Ch. 29 : Anpanman

3.1K 503 43
                                        

"I choose you because I'm sure of my feelings. And thank you for saving me."

.
.

Aku berdiri di depan gerbang rumahku sembari memastikan diriku aman, karena tidak ingin ketika aku pergi akan ada yang mengikuti. Ku lirik jarum jam tanganku sudah menunjukkan angka enam, langit pun sudah sedikit mulai menggelap.

Ga Eun sakit dan ibu masih belum pulang kerja. Jadi aku memutuskan pergi ke apotik sebentar untuk membelikan adikku obat karena aku tidak ingin merepotkan ibu. Dan meskipun Ga Eun menyebalkan, bagaimana pun juga aku tetap menyayanginya.

Saat kurasa sudah aman, aku memutuskan untuk berangkat. Diperjalanan, ucapan Yoo Jin kemarin terus terngiang-ngiang dipikiranku, ia sangat takut jika aku akan terluka jika pergi sendirian. Bahkan gadis itu sampai menawarkan diri untuk menolongku jika aku membutuhkan sesuatu.

Jika benar sasaeng itu akan menyerangku, maka aku harus sanggup menyerangnya balik. Mungkin jika orang lain mengetahui apa yang terjadi padaku sebelumnya, mereka akan berpikir diriku lemah karena tidak bisa melawan.

Tapi pikirkan jika punggung seorang gadis di pukul dari belakang dan saat kalian merasakan sakit, tiba-tiba di seret begitu saja. Bahkan kepala kalian pun dibenturkan ke tembok, membuat rasa sakit, pusing, dan penglihatan menjadi tidak jelas. Apa kalian masih sanggup melawan? Kurasa, tidak.

Kini aku sedang duduk di halte, sembari sesekali menoleh untuk mengecek keadaan, kurasa aku benar-benar aman. Begitu bus datang aku segera naik, dan beberapa menit kemudian aku sampai.

Aku kembali berjalan dan kulihat sebuah apotik dengan lampu yang menyala terang di depan sana.

Begitu sampai, aku segera mengatakan pada apoteker nama obat yang aku butuhkan. Namun obat itu ternyata sudah habis, dan sialnya Ga Eun hanya cocok dengan obat itu saja.

Aku mengucapkan terima kasih lalu keluar dan kembali berjalan untuk mencari apotik lain. Handphone-ku tiba-tiba berdering, kulihat layar bahwa ibu menelpon. Aku segera mengangkatnya. "Yeoboseyo." (Halo)

"Ji Eun-ah, hari ini eomma pulang lebih awal. Apa kau ingin titip sesuatu?" tanya ibu.

Senyumku terukir, ibu muncul di waktu yang tepat. "Tolong belikan obat biasa untuk Ga Eun saja, ia sedang demam." Aku berhenti berjalan dan sedikit menepi agar tidak menghalangi jalan. "Sekarang aku sedang ada diluar untuk membelikan obatnya, tapi ternyata obat itu habis."

"Ga Eun sakit? Tapi tadi pagi ia baik-baik saja," ujar ibu heran.

Aku mengangguk meski ibu tidak melihatnya. "Ia mengatakan tubuhnya lemas tadi sore saat sepulang sekolah, wajahnya benar-benar telihat terlihat pucat."

"Baiklah, eomma akan membelikan obatnya. Kau hati-hati di sana."

"Nde, eomma." Lalu aku memutuskan sambungan telponnya.

Aku menghela napas lega.

Saat aku mulai berjalan, handphone-ku kembali berbunyi. Tapi kali ini sebuah pesan masuk, aku membukanya. Jantungku seakan berhenti berdetak ketika melihat username si pengirim. Tidak salah lagi, ia Yeong In.

d7ddls: (send you a location)
d7ddls: Datanglah ke alamat itu, kekasihmu sekarat.

Kedua mataku membulat seketika. Pikiranku langsung tertuju pada Jungkook, dengan cepat aku mencari nomor pria itu dan menelponnya. Tapi panggilanku tidak dijawab, bahkan sudah berkali-kali aku mencoba tapi tetap sama.

Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang