Prologue

22.3K 1.7K 181
                                    

"I believe, a miracle exists."
.
.

February, 2018

Musim semi, bunga Sakura sedikit berguguran terkena angin. Sinar senja sang mentari sudah mulai muncul.

Terdengar dengan jelas suara hembusan angin mengiringi langkah kesal seorang gadis dengan rambut panjang ber-pony. Bunga Sakura yang bermekaran pun tidak membuat suasana hatinya membaik, meski ia sangat menyukainya.

Diabaikannya handphone yang bergetar di dalam tas kecilnya. Hingga akhirnya getaran itu membuatnya geram dan terpaksa ia membuka tasnya, mengambil benda pipih tersebut. Terdapat banyak panggilan masuk juga pesan dari orang yang sama.

Tampak tak peduli, gadis itupun kembali memasukkan handphone-nya ke dalam tas lalu kembali berjalan.

Dipipi chubby-nya, air mata terlihat mengalir cukup deras. Diusapnya pipi itu dengan kasar. Langkah kakinya memelan, perasaannya semakin kacau. Diabaikannya seluruh tatapan yang mengarah padanya.

Hari ini, benda kesayangan yang baru saja ia beli, dirusak oleh adik dan ibunya sendiri. Gadis itu merasa bahwa ibunya tidak menyayanginya, itu jelas terlihat dari perilaku kasar yang selalu ditujukan untuknya.

Jauh dalam lubuk hati, ia ingin sekali dibanggakan oleh kedua orang tuanya. Ia ingin kehadirannya dianggap dan mendapatkan kasih sayang yang setara dengan adiknya.

Bertahun-tahun ia hidup seperti itu. Merasa putus asa di setiap langkah yang ia ambil. Hingga akhirnya ia menyadari, hanya musik yang mampu memahami dan mewakilkan perasaannya.

Hampir lima tahun ini, ia mengagumi sebuah idol dengan karyanya yang mampu membuat hampir semua orang memahami maknanya.

Sikap konyol para member, video dance practice, siaran live, konser, dan postingan pada akun SNS mereka, entah kenapa mampu membuat gadis itu merasa terhibur.

Mereka adalah semangat hidupnya, mereka adalah sosok yang membuatnya bertahan.

'Bangtan sonyeondan', begitulah ia memanggil mereka.

'BTS', begitulah seluruh dunia mengenal mereka.

Disaat hancur seperti ini, ia biasanya mendengarkan lagu dari idol kesayangannya. Namun kali ini, untuk memegang handphone pun rasanya enggan. Ia sudah terlalu muak.

Tanpa ia sadari, kaki kecil itu menuntunnya ke sebuah toko yang tidak pernah ada sebelumnya. Sebuah toko di sudut kota dengan arsitektur kuno, namun tidak seperti layaknya bangunan tradisional Korea, melainkan seperti bangunan khas Eropa.

Begitu sampai di depan toko, langkahnya terhenti. Ia menatap bangunan itu dengan was-was, seakan bersiap diri jika ada sesuatu yang menakutkan keluar begitu saja dari dalam sana.

Jujur saja, bangunan itu sangat unik. Terdapat pohon Sakura yang cukup besar dengan sebuah kandang burung kecil berwarna biru tergantung pada rantingnya.

Namun entah apa yang merasukinya, tanpa sadar ia berjalan berbelok memasuki pekarangan toko tersebut meski ia sedikit takut.

Dinaikinya perlahan anak tangga yang mengarah ke teras toko. Terdapat sebuah tulisan yang diukir di sebuah papan yang tergantung di samping kanan pintu toko.

Diperhatikannya setiap kata yang terukir dipapan tersebut, membacanya secara detail.

Dan bagaikan terkena sihir, ia sukses dibuat penasaran pada toko tersebut. Hingga akhirnya suara lonceng kuno pun terdengar seiring dengan pintu yang terbuka karena didorong olehnya.

Gadis itu sebenarnya tidak memiliki cukup keberanian. Namun ia tidak sadar, kalimat itulah yang membuat rasa takutnya terganti oleh tekat kuat untuk memasuki toko tersebut. Sebuah kalimat yang berbunyi,

"The magical time is coming.
Come to the Magic Shop.
Now, take off your mask and
open your eyes."

.
.
.

Hi!
Ini ff pertama aku..
Aku harap kalian bisa maklumin tulisanku yang masih berantakan dan ga nyambung.

I want you give me your vote & your comment~
ㅇvㅇ

-gsl-

Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang