Bagian 17

84 17 3
                                    

Jam digital pada layar di mobilnya menunjukkan pukul 2 dini hari. Yebin dengan berbalut kaos serta training dan coat santai menunggu Gyuri keluar dari dormnya. Dari kejauhan ia melihat Gyuri yang mengenakan sweater hijau dan coat putih tebal keluar dari gedung apartemen mereka.

"Heiii" seperti biasa, Gyuri mencium pipi Yebin yang dirasa sudah lama sekali tidak mereka lakukan. Ya, karena belakangan ini ada-ada saja yang mereka ributkan.

Yebin menyetir keluar dari parkiran apartemen itu, alunan lo-fi sangat cocok menemani mereka malam itu.

"Kerjaan apa kabar Yeb?" Gyuri bersandar santai sambil mencium tangan kanan Yebin.

"Pagi ini aku akan ketemu CEO yang baru. Ya tapi juga kalau aku cocok. Kalau nggak, belum tau deh" Ujar Yebin. Gyuri tersenyum melihat gadisnya itu, ia yakin.. pekerjaannya melelahkan. Ia dalam tekanan yang besar untuk pergantian CEO. Tapi dibalik itu, Yebin masih menjeputnya jam 2 dini hari. Menunggu schedulenya selesai, hanya untuk berbicara santai sambil berkeliling seperti ini.

"Jangan capek-capek, kamu juga udah tau lagi banyak urusan.. kenapa juga harus ngajakin aku jalan?" Ia berbicara sambil menggenggam tangan kanan Yebin. Mengusapnya pelan.

"Kita udah lama lho nggak bisa quality time kayak gini. Kamu nggak kangen sama aku?" Terdengar sedikit kekecewaan di suara Yebin. Gyuri membalasnya dengan kecupan kecil di tangan Yebin sambil berkata,

"Bukan gitu.. aku kangen kok. Makasih ya udah meluangkan waktu." Gyuri selalu tau cara membuat Yebin tidak kecewa. Ya tapi memang gitu, ada aja yang memantik pertengkaran mereka. Terlebih Yebin setelah bertemu Minkyung.

Mobil itu berhenti di pinggiran Hangang, masih dengan mesin yang menyala. Dua orang di dalamnya larut dalam cerita.

"Aku nonton dramanya. Kamu bagus, tapi aku nggak suka sama laki-laki semua itu." Protes Yebin membuat Gyuri terkikik. Saat wajah Yebin akhirnya memandang dirinya, Gyuri fokus pada luka di sudut bibirnya serta bekas memar itu. Hal itu membuat suasana hatinya berubah, pelan.. ia mencoba menyentuh bekas luka di wajah Yebin.

Yebin menukis cepat tangan Gyuri. Ia terlihat tidak suka.

"Kenapa?" Nada suara Yebin sungguh aneh, antara terkejut dan memang tidak suka.

"Mau cerita soal itu?" Gyuri meminta persetujuan Yebin, ia tau kalau topik pebicaraan ini akan sangat riskan untuk dibicarakan.

"Nggak." Yebin dengan cepat menolaknya. Benar-benar membuat moodnya rusak.

3 tahun ia memacari Yebin bukan untuk apa-apa kalau ia tidak bisa memahami bagaimana cara memperlakukan Yebin, berarti memang ia tidak memperhatikannya. Gyuri hanya tersenyum, mengelus pelan pundak Yebin.

"Iya.. nggak papa kok kalau nggak mau. Kita bisa bicarakan hal lain lagi."

Sebentar Yebin memandangi wajah teduh Gyuri. Gyuri always being an understanding girlfriend that she is. Lalu ia menghela nafas. Gyuri menggenggam tangan Yebin, memainkannya.

"Gyul unnie, aku akan cerita." Ya, siapa yang tidak luluh dengan pandangan itu. Gyuri bersandar pada kursinya sambil memandang Yebin dengan penuh arti. Ia membiarkan Yebin melanjutkan pembicaraannya.

"Saerom memukulku saat aku dan teman-teman kantor lagi asik dugem."

Gyuri mencoba mencari kata-kata yang sesuai agar Yebin tidak marah.

"Saerom bilang ia melihatmu menari dengan perempuan lain?" Semoga Yebin tidak marah.

Yebin berdecak.
"Bukan gitu, disitu memang ada Seoye tapi ada Dongho juga. Lagian, kami ber 5 datang ke clubnya." Mendengar nama Seoye, Gyuri sulit menyembunyikan wajah cemburunya. Tapi ia berusaha tetap tenang, kalau Gyuri tiba-tiba terbawa perasaan dan menghardik yang tidak-tidak.. masalah akan menjadi lebih runyam.

"Seoye ya?" Aduh, kenapa kalimat itu yang keluar dari mulut Gyuri. Yebin menghela nafas.

"Ya terserah sih. Kalau memang mau berantem karena Seoye lagi. terserah. Buang-buang waktu aja. Toh aku juga udah jelasin beberapa kali kalau aku nggak selingkuh sama Seoye. Kamu mau percaya atau nggak, itu terserah kamu. Aku capek Gyul kam-"

Omongannya yang panjang lebar itu terpotong oleh ciuman Gyuri di bibirnya. Tangan Gyuri membelai pipi Yebin seraya menciumnya dalam. Pelan ia menghentikan ciumannya, berbisik pelan didepan bibir Yebin.

"Aku percaya sama kamu. Udah jangan ngomel." Mereka tersenyum. Yebin menarik tubuh Gyuri dan menciumnya sekali lagi.

"Setelah kejadian itu kamu ngapain?" Pertanyaan lain dari Gyuri.

"Aku pulang, kompres luka pakai es, lalu tidur."

Gyuri mengusap-usap kepala Yebin sambil tertawa.

-
Jawaban yang sudah Gyuri kira. Lebih tepatnya ia takuti. Ia masuk ke dalam kamar, melihat membernya yang lain sudah tidur.

Gyuri duduk di atas kasurnya sambil mengingat-ingat malam Saerom memukul Yebin.

Setelah ia mendengarkan cerita Saerom tentang kejadian malam itu. Gyuri memejamkan mata sendirian di ruang tengah, semua lampu sudah dimatikan.

Ia mencoba menjangkau Kang Yebin, ia ingin tau bagaimana keadaanya. Melihat bagaimana kondisi Saerom, Gyuri tidak bisa membayangkan pertengkelahian mereka. Lagi-lagi, Yebin tidak mengangkat telfonnya.

Mau tidak mau, Gyuri harus menelfon Siyeon. Ya walaupun sebenarnya dia juga sudah tidak enak hati selalu merepotkan Siyeon. Tapi mau bagaimana lagi.

"Siyeon, maaf mengganggu, bagaimana kejadian tadi? Apakah sangat kacau?"

Terdengar suara televisi di seberang sana. Gyuri lega karena tidak mengganggu waktu tidur Siyeon.

"Kronologinya cukup jelas. Saerom menyerang Yebin. Lalu terjadi perkelahian. Yebin melukai wajah Saerom karena ia mencoba membebaskan diri dari cengkraman di lehernya. Saerom mencoba mencekik Yebin."

Ia melanjutkan pembicaraanya,
"Aku dihubungi oleh sekretarisnya, saat datang, Yebin bersama beberapa pegawainya 3 orang pria 2 orang wanita. Yebin meminta semua pegawainya itu pulang, karena perkelahian itu melibatkan Saerom dan kau."

Gyuri masih memejamkan mata sambil mendengarkan Siyeon bercerita,
"Sebenarnya, Yebin bisa saja menggugat Saerom. Tapi pembicaraan antara aku, managermu dan direktur club mencapai kesepakatan untuk tidak menggunakan jalur hukum. Masalah ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Yebin tidak masalah akan hal itu. Tapi seingatku, mereka meminta waktu untuk berbicara berdua. Kami tidak tau apa yang mereka bicarakan."

Akhirnya Gyuri menanggapi penjelasan Siyeon,
"Lalu, bagaimana keadaannya sekarang? Apakah ia sudah tidur?"

"Sebenarnya, aku tidak tau. Yebin pergi setelah masalahnya selesai. Aku fikir ia akan segera pulang, tapi ini sudah jam 3.30 pagi. Mungkin ia akan kembali nanti saat bersiap-siap ke kantor."

Gyuri semakin gelisah. Dimana Yebin berada? Hal yang ingin ia lakukan sekarang ialah berbicara padanya. Menanyakan keadaanya.

"Ia tidak berkata kemana perginya? Yasudah, terimakasih ya sudah menangani masalah ini." Suara Gyuri parau. Ia kelelahan.

"Tidak sih, mungkin kau bisa menghubunginya nanti saat matahari sudah mulai terbit. Sepertinya dia sedang menenangkan diri."

"Baiklah, Siyeon. Maaf jika mengganggu waktu istirahatmu. Selamat malam."

"Oke sama-sama."

Tak lama, sambungan telfon terputus.

Kang Yebin tidak pulang ke rumah setelah kejadian itu.

"Setelah kejadian itu kamu ngapain?" Pertanyaan lain dari Gyuri.

"Aku pulang, kompres luka pakai es, lalu tidur."

Dimana ia sebenarnya?

A | Rore • MinkyebinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang