Minkyung. Ada yang perlu kubicarakan mengenai Yebin."

A | Rore • MinkyebinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang