" Permisi dengan keluarga pasien? " suara serak yang terdengar menarik perhatian Kesie, Dirga, Riel dan Rachel. Mereka berempat berdiri.
" Saya neneknya dokter. " suara parau terdengar dari arah belakang. Mereka menoleh. Pasangan kekasih yang sudah tua dengan langkah terburu - buru menuju ke arah posisi mereka.
" Saya neneknya. " ulangnya lagi. Si dokter mengangguk.
" Baik. Silahkan ikut saya ke kantor. " dokter itu hendak pergi tapi memdengar suara Rachel dokter itu berhenti.
" Kami boleh masuk dokter? " dokter itu tersenyum.
" Untuk saat ini kalian belum boleh masuk. Jika kondisi pasien sudah stabil kalian baru boleh menjenguk pasien. Mari ibu dan bapak ikut saya. " si dokter berlalu pergi diikuti kakek Angga. Sementara nenek Angga masih berdiri di depan Kesie, Dirga, Riel dan Rachel.
" Kalian yang bawa Angga kesini? " tanyanya. Serentak keempat orang dengan setelan seragam SMA NUSANTARA itu mengangguk.
" Iya. Kami yang bawa. "
" Terima kasih kalian sudah bawa cucu oma kesini. " air mata turun di pipi yang mulai keriput itu. Kesie dan Rachel merangkul nenek Angga di kedua sisi sambil berusaha menenangkannya.
" Oma jangan nangis. " ujar Kesie.
" Semoga cucu oma di dalam bisa bertahan. Cuma dia yang kami punya. Punya Angga yang benar - benar tulus sayang sama oma sama opa. "
" Iya oma jangan nangis. Angga pasti kuat kok. " nenek Angga mengusap kedua bahu gadis tersebut. Semoga saja cucu tersayangnya itu bisa selamat. Nenek Angga akan melakukan apapun untuk menyelamatkan Angga. Pelukan mereka terlepas. Nenek Angga menghapus air matanya lalu tersenyum.
" Ya sudah. Kalian lebih baik pulang dulu. Kalian bisa datang lagi njenguk Angga. Nggak baik keliaran di luar masih pakai baju seragam. Jangan lupa doakan Angga supaya dia bisa cepat sembuh. " keempat orang itu mengangguk.
" Oma kita pamit pulang dulu. Kalo ada apa - apa bisa telepon Dirga. " ujar Dirga. Cowok itu tersenyum tulus. " Oma juga jangan lupa jaga kesehatan. " nenek Angga mengangguk.
" Ya sudah oma permisi dulu mau ke ruangan dokter tadi. " nenek Angga pergi berlalu.
" Kita juga pulang sekarang. Dan Kesie lo pulang aja dulu sama Riel. Tadi pagi mama bilang kalo acaranya nggak jadi bikin. Katanya sih papa ada urusan mendadak di singapura. " Kesie mengangguk membuat Dirga mengacak rambutnya.
" Chel, lo juga pulang yah. Nanti gue anterin lo pulang. " lanjut Dirga.
" Kesie gimana? Gue naik taksi aja. "
" Kesie pulangnya sama Riel. Nggak usah naik taksi. Kalo lo bunuh diri karena Angga kecelakaan nggak mau gue. " Rachel tertawa kecil mendengar ucapan Dirga. Setidaknya dia masih bisa terhibur dengan ini.
" Eh iya bentar malam kita datang lagi jenguk Angga? " tanya Rachel. Gadis itu masih saja khawatir. Walaupun Rachel seringkali tak perhatian pada Angga seperti orang pacaran pada umumnya. Tapi Rachel sayang pada Angga.
" Boleh aja. Nanti gue chat bentar aja. " Rachel dan Kesie menggangguk.
" Kalo gitu kita pulang sekarang. "
[][][][]
Suara tangis seorang nenek mendominasi seluruh ruangan dokter dengan nuansa putih itu. Sang kakek yang ada di samping si nenek mengelus bahu nenek itu perlahan, berusaha menenangkannya.
" Tapi tenang saja. Untung saja benturan yang terjadi di kepala Angga tidak keras sehingga tidak terjadi cedera pada susunan saraf ( neurotrauma) pada otak. " dokter itu tersenyum hangat. " Tapi, mungkin akan ada kemungkinan adanya trauma otak yang memungkinkan terjadinya pembengkakan pada otak pasien. " nenek Angga kembali menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESIE ✔
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Pacaran dengan cowok ganteng, anak pemilik sekolah dan diidolakan banyak perempuan, sampai - sampai menjadi rebutan karena kegantengannya pasti cewek - cewek mau. Begitupun dengan Kesie cewek lugu nan polos. Ditembak oleh Dirga cowo...