Flashback
"Apa yang salah dari dirimu?"
"Kau tau itu sebuah dosa?"
Petir menyambar dan hujan lebat, udara lembab dan kengerian malam bersekongkol untuk membunuh pikiran Yebin.
Minkyung kembali bersekolah setelah jadwal promosinya berkurang. Ia kembali dengan identitas baru sebagai Kim RoA. Popularitas sudah menjadi temannya, ia mengubur segala masalah dan masa lalu yang akan melukai karir barunya ini.
Kau harus lebih berhati-hati, Kim Minkyung.
Bisiknya pada diri sendiri. Mengingatkan agar dirinya tidak melakukan hal ceroboh yang bisa melukai nama baiknya. Ujian kelulusan sebentar lagi, sekolah akan segera selesai.. untuk Minkyung akhirnya bisa bernafas lega.
Ia membenci sekolah ini. Berada di sana membuatnya tak bisa bernafas. Senyum selalu dilukis setiap ia bertemu siswa lain. Menjadi RoA hal melelahkan dihidupnya. Hal gila. Melihat seisi sekolah ini membuatnya gila, menjadi RoA, bayangan tentang Ayahnya, dan
Kang Yebin.
"Minky-ya, makan ke kantin yuk!" Nayoung masuk kedalam kelasnya saat jam istirahat tiba.
Suara Nayoung memecahkan lamunan gilanya di siang hari.
"Kau duluan, aku nggak mau ke kantin. Sedikit melelahkan." Minkyung menekankan ucapannya pada melelahkan. Nayoung mengerti arti dari melelahkan yang Minkyung maksud. Ia lelah pada perhatian yang akan didapatnya dari siswa lain.
"Ah, oke. Jadi aku harus makan sendirian lagi? Jen dan Wan menghabiskan waktu Istirahat di Perpustakaan."
Minkyung mencoba mengakatan sesuatu, menyebut nama yang beberapa minggu ini seolah tertelan didalam dirinya.
"Yebin?" Tanyanya seraya menelan ludah. Sudah hampir 3 minggu nama itu tidak terucap oleh bibirnya.
"Kau tidak tau? Yebin keluar dari Hakjung, 3 minggu yang lalu. Tidak baca Curious Hakjung ?"
Matanya membulat, degub jantungnya memburu.
"Y-yebin keluar?" Bibirnya bergetar.
"Bahkan Namdak memutuskan kerjasama dengan Hakjung. Kurasa ia tidak akan kembali. Yebin tidak mengatakan apapun padamu?"
Lalu, memori tentang hari itu terulang kembali.
yang terdengar malah.. suara kaca pecah.
Semua orang di dorm kaget. Nggak percaya sama yang mereka denger. Minkyung mulai panik,
"Kang Yebin?! Halo?! Yebin-ah!""Hmm?" Jawabnya lembut, seperti nggak terjadi apa-apa.
"T-tadi k-kamu, kamu nggak papa kan?" Pertanyaan bodoh dari Kim Minkyung.
Yebin tertawa.
"Pertanyaan macam apa itu. Kamu baru aja minta putus dan berharap aku nggak papa?"-
Pukul 8 malam, Yebin baru pulang dari kantor karena ada beberapa hal yang harus ia selesaikan."Ada apa ini?" Tanya Yebin seraya melepas blazer dan menatap tajam pria yang sedang duduk di ruang tamunya bersama Gyuri.
Yebin masih berdiri, bila Gyuri menyuruhnya dudukpun ia akan berdiri sebagai tanda pria itu tidak diinginkan kehadirannya di sini.
"Nona Kang, Saya Jin Woo Bin pengawal Tuan Kang." Laki-laki itu berdiri dan menyapa Yebin dengan sopan.
"Ya? Ada apa lagi?" Ujarnya ketus, ia melirik Gyuri yang sudah memberikan isyarat padanya untuk duduk dulu. Tapi ia menolak.
"Undangan makan malam, Tuan dan Nyonya Kang menginginkan kehadiran anda besok malam."
Ia tau ini soal apa. Makan malam persetan itu.
"Aku sudah mendengarnya. Jadi kau boleh keluar." Yebin mencoba berlalu meninggalkan mereka untuk masuk ke kamar.
"Tapi saya juga ingin menyampaikan pesan lain. Tuan Kang sedang sakit." Kalimat Jin Woo Bin menghentikan langkah Yebin.
"Terimakasih Jin Woo Bin. Ku terima pesannya. Kau boleh keluar sekarang." Ujar Yebin menanggapi pesan tersebut. Ia hampir melanjutkan langkahnya menuju kamar.
"Nyonya Kang meminta saya untuk mendapatkan jawaban atas undangan makan malam."
Yebin mendengar pernyaan Jin Woo Bin dan menghela nafas panjang.
"Aku akan menjenguk Tuan Kang. Itu jawabannya dan kau keluar sekarang juga!" Yebin masih berdiri didepan kamar menghadap ke pintu. Tangannya mengepal.
"Baik Nona Kang." Lalu ia mendengar Gyuri mengantarkannya keluar. Setelah pintu tertutup. Gyuri mencoba menghampiri Yebin diambang pintu kamarnya, namun Yebin berlalu masuk kamar begitu saja dan membanting pintu dengan keras.
Perempuan yang lebih tua itu masuk ke kamar pelan-pelan karena suasana sepertinya sangat panas walaupun musim dingin.
"Yebin-ah, ada apa dengan sikapmu?" Gyuri bertanya dengan lembut mencoba mendekati Yebin yang sedang melucuti pakaiannya.
Yebin hanya diam masih sibuk menggunakan robenya"Yebin-ah.." ia masih mencoba mendapatkan perhatian Yebin. Gyuri tau, gadis yang lebih muda itu sedang marah. Tapi kenapa?
Ia mendengar Yebin menghela nafas sangat keras."Kau jangan sembarangan mengizinkan orang masuk ke rumah ini." Ujarnya ketus dan berlalu ke kamar mandi. Gyuri menarik lengan Yebin dan ia tau itu membuat Yebin semakin marah.
"Aku akan berendam dan setelah itu akan kuantar kau pulang." Yebin berjalan menuju jacuzzi dan menunggu air hangat terisi penuh.
"Bukannya aku akan menginap disini?!" Yang benar saja, mereka bertengkar di kamar mandi.
"Kau mau kita bertengkar di kamar mandi? Unnie, tolong keluar dulu ya. Aku lagi butuh waktu buat sendiri. " Yebin melepas robenya dan masuk ke dalam Jacuzzi.
Dengan wajah kecewa dan marah Gyuri keluar dari kamar. Oh, Park Siyeon baru saja pulang. Ia keluar dari kamarnya dengan masih mengenakan kemeja dan rok sepan selutut.
"Unnie! Di sini dari tadi?" Gyuri mengangguk dan bergabung dengan Siyeon yang membawa sebotol soju beserta dua gelas.
"Emm.. aku tadi papasan sama Jin Woo Bin di lobi. Dia ke sini ya?" Ujar Siyeon seraya melingkis lengan kemejanya.
"Ke sini dan Yebinnya jadi marah." Jawab Gyuri lemas.
Siyeon mulai menuangkan soju untuk Gyuri dan mereka mulai ngobrol.
"Aku masih nggak ngerti kenapa Yebin bisa semarah itu sama aku karena ketemu Jin Woo Bin." Ini adalah botol ketiga mereka. Wajah Gyuri sudah terlihat merah. (Astaga sumpah ini pasti gemes banget nggak sih.. )"Unnie nggak tau ? Yebin nggak suka kalau orang suruhan keluarganya ke sini. Unnie tau kan hubungan Yebin dan keluarganya?"
Gyuri mulai merengek seperti anak kecil sambil memukul-mukul meja.
"KENAPAA? KENAPA AKU NGGAK TAU APA-APA..." Ia masih merengek, Siyeon rasa Gyuri sudah mabuk.Yebin keluar dari kamarnya dan melihat tingkat aneh Gyuri. Ia tertawa kecil dan bertanya pada Siyeon,
"Ini kenapa?" Seraya tertawa."Entah, gitu sendiri." Siyeon juga bingung.
"KANG YEBIN! KANG YEBIN WAEEEEE? KENAPA CUMA AKU YANG NGGAK TAU APA-APA?!" Ia memukul-mukul kecil badan Yebin yang duduk di sampingnya. Benar saja, dia sudah benar-benar mabuk.
Yebin hanya tersenyum,
"KAU MAU MENGUSIRKU PULANG?! HAAAA?! AKU MENOLAK UNTUK DI USIR!""Kurasa kau harus segera membawanya ke kamar, atau tetangga akan protes sama kita. Berisik." Ujar Siyeon jenaka.
"PARK SIYEON! KAU MENGATAIKU BERISIK?! DASAR KAU ANAK KECIL!"
Yebin langsung menarik Gyuri masuk ke dalam kamar. Gadisnya itu masih mengomel hebat.
"Hei, berhenti ngomel dong."
"Hei, ngaca dong. Kamu tuh yang ngomel sama aku tadi. Marah-marah, aku tuh nggak tau apa-apa." Gyuri yang sebal langsung melemparkan diri ke atas kasur.
"Besok temani aku ke makan malam itu ya. Aku nggak sanggup kalau sendirian."

KAMU SEDANG MEMBACA
A | Rore • Minkyebin
FanfictionHarta, Tahta, RoA - Sequel dari Superior You Baca: https://my.w.tt/vcFoJ7G3BS