Bagian 12

111 19 4
                                    

Hari yang panjang. Yebin memutuskan untuk kembali.. kembali kemana ya? Ia memilih untuk kembali ke kantor.

Di lantai 7, sewaktu pintu lift terbuka. Yebin tertawa, ia melihat orang-orang di kantor mencoba menyambutnya.

" Ah kalian! Aku habis dari kantor polisi, bukan dari tandatangan kontrak proyek!" Canda Yebin memandang karyawannya, yang juga teman-teman kuliahnya dulu.

Yebin memulai harinya, yang sudah terlambat ini dengan rapat-rapat bersama kepala divisi. Ya, lagi-lagi ia lupa sesuatu. Ia harusnya segera menelfon Gyuri saat semua masalahnya terselesaikan. Mungkin dia lupa. Mungkin.

Hingga ia telah larut dalam pekerjaan. Rapat siang tadi sedikit membuatnya gusar. Ia yakin orang di kantor juga merasa khawatir. Ya, Yebin masih muda. Belum punya pengalaman menjadi CEO sebelumnya, ini adalah perusahaan pertamanya.

Sampai, 4 bulan lalu, nama Lucas Wong terdengar hingga ke telinga Yebin. Ini bukan masalah baru, sudah 4 bulan berturut-turut gagasan Itu dibahas dalam rapat mereka.

Yebin adalah pemilik dan pendiri perusahaan ini, tapi sudah saatnya kita mencari CEO untuk meningkatkan bisnis kita.

Kira-kira begitulah inti rapat tadi. Ya walaupun sebenarnya semuanya hanya tersirat. Tapi itu yang bisa Yebin dapatkan. Ia yakin, ditambah suasana pagi tadi.. pasti mereka khawatir kalau Yebin terlibat banyak masalah dan tidak bisa menjalankan bisnis dengan baik.

"Lucas Wong.." gumam Yebin sambil mengetikkan nama itu di mesin pencarian.

Yang pertama ia lihat ialah, dia masih sama mudanya dengan Yebin.

"Buat apa menggantikanku dengan pria ini, lagian aku bisa menangani masalah bisnis. 4 tahun ini terasa baik-baik saja." Ucapnya pada diri sendiri.

Lalu ia membaca, " GuangHe Holdings?" Hasil mesin pencarian menuliskan bahwa Lucas Wang pernah menjadi Vice President di GuangHe Holdings, Beijing. "Seperti pernah dengar tapi dimana ya?"

Kadang, bekerja larut sering Yebin lakukan. Seperti sekarang, sudah jam 8. Ia mengerjakan apapun yang bisa dikerjakan. Ia merasa kalau dirinya harus membuat citra bahwa ia bekerja dengan baik.

Yebin meregangkan tubuhnya dan menyandarkan diri ke kursi. Perutnya sudah protes, ia memutuskan untuk meninggalkan kantor. Namun, setelah ketukan di pintunya terdengar seseorang masuk ke dalam ruangannya.

"Loh? Kau belum pulang?" Tanya Yebin kaget pada Seoye yang membawa sushi dan segelas karton kopi late. Karena ia kira, hanya tinggal dirinya seorang di kantor ini.

"Apa saya mengganggu pekerjaan Anda?" Seoye takut bila ia telah mengganggu Yebin.

"Ey, nggak nggak, kita ngomong biasa aja ya? Tinggal berdua ini." Yebin tersenyum sambil berjalan mendekati Seoye untuk membantu membawakan makanannya. Setelah itu, Seoye kembali keluar ruangan Yebin.

"Eyyy mau kemanaa? Makan di sini aja sama aku. Aneh makan sendirian, makanamu bawa ke sini aja." Mendengar itu, Seoye kembali dengan makanannya.

Mereka duduk di sofa yang menghadap ke gedung-gedung perkantoran lainnya.

"Kenapa belum pulang?" Tanya Yebin setelah menelan sushinya.

"Kan kau bosnya belum pulang. Masa aku pulang duluan." Lalu Yebin tersenyum.

Ia dan Seoye sudah akrab sejak kerja part-time bareng di restoran itali waktu mereka kuliah. Lalu, Yebin punya kesempatan untuk merintis start-up. Ia tak menyianyiakan kesempatan itu untuk mengajak temannya yang pekerja keras itu.

"Seoye-ya, bisa bantu aku sekali lagi?" Ia meringis sambil memohon.

Seoye hanya menaikkan kedua alisnya sambil tetap membereskan sampah makanan mereka.

A | Rore • MinkyebinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang