Bagian 31

76 15 4
                                    

Angin kering musim panas menerpa wajahnya. Ia merasakan rasa sakit itu, rasa marah, menyesal, kecewa.

"Tuan dan Nyonya, nona Kang sudah berdiri di sana selama 30 menit." Seorang pekerja di rumah mereka menunjukkan layar proyektor yang berisi gambar hasil cctv. Dengan santai Tuan Kang menghentikan permainan caturnya bersama Nyonya Kang.

"Yeobo, apa kita suruh dia masuk saja? di luar panas.." ujar Nyonya kang lalu meminum teh oolongnya.

"Biarkan saja, biar ia melakukan apa yang ia mau. Kalau Yebin ingin berdiri disana selama - lamanya, biarkan saja. Itu keinginannya. Nanti kalau dia kepanasan paling juga masuk rumah, anak itu."

Pada layar proyektor terlihat gambar Yebin yang diambil dari salah satu sudut rumah. Ya, ia berdiri di sana. Tidak bergeming.

Yebin mencoba menikmati suasana di luar sana, ia memejamkan mata mendengarkan angin menerpa ranting-ranting pohon dan menciptakan suara menenangkan.

Kalau aku sudah begini, harus mengadu ke siapa? aku udah nggak punya siapa-siapa. Siapa yang peduli?

Rumah ini. Kenapa begitu menyebalkan?

SIALAN DI LUAR SINI PANAS SEKALI!

Lalu ia membuka matanya, memandang megahnya rumah mereka. Rumah ini selalu membawa ingatan buruk, itu kenapa Yebin membencinya. Namun, kali ini berbeda. Ia kira bayangan-bayangan traumatis akan muncul, tidak, yang ia lihat hanya dirinya, Jaehyun dan Minhyuk. Lalu Tuan Kang, saat masih menyayanginya. Tuan Kang selalu menginginkan anak perempuan, mungkin Yebin lupa, tapi Yebin pernah menjadi favoritnya.

Kenapa Tuan Kang baik padaku?

Bayangan itu membuatnya bingung. Lalu ia mengingat apa yang terjadi saat mengunjungi hotel Imperial Palace, ingatan yang menyenangkan. Apa ia merindukan rumah?

Apa aku merindukan rumah? yang benar saja..

Kakinya mulai terasa sakit, ia kembali ke dalam mobil dan pergi begitu saja.

"Tuan, Nyonya. Nona Kang sudah pergi meninggalkan halaman utama."

-
Ia menghitung hari sambil berharap hari-hari buruknya segera berakhir. Perasaannya benar-benar temaram. Yebin tidak bisa sedih lagi, dirinya lebih sering gelisah dan ketakutan.

5 hari berlalu, Minkyung masih tidak dapat dihubungi. Yebin bisa gila, bagaimana ia bisa membuang perasaan khawatirnya ini saat bekerja? Ia ingin kembali profesional, tapi masalah pribadi ini kembali mengintervensi perhatiannya.

"Seoye-ssi, siapkan berkas-berkas yang diperlukan. Aku akan mempercepat pergantian CEOnya, jadwalkan rapat setelah makan siang."

Sambungan telfon tertutup. Ia menyandarkan diri ke kursi. Di luar, Soeye terkejut, apa waktunya memang sudah tiba?

Yebin segera menyusun draft teknis pergantian CEOnya sekaligus menyiapkan surat pengunduran diri.

Bulan ini genap setahun Yebin tidak pergi ke terapis dan nyatanya kini ia sangat membutuhkan itu lebih dari apapun.

Aku harus fokus pada diriku sendiri.

Lain hari lain cerita, proses pergantian jabatannya semakin terasa berat. Yebin merasa ini terlalu dini untuk dibilang pensiun, tapi kesehatan mentalnya sangat penting. Ia butuh menekan tombol reboot setelah apa yang terjadi. Ia seperti merasa terpuruk dan ingin beristirahat. Kadang ia berpikir apakah dirinya begitu lemah sampai harus begini? apa ia seorang pecundang? Tidak, ia bukan pecundang. Yebin butuh istirahat, semua ini juga demi kesehatan dirinya sendiri.

2 minggu, ia menyerah mencari Minkyung. Ibarat kalau memang Minkyung hanya bermain-main dengannya, kini ia sudah tidak peduli. Yebin merasakan kelelahan batin yang begitu hebat. Ia merasa sendirian dan itu suatu hal yang buruk.

A | Rore • MinkyebinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang