"I will be a strong and brave girl. Because now I realize, I love him."
.
.Aku duduk dikursi sembari menatap cemas handphone-ku di atas meja yang terus berdering tanpa henti, bahkan untuk menyentuh pun aku tidak berani seakan benda itu bisa meledak jika tersenggol sedikit pun.
Sudah sembilan belas kali panggilan dari nomor yang sama. Dan jangan lupakan pesan masuk yang jumlahnya tidak terkira.
Nomor itu milik, Jeon Jungkook.
Entahlah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika berani bicara dengannya. Ia pasti akan menghujaniku dengan ribuan pertanyaan, mengingat terakhir kali kami bertemu ketika aku bernyanyi saat berada di gedung Bighit.
Suatu kejadian tak terdugaㅡmeski aku sudah tahu apa yang akan dilakukannyaㅡsukses membuat jantungku sempat berhenti lalu kembali berdetak dengan kecepatan penuh.
Ia menciumku. My first kiss.
Setelah itu, tubuhku tiba-tiba bergerak dengan sendirinya. Aku mendorong tubuhnya untuk menjauh dariku lalu aku kabur begitu saja tanpa pamit. Hal itu terjadi begitu saja, bahkan di perjalanan pulang aku terus merutuki diriku sendiri dibawah guyuran hujan.
Bisa saja Jungkook saat itu mengira aku alergi terhadap seorang pria, atau bahkan ia mengira saat itu aku sedang kerasukan.
Betapa bodohnya diriku. Aku menenggelamkan kepalaku begitu saja mengingat kejadian memalukan tempo hari.
"Kenapa tidak diangkat?"
Sebuah suara membuatku terkejut. Aku menoleh, menemukan ibu tengah berdiri di sampingku.
"Eo-eomma, sejak kapan masuk kamarku?" Tanyaku tergugup.
Ibu mendengus. "Eomma sudah mengetuk pintu bahkan memanggilmu berkali-kali, tapi kau malah sibuk memandangi benda berisik itu."
Aku menatapnya menyesal. "Mian..." (maaf)
Ibu masih menatapku kesal. Namun, jantungku seakan berhenti berdetak ketika ibu mengatakan, "Cepat keluar, kekasihmu datang."
"Apa?" Aku menatap ibu tak percaya.
Ibu tiba-tiba tersenyum. "Jungkook, ia menunggumu di ruang tamu."
Oh. Panjang umur sekali dia.
Sebelum ibu benar-benar meninggalkan kamarku, aku memanggilnya. "Eomma, bilang saja padanya aku sedang tidak ada di rumah."
"Tapi eomma sudah terlanjur bilang kalau kau menganggur." Ucapnya.
Aku menepuk dahiku sendiri. Aku sedang tidak ingin bertemu dengannya hari ini, sungguh. Melihat betapa brutalnya ia menelpon dan mengirimiku pesan, pasti akan terjadi sesuatu.
"Lagipula untuk apa kau berada di kamar seharian? Seharusnya kau pergi liburan selama kau tidak bekerja." Ucap ibu kesal.
Aku memelas. "Tapi dahiku 'kan sedang terluka, apa eomma tidak kasihan padaku?"
Ia menatapku kesal. "Itu karena kesalahanmu sendiri. Cepat bersiap lalu keluar, ia ingin mengajakmu pergi."
Aku menghela napas kesal. Tentu saja aku tidak bilang bahwa dahiku terluka karena kejadian waktu itu, tidak mungkinkan aku mengatakan 'eomma, kepalaku dibenturkan ke tembok oleh seseorang yang tidak menyukaiku dekat dengan Jungkook!'
Aku mengatakan padanya kalau luka ini ku dapat karena jatuh tersandung.Begitu ibu pergi, aku mengerang frustasi sebelum akhirnya aku memutuskan untuk bersiap ganti pakaian. Sekaligus mempersiapkan mental.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop
Fanfic[180614] - [200113] Kupikir, bertemu dengan sang idola itu sebuah harapan mustahil. Mengingat latar belakang keluargaku, dan bahkan cermin pun menjadi penghalangku. Tapi siapa sangka bahwa sebuah toko misterius yang kumasuki bisa membawaku tuk berte...