Part 5 - KESIE

5K 200 7
                                    

[][][][]

Perlahan - lahan mata itu terbuka. Mata hitam pekat itu mengerjap - ngerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Riel yang sedang duduk di kursi UKS samping cewek itu langsung berdiri dan menggenggam tangannya. Mata hitam pekat itu terbuka dan menatap Riel sendu.

" Evin ...? " cewek itu mengubah posisi menjadi duduk. Matanya mulai berair. Evin adalah nama kedua Riel yang dimana saat kecil mereka berdua punya panggilan masing - masing. Evin dan Natha. Panggilan itu kembali lagi sekarang. Membuka lagi lembaran masa kecil mereka yang indah.

" Kenapa Natha ? Kenapa lo pingsan tadi? Nggak enak badan? Kalo nggak enak badan nggak usah datang ke sekolah dulu. Lo bikin gue khawatir. " entah kemana menghilang mimik suara dingin dari seorang Riel. Suara dingin itu tergantikan dengan suara lembut yang menenangkan. Tangan Riel bergerak mengusap puncuk kepala Kesie. Dan gerakan selanjutnya Kesie memeluk erat Riel. Menumpahkan segala kesedihannya lewat air mata. Menumpahkan kecewanya pada Dirga. Riel membalas pelukan itu.

" Natha kenapa? Cerita sama gue. " tangan Riel bergerak mengusap punggung Kesie.

" Hiks.. Hiks... Evin...Hiks.. Natha sakit. Hiks.. " Kesie masih memeluk erat Riel. Mengabaikan seragam Riel yang mulai basah karena air matanya.

" Mana yang sakit? " Riel bertanya dengan pelan. Bukannya menjawab tangis Kesie malah semakin keras.

" Evin.. Natha takut. Hiks.. Hiks.. "

" Natha kenapa? " tangan Riel tak hentinya mengusap punggung Kesie yang masih terisak.

" Evin... Dia nggak sayang Natha. Dia nggak cinta Natha. Hiks.. Dia bilang jijik sama Natha. Hiks.. Dia bilang Natha hiks.. bukan tipenya. Terus kenapa dia pacaran sama Natha kalau dia nggak sayang Natha hiks.. " Riel menghentikan usapan tangannya di punggung Kesie. Kedua tangannya benar - benar kurangajar Dirga itu. Memang sudah dari awal Kesie seharusnya tak membiarkan taruhan itu berlanjut. Seharusnya pikiran untuk menjaga Kesie dari jauh di tepisnya. Tapi Riel berusaha menahan emosinya. Riel pastikan Dirga akan mendapatkan balasannya.

" Udah nggak usah nangis. Cowok kayak gitu nggak perlu ditangisin. Cowok yang ngelukain ceweknya nggak perlu ditangisin. Habisin air mata aja. "

" Hiks.. Hiks... " Kesie masih saja menangis.

" Nggak usah nangis Natha. Kayak nggak ada cowok lain aja di dunia. Putusin aja dia. Lagipula kalo lo nangis terus nanti buayanya nggak bisa makan lo nanti. " Kesie menghentikan tangisnya dan melepas pelukannya pada Riel. Kening Kesie bertaut pertanda bingung.

" Buaya? Kok jadi buaya? "

Riel terlihat menahan tawa " Yailah buaya. Kalo misalnya nanti lo gue lempar ke rawa - rawa terus ada buaya yang nanti akan makan lo. Kan nggak lucu kalo paa mau dimakan lonya nggak nangis. Nanti tu buaya kirain lo gila. Mana bisa buaya makan orang gila. "

" Ihh apaan sih? Gaje tau nggak. " Kesie mendorong pelan bahu Riel.

" Hahahaha makanya jangan nangis terus. Liat nih baju gue sampe basah. Lo sih nangis kayak hujan aja. Kalo di tampung di ember pasti penuh ini. " Kesie kembali menyerang Riel. Pukulan - pukulan kecil di terima Riel. Riel terkekeh.

" Nggak mempan -- Adoh sakit tau kalo mau nyubit bilang - bilang. " Riel mengusap - ngusap perutnya yang baru saja mendapatkan cubitan dari Kesie.

" Bikin kesel aja sih. " Kesie mengerucutkan bibirnya.

" Udah ahh bibir lo kaya bebek aja. " Riel menyentil bibir Kesie yang dimajukan.

" Sakit tau. "

" Hehe maaf. Tapi kok lo bisa pingsan sih? " Riel bertanya dengan sebelah alisnya terangkat. Kesie diam. Dia juga bingung tadi saat sedang mendengar percakapan Dirga dan Felicia, Kesie biasa - biasa saja. Tapi kepalanya pusing dan akhirnya semua gelap. Lalu Kesie tak ingat apapun lagi.

KESIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang