Bagian 30

73 16 9
                                        

Ia bergumam pelan. Beberapa kali matanya melirik ke sana ke mari mencari sesuatu hingga suara seseorang membuyarkan lamunannya.

"Apartemen ini sangat cocok untuk anda nona. "

Yebin tersenyum.

"Segera hubungi saya kembali bila anda tertarik. " Pria itu memberikan kartu nama. Yebin masih tersenyum.

"Saya akan segera menghubungi anda, pak. Agaknya saya tertarik dengan unit ini. Tapi saya butuh waktu sendiri untuk memutuskannya."

Pria agen properti itu tertawa, "Tenang saja nona, saya akan meninggalkan anda sendiri dan silahkan melihat-lihat lagi. Saya permisi."

Setelah terdengar suara pintu utama tertutup. Dirinya terguncang, di tengah apartemen kosong ini ia terduduk memandangi kekosongan di sana. Tanpa adanya tanda ke mana si pemilik pergi.

Ya, ini apartemen Minkyung.

Satujam yang lalu

Yebin berusaha mengendarai mobilnya secepat mungkin saat mendengar berita tadi. Ia ingin menanyakan kepada Minkyung bagaimana keadaannya. Tapi telah beberapa kali ia tidak mengangkat panggilan Yebin. Yah mungkin ia tidak ingin diganggu, toh ia baru saja menyelesaikan kontraknya dengan Pledis dan memilih hengkang. Yebin tau itu pasti berat, sejak dulu menjadi idol adalah impian Minkyung. Lihat saja sudah banyak yang ia korbankan.

Termasuk, Yebin.

Dan, inilah yang ia temui. Pintu apartemennya terbuka lebar, dengan perasaan heran Yebin masuk ke dalam.

Kekosongan itu menyambutnya. Perasaannya runtuh. Hingga beberapa orang properti keluar dari arah kamar bersama dua orang lain yang Yebin duga sebagai klien.

-

Apa Kim Minkyung mempermainkannya lagi? Yebin kembali melakukan kesalahan yang sama. Mempercayai Minkyung adalah kesalahan besar.

Ia hanya terdiam tertunduk di tengah apartemen mewah itu. Penyesalan demi penyesalan mulai menggerogoti tubuhnya.

Yebin mengambil konsekuensi untuk kehilangan Gyuri demi ini? Lelucon ini?

"KIM MINKYUNG SIALAN!"

Suara teriakannya memenuhi ruangan itu. Ia menyeka air matanya yang tanpa ia sadari mulai menetes.

"Jangan nangis! Jangan nangis bodoh! Kang Yebin bodoh! Jangan nangis!" Yebin memukul mukul lantai kayu sambil sesekali menyeka matanya.

"Jangan nangis! jangan nangis!"

"Kang Yebin bodoh! bodoh! bodoh!" Seiring dengan pukulannya ke lantai mulai berhenti, ia menangis sejadi-jadinya.

"Aku sudah percaya padamu. Kim Minkyung pembohong!"

Pada akhirnya, ini seperti 6 tahun yang lalu. Ia pergi karena terlalu takut.

Padahal aku sudah siap, aku sudah sangat yakin kita berdua bisa memulainya lagi dari awal.

Pengecut itu kembali merusak kehidupan Yebin, yang mana Yebin sendiri sudah tau kalau ini yang akan terjadi karena ia terlalu mempercayai Minkyung.

Dia, dia selamanya adalah pengecut.

-
Wajahnya tersenyum kecut. Gyuri menaruh ponselnya ke atas meja sambil tertawa.

"Ada yang lucu?" Ia hanya bersama Hayoung karena yang lainnya ada kerjaan dan beberapa pulang ke rumah.

"Kau sudah baca berita? Kim RoA keluar dari Pristin. Padahal kau tau kan comeback mereka kemarin sangat  baik. Hidup sangat tidak terduga."

Padahal di dalam hatinya, yang lucu adalah betapa cepatnya semua ini terjadi. Semalam ia dan Yebin putus, pagi ini Minkyung keluar dari Pristin. Lalu Gyuri mulai bertanya-tanya,

Seserius itukah mereka? Si sialan Kim Minkyung punya nyali juga untuk mengorbankan karirnya untuk bersama Yebin. Dasar keparat!

Gyuri merasa kalah, ia sudah kalah jauh dari Minkyung kalau memang benar begitu. Ia belum siap meninggalkan karirnya untuk Yebin. Gyuri fikir, kalau bisa memiliki keduanya kenapa tidak? dirinya masih sanggup untuk melakukan itu.

-
Fanbase Pristin masih dalam kekacauan, RoA tidak memiliki satupun akun media sosial. Interaksi mereka di jejaring sosial adalah sebatas vlive dan postingan dari akun resmi Pristin. RoA juga sudah keluar dari grup chatnya dengan fans di kakaotalk. Ia meninggalkan semua orang tanpa berpamitan.

Hingga sebuah surat tulisan tangan di rilis Pledis di akun resmi mereka. Itu surat permohonan maaf Minkyung, ya kini ia sepenuhnya Kim Minkyung.

Tidak ada yang mengira Minkyung akan keluar dari grup itu. Tidak ada.

Yebin membaca surat itu didalam mobil. Ia memarkirkan mobilnya di taman Deoksodang untuk mengambil beberapa barang yang di kembalikan Gyuri. Sudah hampir 20 menit ia sampai di sana namun belum sedikitpun beranjak dari dalam mobilnya. Matanya masih melekat pada layar ponsel yang ia genggam.

Yebin kembali mencoba menghubungi Minkyung.

Nihil.

Perempuan itu entah dimana, entah apa alasan atas tindakannya, entah bagaimana keadaannya. Yebin tidak tau. Perasaannya tidak dapat memproses semua yang terjadi.

Kehidupannya kembali menemui kekacauan. Ya, Minkyung kembali mengacaukan kehidupan Yebin. Kehidupan yang telah ia coba perbaiki, kehidupan tanpa Minkyung. Kehidupannya dengan Gyuri, dengan perusahaan kecilnya.

Ia tau sedetik setelah raganya kembali dipertemukan oleh Minkyung, semuanya akan berubah. Pertama, pertahanan dirinya runtuh yang lalu meruntuhkan segalanya hingga ia kehilangan Gyuri.

Lalu sekarang.

Yebin mengambil seluruh barang yang Gyuri tinggalkan di loker umum taman Deoksodang. Ia memasukannya kedalam tas plastik besar, terakhir, ia membaca sepucuk surat yang Gyuri tinggalkan.

Perempuan itu

Ya, perempuan baik itu. Yebin telah mengacaukan takdirnya. Mungkin, bila ia tidak terlalu bodoh dan bisa bertahan untuk tidak berhubungan dengan Minkyung, mungkin Gyuri masih bersamanya. Mungkin kini ia sedang memandang wajah Gyuri yang masih tertidur pulas atau sedang memandang punggung Gyuri karena ia sedang memasak di dapur.

Marah?

Tidak, ia tidak marah pada Minkyung. Ia kecewa, perasaan yang familiar bagi Yebin. Perasaan yang Minkyung tinggalkan dulu dan lalu ia ulangi kembali.

Minkyung selalu membuatnya membenci dirinya sendiri. Karena ia terlalu bodoh.

Setelah semua barang-barang itu ia bawa kedalam mobil. Yebin kembali berkendara entah kemana.

Sampai ia berhenti di depan pagar besar sebuah rumah.

Apa semua ini begitu meruntuhkan Yebin dan egonya?

Ia pulang.

Ke rumah.

Rumah dimana Ibu dan Ayahnya tinggal.

Rumah yang ia sebut rumah persetan  itu.

Ia kembali ke sana.

Yebin pasti sudah gila. ia memarkirkan mobilnya dan melangkah memasuki pekarangan luas.

Rasa sakit itu membawanya pulang, entah kenapa, tapi ia ingin menyiksa dirinya. Melihat rumah ini membuat Yebin sakit. Ia begitu membenci tempat ini.

Ya, begini caranya menyakiti diri.

Terimakasih Kim Minkyung. Kau sudah berhasil. Kau sudah melakukannya.
Lagi.
Terimakasih telah mengacaukanku.

A | Rore • MinkyebinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang