"No matter what, rain falls and darkness erases.
I'll definitely save you.
You're not alone."
.
.Mataku berfokus pada buku tebal dihadapanku. Sesekali aku menatap ke arah jendela, memperhatikan langit yang mulai berwarna biru gelap.
Aku duduk di kursi dekat jendela sambil membaca buku mengenai filosofi. Karena sudah tidak ada pelanggan, jadi aku memutuskan untuk membaca buku, bagaimana pun aku juga harus belajar untuk bisa lolos masuk ke universitas yang aku inginkan.
Aku menghela nafas. Aku merindukan Jungkook.
Lalu tiba-tiba Bibi Yoon duduk dikursi hadapanku. Senyumnya terlihat mengembang. "Sedang belajar?"
Aku mengangguk. "Ne. Aku harus bisa masuk ke universitas yang aku inginkan."
Ia memperhatikan buku yang aku baca. "Gadis pintar."
Aku terkekeh mendengarnya.
Beberapa saat kemudian aku teringat sesuatu. Aku menatap Bibi yang sedang meminun teh nya. "Bibi, sejak kapan Bangtan sering datang kesini?"
Ia meletakkan cangkirnya lalu menatapku. "Sudah cukup lama. Yang aku ingat, saat pertama kali mereka datang, salah satu dari mereka berambut hijau dan memakai kacamata."
Aku menyernyit.
Rambut hijau? Era Fire? RM?
Aku kembali bertanya, "Apa dia tinggi?"
Bibi Yoon menggeleng. "Ani, kupikir ia adalah anggota yang tidak terlalu tinggi. Aku lupa siapa yang berambut hijau saat itu."
Itu berarti bukan RM.
Pikiranku menerawang jauh mengingat-ingat siapa member yang pernah berambut hijau.
Bibi Yoon melanjutkan, "Ah.. kurasa saat itu Jimin berambut jingga. Aku ingat dia makan banyak saat itu."
Jimin berambut jingga? Itu artinya member berambut hijau itu adalah Suga. Tepat di era Run.
Aku membuka galeri handphone-ku dan menunjukkan foto Suga saat di era Run. "Dia orangnya kan?"
"Ahh.. Iya benar. Oww.. Ternyata orang itu Yoongi, aku lupa." Bibi Yoon tertawa.
Aku menatap wanita paruh baya dihadapanku ini dengan kagum. "Uwaa, daebak. Itu kan tahun 2015, dan sampai sekarang mereka masih sering datang kesini. Bibi, kau benar-benar beruntung.
Bibi Yoon tersenyum bangga kearahku. "Meskipun restoran ini tidak begitu besar, setidaknya tempat ini menjadi restoran favorit idol terkenal.
Aku menggangguk. "Benar. Dan aku bangga karena bisa bekerja di restoran ini."
Kami pun tertawa bersama, mengetahui bahwa kini idol yang dulu belum terkenal seperti saat ini sering berkunjung ke restoran ini. Bahkan sampai sekarang pun mereka masih sering berkunjung.
Aku terharu. Meskipun Bangtan sudah semakin terkenal, namun ia tetap mau makan ditempat sederhana seperti ini.
I proud of them.
Aku tersenyum jahil kepada Bibi. "Ngomong-ngomong, siapa dari mereka yang termasuk tipe bibi?"
Bibi hampir tersedak saat meminum teh nya karena perkataanku. Ia menatapku tidak percaya. "Musun suriya!" (Apa yang kau katakan!)
Aku terkekeh. "Jawab saja."
"Eum.." Bibi menatap keatas. Pikirannya terlihat menerawang jauh. "Kurasa Namjoon, ia tinggi dan terlihat seksi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop
Fiksi Penggemar[180614] - [200113] Kupikir, bertemu dengan sang idola itu sebuah harapan mustahil. Mengingat latar belakang keluargaku, dan bahkan cermin pun menjadi penghalangku. Tapi siapa sangka bahwa sebuah toko misterius yang kumasuki bisa membawaku tuk berte...