Bagian 4

165 24 5
                                        

Yebin tak dapat membayangkan kembali ke rumah itu. Perasaannya masih terluka. Orang-orang yang berada di dalam sana membiarkannya sendirian selama 2 tahun. Ia pernah memohon dan bahkan tidak ada yang mendengarkan. Malam ini ia harus ke sana dan berpura-pura tak terjadi apapun? Berada di dalam bayang-bayang keluarganya saja sudah sangat menyiksa Yebin. Ia butuh keluarganya disaat kebingungan, disaat tersesat, tapi mereka seolah menghukum Yebin.

Isi perutnya sungsang, kemarahan seperti meluap dari hati ke kerongkongannya. Mulutnya kering. Yebin meminum segelas penuh air putih. Lalu, Gyuri keluar dari kamar, dengan blouse maroon motif floral tipis yang membuat Yebin bisa melihat bra hitamnya itu terpadu cantik oleh rok hitam dibawah lutut. Ia tersenyum sambil mencoba memakai high heelsnya.

Kemarahannya teredam melihat gadis itu. Sedari pagi, Gyuri bersikeras kalau Yebin harus datang. Harus, karena ia akan mendukung Yebin bagaimanapun keadaannya nanti. Juga, Gyuri mengingatkanmengenai kondisi Ayahnya.
Yebin tersenyum, karena malam ini ia tidak akan sendirian di tengah orang-orang yang ia benci itu.

"Mau kemana, kok udah cantik." Yebin melangkah mendekati Gyuri.

"Kamu ini gimana sih, kok belum siap!" Gyuri menarik Yebin untuk mendekat, matanya terlihat gelisah. Setelah Gyuri menggenggam kedua tangannya, Yebin langsung menjatuhkan kepalanya ke pundak Gyuri.

"Kenapa..." Gyuri memeluk Yebin dan menepuk-nepuk punggungnya. Lalu ia mendengar Yebin menghela nafas panjang.

"Kamu yang tenang, ada aku. Jangan takut..." ia mendorong tubuh Yebin dan memegang wajah Yebin dengan kedua tangannya.

"Kamu yang semangat dong. Senyuuuumm." Dan Yebin tersenyum, Gyuri menariknya untuk memberi ciuman kecil.

Yebin mengenakan suit jacket berwarna dark plume yang tergantung di kursi makan. Gyuri tersenyum melihat Yebin, ia segera merapihkan pakaian yang Yebin kenakan. Dalam hati, Gyuri memuji cantiknya Yebin yang dibalut suit fit body berwarna dark plume dan turtleneck hitam lalu makin mengaguminya saat Yebin mengenakan high heels Prada hitam.

Perjalanan mereka banyak di kemas oleh diam. Gyuri terus memandangi wajah Yebin dengan khawatir, ia tidak pernah sediam ini selama 3 tahun hubungan mereka.
"Nggak capek ngeliatin aku terus?" Tanya Yebin sambil tersenyum tipis dan matanya fokus pada jalanan di depannya.
"Enggak. Abisnya kamu cantik banget sih." Yebin tertawa mendengar gombalan Gyuri. Akhirnya, Gyuri berhasil lagi untuk membuatnya tertawa. Ia sedikit lega.
"Makasih ya..udah mau nemenin aku." ujar Yebin seraya menggenggam tangan kiri Gyuri.
"Kapanpun, sayang." Ia membalas genggaman tangan Yebin dengan belaian lembut pada tangan Yebin.

Gyuri mulai tidak mengenali jalanan yang mereka lalui karena ia memang jarang pergi ke daerah ini. 'Akunya yang nggak tau jalan, atau memang dia yang nyasar ke Seongbuk-dong?' Batin Gyuri. Samar-samar, ia bisa melihat gemerlapnya Seoul dari sini. Lalu, mereka melalui rumah-rumah elit. Ia menahan nafas, 'Si urakan Kang Yebin berasal dari tempat seperti ini? Aku benar-benar gagal menjadi kekasihnya. Tau apa aku soal latar belakang keluarganya. Bahkan Yebin nggak percaya kalau aku bisa jadi tempat cerita tentang keluarganya.' Pikiran itu membuat Gyuri gusar, 3 tahun mengenal Yebin, tapi Gyuri tidak benar-benar mengenal siapa Yebin.

Sampai akhirnya Yebin menghentikan mobilnya di salah satu rumah dan pintu garasi berwarna hitam terbuka membuyarkan lamunan Gyuri.

"Parkiran besmen?" Suara Gyuri menyampaikan keheranannya. Yebin tertawa, ia yakin siapapun yang mengenal Yebin pasti akan heran kalau ia berasal dari lingkungan seperti ini.

"Maaf kalau ngagetin.." Yebin memamerkan barisan giginya yang rapi. Ia keluar dan membukakan pitu mobil untuk Gyuri. Gyuri mendengar Yebin menghela nafas panjang, dan segera ia melingkarkan tangannya ke lengan Yebin.

A | Rore • MinkyebinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang