"So from now on, I'll tell him if I love him so much."
.
.Cahaya mulai memasuki mataku. Perlahan aku mengedipkan kelopak mata, mengabaikan rasa kantuk yang terus memaksaku untuk tertidur.
Aku mengerang lalu mendudukkan diri. Kulirik jam di atas nakas yang menunjukkan pukul dua dini hari.
Aku berada di atas kasur dengan selimut dua lapis yang tersibak karena posisiku. Kutatap sekeliling ruangan bernuansa putih dengan beberapa interior mewah di setiap sudut, kamar ini terlihat sangat asing bagiku. Di sebelah kiriku terdapat rak yang dipenuhi berbagai pajangan, lalu di dekat jendela terdapat komputer dan speaker yang begitu besar.
Aku masih ingat dengan jelas apa yang terjadi padaku sebelumnya. Yeong In menyekapku dan Jungkook bagaikan seorang pahlawan, datang menyelamatkanku. Lalu beberapa saat kemudian aku tertidur saat memeluknya. Atau lebih tepatnya aku pingsan.
Rasa pusing kembali datang, ku pegang kepalaku karena pandanganku seakan terus berputar.
Namun, tanpa sengaja aku melihat pakaian bagian lengan yang kini aku kenakan. Aku tersentak seketika.
Kini aku mengenakan piyama berukuran luar biasa besar berwarna navy, rambutku pun sudah kering. Aku segera mengecek tubuhku sendiri. Semuanya aman.
Lalu terdengar suara pintu terbuka.
Ku temukan Jungkook berdiri di ambang pintu dengan sorot wajah panik. Dengan cepat, ia berjalan ke arahku dan menyentuh dahiku.
"Kau sudah bangun? Sejak kapan?" tanyanya khawatir.
Kedua mata bulatnya terus tertuju padaku, aku dapat menemukan raut lelah pada wajahnya. Kutarik tubuhnya supaya duduk di samping ranjang yang kini ku tempati agar ia merasa rileks.
"Satu menit yang lalu." Kutatap wajah lelahnya. "Kau belum tidur?"
Ia menggeleng.
Jungkook tiba-tiba menangkup kedua pipiku. "Bagaimana perasaanmu? Kau baik-baik saja?"
Aku tersenyum dan mengangguk.
Jungkook menghela napas pelan. Tatapannya kini beralih pada pakaian yang kini ku kenakan. Ia tersenyum kecut. "Mianhae. Aku memakaikanmu piyamaku karena aku tidak punya pakaian wanita."
"Kau memakaikanku?" tanyaku panik.
"B-bukan. Maksudku, bukan aku. Tadi aku meminta coordi noona untuk menggantikanmu pakaian karena kau basah kuyup." Jungkook gelagapan ketika menjawabku.
Aku mengangguk kaku. "A-ahh.."
"Seharusnya aku meminta noona untuk membawakanmu pakaian ganti. Tapi karena panik, aku jadi lupa."
Aku terkekeh. "Gwaenchana." (Tidak apa-apa)
Jungkook mengangkat bungkusan plastik yang sedari tadi ia bawa. "Tapi, sekarang aku sudah membawakanmu pakaian ganti."
Aku tidak bisa menahan senyum. "Gomawo.." sahutku.
Jungkook mengangguk, lalu ia mengecek bagian tulang pipiku yang terasa pegal. Jarak antara wajahnya dan wajahku begitu dekat, membuatku sedikit menahan napas.
"Apa yang ia lakukan pada wajahmu?"
"Eung?" Aku memiringkan kepalaku, namun ia kembali menegakkannya.
Jungkook mengelus bagian tulang pipiku lembut, aku memejamkan mataku ketika rasa pegal dan perih menjadi satu ketika ia melakukannya.
"Apa masih terasa sangat sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop
Fanfiction[180614] - [200113] Kupikir, bertemu dengan sang idola itu sebuah harapan mustahil. Mengingat latar belakang keluargaku, dan bahkan cermin pun menjadi penghalangku. Tapi siapa sangka bahwa sebuah toko misterius yang kumasuki bisa membawaku tuk berte...