Bagian 32

84 17 0
                                        

Halaman utama Naver dipenuhi dengan nama Minkyung. Begitu pula dengan daum, instiz, dan twitter. Yebin berbaring di atas karpet sambil memainkan bola baseball, suara televisi terdengar jelas. Ia mendengar pintu kamar terbuka lalu tertutup,

"Udah mau berangkat?" ia melemparkan bola itu pada Siyeon dan langsung ditangkap dengan sigap.

"Ada beberapa makanan di kulkas, aku berangkat dulu. Sejak kapan kau tidur-tiduran disitu?"

Yebin beranjak, dengan kaos kebesaran dan sweatpants ia menghampiri Siyeon yang berpenampilan kontras itu. Ia menunjukkan halaman utama Instiz, "Sejak semalam, aku kira ada apa sampai namanya berada di pencarian teratas. Lihat, nama si keparat dan perusahaan kami juga di sana."

Siyeon mengelus kepala Yebin pelan.
"Kau harus menghadapi realitanya." Matanya menatap Yebin serius. Sejenak, ia merasa tertarik pada tatapan dalam Siyeon.

"Aku berangkat dulu. Kau mandi sana, kecut." Lalu yang ia tau setelah itu bola baseball mengejutkan perutnya.

"Yak! Park Siyeon!" Siyeon berlari keluar rumah untuk berangkat kerja.

Aku harus menghadapi realitanya.

2 minggu lebih menghilang, Minkyung telah kembali. Ia kembali menghiasi halaman utama situs berita entertainment, bahkan twitter. Yebin memutar video itu lagi, tubuh jenjangnya yang dibalut gaun hitam lehernya yang berhias swarovski, terutama senyum dan tawa itu. Dengan bangganya Kang Jaehyun menggandeng Minkyung pada acara Ace Gala semalam, sebuah acara charity yang dihadiri orang-orang kelas atas mulai dari selebritis, pengusaha, seniman. Tebak apa yang para reporter tuliskan

"Tidak Hanya 1, Tapi Kedua Calon Istri Pewaris NamDak dampingi Sang Pewaris pada Ace Gala."

Mereka sudah tau soal Krystal dan Minhyuk sejak lama. Mereka berdua bahkan telah mengumumkan pernikahannya. Tapi semalam semuanya tentang Minkyung. Semua orang gempar, fansnya pun gempar. Yebin tau kalau Minkyung tidak akan pernah lepas dari Jaehyun, ia terlalu banyak berharap.

Apa aku sedang menyerah? Tidak! Tidak untuk Minkyung dan pada Kang Jaehyun!

-
Gyuri memejamkan mata sambil beberapa staff menyelesaikan make up dan rambutnya. Semua orang, ya semua orang di salon ini sedang membicarakan Minkyung. Orang-orang begitu tertarik dengan berita itu karena ya pertama, itu Kim Minkyung yang 2 minggu lalu tiba-tiba keluar dari grupnya. Kedua, setelah menghilang bak ditelan bumi,  ia tiba-tiba menggandeng pewaris NamDak pada redcarpet sebuah acara penggalangan dana ternama. Korea Selatan menyukai kedua hal itu. Skandal dan Chaebol.

Bagaimana keadaan Yebin? Apa dia bisa mengatasi semua ini?

Gyuri tidak tau apa yang terjadi, tapi ini bukan yang ia bayangkan. Setelah mereka berdua selesai dan Minkyung hengkang dari grupnya ia kira semua ini untuk Yebin. Tapi apa yang sedang Minkyung lakukan?

Sialan itu! Apa yang sedang ia lakukan pada Yebin?!

Tangannya mengepal kuat untuk menahan amarahnya seiring nama Minkyung yang berkali-kali terdengar. Ia marah, begitu marah karena ia menyerah pada keadaan bukan untuk ini. Ia kira, menyerah adalah jawaban agar Yebin bisa kembali dengan Minkyung, seseorang yang sudah begitu lama ia cari. Ia rindukan.

Sialan Kim Minkyung!

Aku tidak menyerah agar dia bisa menyakiti Yebin!

Make up artist dan penata rambutnya sudah selesai. Gyuri langsung pergi begitu saja.

"Gyul mau kemana?" Teriak Saerom.

"Keluar sebentar." Chaeyoung yang tau mengapa segera menyusul Gyuri.

-

"Unnie, tenang.." Chaeyoung menyusul Gyuri yang pergi ke rooftop gedung salon itu. Cuacanya cukup kering, mereka tidak merasakan sedikitpun angin di atas sana.

"Apa sikapku terlalu kelihatan? Maaf." Chaeyoung segera mengusap punggung Gyuri dan menenangkannya. Mereka hanya diam disana untuk beberapa saat. Lalu Gyuri mencoba menghubungi seseorang, beberapa kali. Panggilannya tersambung tapi tidak ada jawaban.

"Dari mana saja?" Itu yang Gyuri lontarkan setelah sambungan telfonnya diangkat. Jelas sekali lawan bicaranya sedang bingung.

"U.. ugh.. aku baru saja selesai mandi. Ada apa Gyul unnie?" Suara itu, bagaimana Gyuri bisa melewati hari-hari tanpa suara itu.

"Kau baik-baik saja? t-tidak, maksudku aku baru melihat berita tentang Minkyung. Uhh, apa kau baik-baik saja?" Ada yang sedang meleleh diujung telefon, sudah lama ia tidak diperhatikan seperti ini. Yebin terkejut, ia duduk di atas kasurnya sambil mengeringkan rambut.

"Aku nggak papa, jangan khawatir. Mmm, ada yang mau dibicarakan lagi?"  Yebin menikmati ini, astaga Jang Gyuri.

"Aku sedang ada kerjaan, kalau kau baik-baik saja ya sudah." Percakapan itu sangat canggung hingga Gyuri segera mematikan sambungan telefonnya.

"Sudah lega? Dia baik-baik saja kan? mungkin mereka sedang berproses, jangan terlalu khawatir." Berkali-kali Chaeyeoung mengusap-usap pundak Gyuri. Jelas Gyuri sedang khawatir.

"Tapi aku tetap tidak tau bagaimana ia bisa baik-baik saja."

-
Jadwalnya untuk hari ini sudah jelas. Kecuali telfon tadi, ia tidak mengira Gyuri akan menelfonnya. Jantungnya masih berdegup kencang. Yebin bisa merasakan aliran darahnya mengalir dengan cepat. Fakta kalau Gyuri masih memperdulikannya membuat Yebin bersemangat. Yebin juga belum sepenuhnya melupakan Gyuri.

Segera Yebin bersiap-siap memilih pakaiannya. Ia rasa hari ini ia harus mengenakan pakaian terbaik. Kenapa? ada beberapa pertemuan yang harus ia datangi. Pertemuan penting. Yebin tidak ingin menunjukkan bahwa ia sedang berada dalam banyak masalah, ia sebisa mungkin berpenampilan menawan.

Pertemuan hari ini telah dijadwalkan sepihak, oleh Yebin. Hak tingginya menjejak diatas rerumputan hijau. Ia memasuki tempat yang tidak asing, ya, rumahnya di Songbuk-dong. Rumah mereak tidak akan pernah sepi meskipun penghuninya pergi, lihat jumlah pekerja yang berada di rumah ini.

"Selamat Pagi, Nona Kang. Apakah ada sesuatu hingga membawa anda ke sini?" Bibi Oh, kepala asisten rumah tangga mereka menyambut Yebin.

"Aku ingin mengunjungi nyonya Kang,  Omma dimana?"  Bibi Oh mengantar Yebin menuju halaman belakang.

"Omma! Anakmu sudah datang!" Nyonya Kang terkejud dengan teriakan Yebin dari ambang pintu kaca besar itu.

"Omma, tidak ada kerjaan ya malah ngurusin bunga?" Gaya bicaranya yang santai dan cenderung ngawur sudah sangat dirindukan di rumah yang serius ini.

"Kang Yebin anak durhaka, kau mengunjungi rumah ini di pagi hari yang tenang. Kau bangkrut ya nak?"
Candaan mereka yang klop itu membuat keduanya tertawa pada kenyataan kalau dua orang wanita itu punya kesamaan. Seketika rasa itu menyeruak pada diri Yebin,

Omma pasti kesepian, aku anak perempuan satu-satunya. Ia kira aku akan menjadi temannya di rumah ini. Apa aku begitu kejam?

Ia memeluk ibunya dengan gaya manja yang menyebalkan khas Kang Yebin. Rasanya sudah lama, nyonya Kang begitu bahagia.

"Apa yang membawamu kemari?" Ia kembali merawat mawar-mawar kesayangannya itu. Taman ini salah satu hal yang bisa ia rawat, karena anak perempuannya sendiri tidak mau ia jaga.

"Apa aku harus mengatakannya sekarang?-"
Sepertinya pembicaraan mereka akan serius, maka nyonya Kang menghentikan aktifitasnya. Ia memandang wajah Yebin dengan penuh pertanyaan, ya walaupun paras cantik dan anggunnya itu tetap terlihat, tapi tersirat kekhawatiran akan jawaban Yebin nanti.

"Omma, maafkan aku. Tidak seharusnya aku meninggalkan rumah, Omma pasti selama ini sendirian. Aku sudah siap untuk pulang dan.. aku sudah siap untuk menjadi bagian dari NamDak."

Nyonya Kang kira hari ini tidak akan datang, tapi ia salah. Hari ini datang lebih cepat dari hari-hari di kalender.

A | Rore • MinkyebinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang