Ch. 45 : Heartbeat

3K 459 79
                                    

"Feelings of guilt can only be felt after you leave.
And when you realize it, it's too late."
.
.

Jungkook POV

Aku berjalan memasuki pesawat bersama para member. Menuju area bisnis yang sudah tak asing bagi kami. Namun entah kenapa langkah kakiku terasa berat.

Suara pekikkan khas para fans masih terngiang-ngiang ditelingaku meski itu sudah terjadi sekitar dua jam yang lalu.

Beberapa menit lagi kami akan berangkat ke Amerika, melakukan perform pertama kami di Billboard. Akhirnya salah satu impian kami dapat tercapai. Seharusnya aku merasa senang, bukannya sedih seperti ini.

Tidak salah lagi, ini karena tadi pagi. Masalahku dengan Ji Eun. Seharian ini pikiranku tak pernah lepas dari gadis itu. Membuatku sedikit frustasi.

"Ya, Jungkook-ah! Kenapa kau berdiri disitu?" Suara khas Jin menyadarkan lamunanku.

"Ne?" jawabku.

"Duduklah, sebentar lagi kita berangkat."

Aku menuruti ucapannya. Mengambil posisi duduk tepat di samping Taehyung yang tampak begitu asik dengan pikirannya.

Beberapa saat kemudian, perlahan kurasakan pesawat yang kami tumpangi mulai bergerak, membuat goncangan cukup kencang begitu benda besar ini mulai lepas landas.

Aku dan Taehyung hanya diam. Lagipula aku tidak tahu topik apa yang sesuai untuk memulai percakapan.

"Yeoreobun. Persiapkan diri kita untuk hari yang besar," ucap Hoseok dengan penuh semangat. (Semuanya)

Para member menanggapinya dengan senyuman penuh kebahagiaan, termasuk Yoongi yang sudah mengambil posisi nyaman untuk berbaring.

"Kita harus menampilkannya dengan baik. Jangan takut hanya karena kita diwawancarai menggunakan bahasa Inggris," sahut Namjoon.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa leader kami memang yang terbaik dalam bahasa Inggris.

"Geudae, hyung," Jimin memutuskan ucapannya. (Tapi,)

Pria itu menoleh ke arahku sebentar sebelum melanjutkan, "Kenapa Jungkook terlihat begitu tenang? Biasanya ia yang paling bersemangat diantara kita."

Kini semuanya menatapku penuh arti, seakan menuntut sesuatu dariku. Aku menghela napas, "Entahlah, perasaanku sedikit aneh."

"Apa karena Ji Eun?"

Suara itu, Taehyung. Aku refleks menoleh ke arahnya.

"Ji Eun ada masalah denganmu?" tanya Seokjin.

Aku hanya menggeleng pelan.

"Kurasa yang bermasalah Jungkook, bukan Ji Eun," ujar Taehyung, lagi.

"Jinjja yo?" (Benarkah?)

Aku menatap Taehyung sedikit kesal, ia berkata seakan-akan ia mengetahui semuanya. Apa Ji Eun mengatakan semua yang terjadi pada kami padanya? Gadis itu, kenapa terus membuatku kesal?

Taehyung bersikap seakan menyudutkanku dihadapan para member.

"Hyung, tahu apa kau tentang kami?" sahutku kesal pada Taehyung.

Kurasakan tangan Jimin menyentuh pundakku. "Jungkook-ah, jangan begitu."

Aku menepisnya. "Jangan pernah bersikap seakan hyung tahu semuanya. Ini urusanku, berhentilah ikut campur. Dan asal hyung tahu, hubungan kami sudah berakhir. Ia mengkhianatiku."

Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang