"I will take a step forward first
So please stay and wait there for me."
.
.Kedua mataku sudah terbuka sejak beberapa jam yang lalu.
Tubuhku terasa pegal. Dan aku hanya bisa berbaring di atas ranjang sambil menatap platfon kamarku. Ini bukan karena tidurku terlalu banyak gerak, melainkan karena tidak bisa tidur semalaman. Tubuhku rasanya jadi seperti ini.
Ku lirik jam weker di atas nakas samping ranjangku, jam itu menunjukkan sudah pukul enam pagi.
Aku menghela nafas.
Surat pemberian Taehyung kemarin membuatku jadi seperti ini. Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak dan hanya tertidur selama tiga jam saja. Aku tidak menyangka bahwa efeknya akan jadi seperti ini. Setiap aku mencoba memejamkan mata, aku terbayang-bayang apa yang akan terjadi pada Taehyung dan Jungkook.
Aku tidak ingin mereka bertengkar, apalagi hanya karena gadis sepertiku. Aku tidak ingin.
Aku bangkit dari tidurku dan memutuskan untuk mandi, sekaligus untuk menenangkan pikiranku. Semoga saja berhasil.
Setelah itu, aku segera berpakaian rapi lalu menuju ke dapur untuk memasak. Untung saja beberapa hari yang lalu aku sudah membeli persediaan sayuran dan bahan lainnya karena hari ini ibu dan adikku pulang, maka aku harus membuatkan sesuatu yang spesial untuk mereka.
Ini masih pagi, jam menunjukkan masih pukul tujuh dan aku akan ke bandara Incheon sekitar pukul sepuluh karena pesawat mereka akan mendarat pukul sebelas. Jadi masih ada banyak waktu.
Aku membuka kulkas dan ternyata masih banyak persediaan kimchi. Jadi aku tidak perlu memasaknya lagi. Setelah mengambil beberapa bahan, aku pun segera memasak.
Sudah dua jam aku menghabiskan waktuku di dapur, dan akhirnya semua sudah selesai. Aku segera kembali kamar untuk bersiap pergi, setelah itu aku keluar dan mengunci pintu sebelum pergi.
Aku berjalan menuju halte sambil memandangi toko-toko di pinggir jalan. Beberapa dari mereka baru membuka tokonya. Semalam sebelum tidur, aku sudah izin kepada bibi Yoon untuk libur sehari karena aku akan menjemput ibu dan adikku. Dan aku diizinkan.
Tapi mengingat restoran membuatku jadi lapar. Aku belum sempat sarapan dan biasanya saat aku berangkat kerja, bibi selalu menyuruhku sarapan di restoran terlebih dahulu.
Begitu sampai di halte, aku segera duduk di kursi bagian ujung. Di halte ini hanya ada dua orang, seorang gadis di sampingku ini duduk terlalu jauh. Dia duduk di ujung kanan sedangkan aku di ujung kiri.
Ia memakai masker dan rambutnya diikat ponytail. Aku tidak dapat melihat wajahnya, namun ia sempat melihatku beberapa detik lalu kembali fokus menatap jalanan.
Dan aku juga melakukan hal yang sama hingga suara klakson membuatku menoleh. Di depanku kini berhenti mobil hitam yang terlihat familiar. Dan begitu kaca mobil diturunkan, aku baru dapat melihat siapa pengemudi mobil tersebut.
Ia tersenyum begitu manis dan gigi kelincinya terlihat, ia tersenyum sangat lebar. Aku terkekeh melihatnya.
"Eodi ga?" Tanyanya. (Kau mau kemana?)
"Ke tempat yang jauh." Jawabku.
Ia sedikit mengerutkan dahinya lalu tangannya melambai. Menyuruhku untuk mendekat.
Aku bangkit dari dudukku lalu berjalan menghampirinya. "Ada apa?"
"Masuklah. Aku akan mengantarmu."
Aku menatapnya heran. "Tapi aku akan pergi keㅡ"
"Sudah ku bilang masuk saja."
Ok. Sejak kapan Jeon Jungkook mulai memaksaku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop
Fiksi Penggemar[180614] - [200113] Kupikir, bertemu dengan sang idola itu sebuah harapan mustahil. Mengingat latar belakang keluargaku, dan bahkan cermin pun menjadi penghalangku. Tapi siapa sangka bahwa sebuah toko misterius yang kumasuki bisa membawaku tuk berte...