"Life will be full of surprises if you meet nice people."
.
."Han Ji Eun, ambil kotak kosmetik di ruanganku!"
"Ji Eun-ah, belikan kopi!"
"Ji Eun-ssi, kemana saja kau? Pegang ini!"
"Noona, kau diminta membuat poster."
"Han Ji Eun! Jangan santai-santai, bersihkan itu!"
Ya ampun, sebenarnya apa yang terjadi hari ini?!
Aku berlari ke sana ke sini sejak memasuki gedung Bighit. Menuruti perintah para staff yang sibuk akan kegiatan yang bahkan aku sendiri tidak mengerti. Demi apa, aku hanya seorang koreografer, bukan asisten.
Kaki yang terasa pegal memaksaku untuk bersembunyi di atas rooftop untuk beristirahat. Panas matahari terasa menusuk kulit meski jam tanganku sudah menunjukkan pukul empat. Aku juga sangat lapar. Karena terlalu sibuk, aku sampai melupakan waktu makan siangku.
Ini melelahkan sekali.
Bukannya tidak mau membantu, tapi aku bertanya-tanya, kenapa hanya aku yang dimintai pertolongan sedangkan banyak orang yang menganggur di dalam sana.
Benda pipih di dalam saku tiba-tiba terasa bergetar, aku segera mengambilnya dan melihat layar tersebut. Nama Jungkook tertera di sana, tanpa menunggu lama aku segera mengangkatnya.
"Yeoboseyo?" ucapku yang entah kenapa terdengar seperti cicitan. (Halo?)
"Ji Eun-ah, gwaenchanha?" tanya Jungkook di seberang sana. Ia selalu saja tahu apa yang kurasakan begitu mendengar suaraku. (Kau baik-baik saja?)
Aku tersenyum. "Eum. Kenapa tiba-tiba menelepon?"
"Apa kau sibuk? Aku mau mengajakmu pergi sebentar."
Aku tertawa dalam hati. Ini sebuah kesempatan emas untuk menghindari semuanya di gedung ini.
"Tidak, kok. Kau ada di mana? Biar aku ke sana."
"Aku di ruang latihan. Hubungi aku saat sampai ya."
"Siap, bos."
Panggilan pun terputus. Aku segera turun dari rooftop dan menuju ruang latihan Bangtan.
Kupikir aku akan dihujani banyak pertanyaan dan kembali dimintai tolong begitu melewati para staff. Namun rupanya aku salah, mereka semua justru menggerombol, tertawa heboh dan tiba-tiba tawa itu berhenti begitu melihatku datang.
Kesunyian pun meliputi kami.
"Ada apa?" tanyaku pada mereka.
Semua tampak saling berpandangan lalu kembali menatapku sembari tersenyum. Salah seorang pria berkata, "Tidak ada. Iya, kan?"
Mereka mengangguk.
Aku menyipitkan mata begitu merasa ada yang aneh. "Kalian mengerjaiku, ya?"
Sebuah informasi, semua staff di Bighit itu termasuk orang-orang jahil dengan tingkat humor yang begitu rendah. Aku teringat saat aku masih menjadi orang baru di sini, mereka selalu menjahiliku dan mengatakan bahwa ada serangga di tubuhku. Dan terakhir kali mereka menjahiliku adalah, mengunciku di dalam kamar mandi lalu mematikan lampunya hingga aku berteriak ketakutan.
Lucu sekali.
"Jangan percaya diri begitu, nanti hidungmu membesar," ucap rekanku.
Aku mendengus geli. "Tidak mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop
Fanfiction[180614] - [200113] Kupikir, bertemu dengan sang idola itu sebuah harapan mustahil. Mengingat latar belakang keluargaku, dan bahkan cermin pun menjadi penghalangku. Tapi siapa sangka bahwa sebuah toko misterius yang kumasuki bisa membawaku tuk berte...