Part 48 - KESIE

1.1K 47 1
                                    

Tante Ratu baik - baik saja. Saat sampai di rumah sakit kata dokter tante Ratu hanya mengalami luka ringan saja. Dia pingsan hanya karena shock. Dan setelah mendapat kabar itu Dirga dan Riel jadi berakhir di taman rumah sakit.

Mereka harus meluruskan kesalahpahaman mungkin.

" Gue udah bilang gue nggak sengaja Ga. " Riel kembali bersuara. Cowok itu menatap langit malam yang begitu gelap, seperti akan turun hujan sebentar lagi. " Gue minta maaf gue emang salah tapi gue nggak sengaja. Gue tadi nerima telpon dan-- "

" Gue liat dia Ri. " Dirga bersuara pelan. Dia ikut menatap langit malam. " Gue liat Gerry, setelah setahun akhirnya kita ketemu lagi. "

Riel menoleh ke arah Dirga. Cowok itu tau betul siapa yang dibicarakan Dirga. Gerry dan sepupunya Nara. Hal yang tidak akan terlupakan. Terlebih lagi Nara menghilang setelah kasus tabrakan Angga. Dan dari situ, mereka tidak pernah mau tau lagi dengan kasus itu.

Seakan terlupakan dengan Nara yang menghilang.

" Gue takut dia datang buat balas dendam. Gue tau kejadian penusukan itu nggak pernah dilupain sama dia. " lanjut Dirga. Cowok itu bersandar di kursi taman. " Gue nggak mau ada yang terluka lagi. "

" Lo tau itu bukan salah lo, Ga. Itu faktor ketidaksengajaan. "

" Tapi bagi Gerry enggak. Gue yakin dia bakal balas dendam. "

Balas dendam yah. Riel menghembuskan nafas panjang. Cowok itu kemudian ikut bersandar di kursi taman.

" Apa kita bakal perang lagi? "

" Bagi gue enggak. Gue bakal berusaha supaya nggak bakal ada perang lagi. "

Itu menurut Dirga. Tapi tentu saja perseteruan ini diawali dengan perang, tentu saja akan berakhir dengan perang.

" Gue takut Kesie kenapa - napa. Dia sasaran paling empuk buat dijadiin alat balas dendam. "

Riel menggumam mengiyakan. Rintik hujan perlahan mulai turun membuat Riel berdiri dari duduknya.

" Udah mau hujan, gue mau pulang. " Riel hendak melangkahkan kakinya pergi dari taman tapi pertanyaan Dirga selanjutnya membuat cowok itu berbalik.

" Lo sama gue kan? " pertanyaan Dirga itu memiliki makna yang berarti. " Kalo kita akhirnya bakal perang nanti, lo sama gue kan? "

Riel menatap Dirga dengan wajah datarnya. Cowok itu kemudian melangkah lagi, " Kalo lo tau kenapa nanya? "

Dirga mengulas senyum tipis. Matanya menatap punggung sang sahabat yang semakin jauh. " Semoga aja gitu. "

[][][][]

Malam ini hujan mulai turun dengan lebat. Untung saja Kesie sudah sampai di rumahnya. Dia baru saja kembali dari rumah Dirga, habis mengantar tante Ratu. Rasanya, hari ini cukup berat. Kesie capek.

Seperti biasa. Rumahnya kosong. Tidak ada mama dan papa. Mama Karina pasti ikut papa Sergio lagi, kerja. Gadis itu hendak melangkah ke arah tangga tapi suara dari dapur membuatnya berhenti. Keningnya mengeryit.

Apa pembantu? Tapi, tidak mungkin ada yang bekerja dengan kondisi gelap begitukan? Kesie melangkah perlahan ke arah dapur. Lagi - lagi sebuah suara. Dia takut, tapi jika itu pencuri bagaimana?

Kesie semakin mendekat ke arah dapur, gadis itu berhenti di depan pembatas ruang keluarga dan dapur. Tangannya merambat ke dinding mencari saklar lampu.

Ctakk..

" Eh Hai. "

" AKHHHHH MALINGGGG.. " Kesie segera mengambil panci. Gadis itu berlari ke arah seseorang lalu mulai menghantamnya dengan panci. " Maling. Lo beraninya masuk sini. "

Pakk..

Buak..

" HEH SAKIT! "

Buakk..

Pak..

Tangan Kesie ditahan. Pancinya terlempar. Orang di depannya tampak mendecih. Dia menatap Kesie kesal.

" Lo diem bisa nggak? Orang gue datang bertamu. "

" BERTAMU APANYA? MANA ADA ORANG BERTAMU LANGSUNG MASUK KE RUMAH ORANG YANG NGGAK ADA PENGHUNINYA? "

" Cielah, kalem dong. " tangan Kesie dilepaskan. Gadis itu menjaga jarak dengan si terduga maling. Sementara yang terduga kembali makan. Rupanya dia membongkar kulkas. " Lo lama. Jadi gue makan bentar. "

" Lo jadi tamu nggak ada sopan - sopannya. Pergi lo! Gue juga nggak kenal lo. "

" Lo nggak liat di luar hujan? Lagipula gue udah nunggu lo 3 jam. " Kesie menatapnya lamat. Mata gadis itu bergerak cepat menatap orang di depannya. Meneliti seluruh tubuhnya. Siapa tau dia berniat jahat dan membawa senjata tajam. " Kenapa lo liat gue kek gitu? Ganteng yah gue? "

Kesie hanya diam. Dia tidak mau menyahut malah memilih lebih menjauh dari si terduga maling. Masalahnya ini orang tidak dikenal.

" Gue nggak berniat jahatin lo. Mumpung masih baik nih. Tapi, gue kasih tau nama gue. Baik kan? "

" ... " Kesie tak menjawab. Dia hanya memandang lamat orang di depannya. Sembari mundur perlahan.

" Gue Gerry. " laki - laki di depannya tersenyum. Lebih tepatnya sebuah senyum sinis. Dia menatap Kesie dalam. " Lo pacarnya Dirga dan sahabatnya Riel kan? "

" Lo ... tau dari mana? "

Gerry tertawa kecil. " Taulah. Apasih yang nggak gue tau. "

" Banyak. Lo nggak tau ada apa di kedalamaan 10000 meter antartika. Kan? "

" Yah nggak gitu juga kali. " Gerry berdiri. " Gue cuma datang berkunjung kok mau liat muka pacarnya Dirga aja. Nggak taunya, cantik juga. Lo kenapa mau sama Dirga? " seseorang yang bernama Gerry itu kembali melahap makanannya.

Kesie menatap datar sosok di depannya, " Hidup lo nggak guna yah sampe pengen ngurusin hidup orang lain. "

" Gemes yah gue sama lo. Saking gemesnya pengen gue bunuh sekarang aja. "

" Kenapa lo nggak bunuh diri aja? " Kesie menyahut. Gadis itu menatap mata lawan bicaranya. " Nggak usah bunuh orang lain. Mendingan bunuh diri lo aja sendiri. "

Gerry terkekeh kecil, " Gue kesel kalo lo tau. " laki - laki itu menatap Kesie tajam. Dia tidak suka gadis ini hidup lebih lama lagi. Terlalu cerewet dan menganggu ketenangan dunia. " Gue pasti cabut nyawa lo. "

" Lo bukan Tuhan, jadi jangan sok berkuasa. "

Gerry menghembuskan nafas malas. Sial, dia emosi. Niatnya datang kesini untuk menakuti gadis itu dan membuatnya tertekan. Tapi malah dilawan seperti ini. Gerry tidak suka gadis yang sok kuat seperti ini.

" L-- "

" Mendingan lo pergi. "

" Lo usir gue? " Gerry menatap Kesie semakin tajam. " Lo nggak tau aja orang yang lo usir bakal bunuh lo sama Dirga. "

" Serah lo lah. Mendingan keluar lo! "

Gerry mendecih, " Cewek goblok. Tunggu aja lo. Gue pastiin, gue bakal bunuh lo dengan tangan gue. " lalu Gerry berbalik dan berlalu ingin berlalu pergi tapi kalimat Kesie selanjutnya membuatnya mendengus kesal.

" Lo belum bayar makanannya. "

" Lo pikir ini rumah makan? "

" Itu beli pake duit. "

" Serah lo dah. "

Gerry emosi berhadapan dengan Kesie. Pemuda itu menendang kursi yang dia pakai duduk tadi, lalu berlalu pergi dari dapur.

Selepas kepergian Gerry, Kesie memegang dadanya, jantungnya berdegup dengan kencang. Dia takut. Benar - benar takut. Kakinya lemas membuatnya tak kuat berdiri lagi, lalu gadis itu terduduk di lantai dapur. Jantungnya berdegup semakin kencang.

Syukurlah dia selamat. Tameng judesnya ternyata berguna. Tapi, Gerry? Kesie seakan pernah mendengar nama ini. Tapi, dimana?

Pranggg..

" Di--dia ngapain? "

[][][][]

TBC

KESIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang