"Yebin, bisa bicara sebentar?" Sambil memastikan keadaan sekitarnya, Minkyung meraih tangan Yebin menuju toilet, ia mengecek seluruh stallnya apakah kosong atau ada orang di sana, setelah ia yakin ruangan itu kosong, Minkyung mengunci pintu, dan
Yebin memeluk dan memberikan ciuman pada bibirnya. Kakinya berjinjit agar dapat meraih leher Minkyung tangannya meremas pelan rambut perempuan tinggi itu. Minkyung memeluknya, menghentikan ciuman Yebin.
"Darimana saja? nggak cukup buat aku benci sama kamu karena yang dulu?"
Jari Minkyung mengusap pelan lipstik di bibir Yebin yang sudah kacau. Ia menarik dagu Yebin, memberinya ciuman dalam.
Dengan mata yang masih terpejam ia berucap,
"Aku nggak bisa ketemu kamu."
Yebin terperenjat.
Ekspresi muka Yebin berubah ia sedikit menjauh dari Minkyung dan perempuan itu langsung tau apa arti gestur Yebin. Ia meraih kedua tangan Yebin,"Dengerin dulu. Bukan gitu maksudku." dengan nada yang tenang, Yebin masih mendengarkan ucapan Minkyung.
Minkyung berbalik badan, ia meraih resleting bajunya yang berada dibelakang. Menanggalkan baju putih kasual lengan panjang itu dari pundaknya, meninggalkan punggungnya pada Yebin.
Ia terlihat kaget, matanya panas. Tangan Yebin mulai membelai tubuh Minkyung, mulai dari pundaknya, kedua lengannya, lalu punggungnya. Yebin membalikkan tubuh Minkyung agar ia bisa menatap mata perempuan itu. Saat mereka berhadapan, mata Yebin yang nanar dan jari-jarinya itu menelusuri tulang belikat Minkyung.
Kim Minkyung...
"A-a-apa yang terjadi?" suaranya terbata,
"Siapa yang melakukan ini padamu?!"
Yebin menangis.Minkyung kembali memberikan ciuman pada Yebin, bibirnya bisa merasakan air mata Yebin yang melewati ciuman mereka.
"Minkyung.. Minkyung.. sebentar, jelaskan. Tolong."
Setiap kali matanya melihat tubuh Minkyung yang penuh memar, ia seperti teriris. Rasa pilu yang begitu menusuk.
"Aku mencoba menemuimu, dan
dan
dan ini yang aku dapat." Air mata Minkyung jatuh diwajah tanpa ekspresinya itu.
"A-apa ini semua .. J-jaehyun?" Yebin tidak ingin berspekulasi tapi ia ingin tau siapa yang membuat Minkyung jadi begini. Sejenak ada perdebatan di dalam dirinya, ia percaya pada Jaehyun, seburuk-buruknya sialan itu, Yebin pada dasarnya masih yakin ia bukan pengecut brutal seperti ini yang akan melukai perempuan.
Minkyung mengangguk. Sekali lagi airmatanya jatuh. Yebin memeluk tubuh Minkyung erat, ia menangis sejadinya.
Perasaan familiar itu sudah kembali, ia fikir ia akan marah. Ia fikir akan ada rasa ingin membunuh Kang Jaehyun saat itu juga. Tidak, tidak, rasa kecewa itu sekali lagi membanjiri tubuhnya. Yang Yebin ingin lakukan sekarang adalah memeluk Minkyung. Memberi tau kalau dirinya aman.
"Yebin, aku mau kamu tetap tenang. Karena aku nggak seharusnya ada di sini, kalau sampai ketauan, mungkin kita nggak akan ketemu lagi."
Yebin masih terdiam, banyak hal terjadi di dalam benaknya. Ia melihat Minkyung kembali memakai bajunya.
"Kang Yebin, ingat.. tenang, kamu harus bersikap sebiasa mungkin. Ya?"
Yebin menyeka air matanya dan menghela nafas panjang. Ia menatap mata Minkyung,
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Yebin yang pikirannya sudah mulai bisa bekerja dengan baik.
"Acaranya akan berjalan selama 1 jam lebih, Jaehyun tidak tau aku datang karena dia memang tidak mengijinkanku. Apa kamu bisa membawaku keluar dari sini? ke tempatmu?" Kembali Yebin menghela nafas panjang, lalu segera menelfon seseorang.

KAMU SEDANG MEMBACA
A | Rore • Minkyebin
Hayran KurguHarta, Tahta, RoA - Sequel dari Superior You Baca: https://my.w.tt/vcFoJ7G3BS