"Wit beyond measure is a woman's greatest treasure."
.
.Tangan kananku memegang erat pena, menggoreskannya pada selembar kertas yang sudah terdapat banyak tulisan.
Aku mencatat beberapa teori yang terlintas di pikiranku.
Pertama, penjahat itu memiliki hubungan dengan keluarga bibi Yoon.
Kedua, saat pertama aku datang ke rumah bibi, kaki putranya sudah terluka sejak seminggu yang lalu. Aku sempat menanyakan hal ini padanya.
Bahkan ia terlihat memegang erat pintu gerbang demi menjaga keseimbangannya. Ia tidak mungkin melakukan kejahatan pada empat hari yang lalu karena kondisinya.
Ketiga, orang yang kutemui di rumah bibi Yoon, si pria berpakaian serba hitam yang sempat menabrakku, sekaligus pria yang berbincang denganku di halte beberapa jam yang lalu adalah Jang Seon Gu.
Hal itu membuatku geram. Mengingat bahwa seseorang yang sedang kucari setengah mati, ternyata sedang duduk tenang di sampingku dengan segelas kopi. Jika aku bisa memutar waktu, aku akan membuat ratusan polisi datang menangkapnya saat itu juga.
Keempat, putra bibi Yoon mengenalnya. Terlihat jelas ketika aku bertanya siapa pria itu, ia menjawab kalau pria itu bukanlah orang yang penting.
Dan yang paling membuatku penasaran adalah, kenapa keluarga bibi Yoon sengaja melindungi penjahat itu?
Aku meletakkan pena dan meremat kertasku kesal. Rasanya aku ingin merobeknya, namun ini catatan yang menurutku cukup penting.
Jujur saja, kepalaku rasanya seperti akan meledak. Ini sangat membingungkan dan aku tidak bisa tidur dengan tenang.
Sudah pukul tiga dini hari. Beberapa jam lagi aku harus bersiap dan pergi restoran. Bahkan aku tidak ada niat untuk bekerja, sosok bibi Yoon menjadi mengerikan untukku.
*
"Ji Eun-ah."
Aku mengerang pelan. Terasa pundakku digerakkan oleh seseorang.
"Ireona palli." Gerakan tangan itu semakin kencang. (Cepat bangun)
Dengan susah payah aku bangkit dan duduk menatap Yoo Jin, pelaku yang mengganggu tidurku. "Pukul berapa sekarang?"
"Tujuh."
Kedua mataku membulat seketika. Dengan cepat aku segera turun dari ranjang, menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Meninggalkan Yoo Jin yang hampir terjatuh dari tempatnya karena terkejut.
Setelah beberapa menit membersihkan diri dan berpakaian, aku pun segera turun ke dapur untuk membantu Hye Ra dan Yoo Jin memasak.
Begitu aku berada di ujung anak tangga, aku menemukan pria paruh baya yang kini tengah memakai sepatu. Hye Ra juga ada disana, tangannya memegang sebuah tas kerja.
"Appa, lain kali cobalah masakanku. Appa setiap hari hanya sarapan roti, sedangkan saat di rumah sakit selalu makan dengan menu yang sama."
Pria paruh baya itu adalah orang pertama yang kutemui ketika terbangun di dunia ini. Ia adalah dokter yang dulu pernah menyembuhkanku, sekaligus ayah dari Hye Ra.
"Nanti saja, saat libur appa akan mencoba masakanmu."
"Libur apanya? Bahkan appa selalu tidur di rumah sakit dan meninggalkanku sendirian." Hye Ra sedikit menghentakkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop
Fanfiction[180614] - [200113] Kupikir, bertemu dengan sang idola itu sebuah harapan mustahil. Mengingat latar belakang keluargaku, dan bahkan cermin pun menjadi penghalangku. Tapi siapa sangka bahwa sebuah toko misterius yang kumasuki bisa membawaku tuk berte...