Dua

5.3K 524 70
                                    

"Len lo udah dapet komiknya nggak?" tanya pria berkacamata pada pria bernama Galen tersebut.

Galen mengangguk dan segera mengeluarkan komik terbaru yang kemarin di belinya.

"Wah wah wah, dapet dari mana lo. Gue aja udah muter-muter gramedia nyari nggak ketemu-temu nih komik," seru cowok berkacamata tersebut antusias.

Galen berdecak kesal. "Lebay amat lo, bilang aja sih lo emang nggak nyari."

"Lagian ya Ri, lo tu kayak bocah main nya masih sama komik," ledek Aksa yang kini sudah mengubah posis duduknya jadi menghadap Galen dan Ari.

Ari mendengus kesal tak suka jika sudah menyinggung hal yang dia sukai. "Lo kok nyebelin, bikin gue jadi pengen batalin ngasih contekan fisika," ucap Ari sontak membuat Galen maupun Aksa melototkan matanya bahkan Vano yang sedari tadi diam ikut menimpali.

"Nggak boleh gitu dong Ri," protes Vano yang kini memutar duduknya ke arah Ari dan Galen.

"Iya nih, sesuai perjanjian gue udah susah-susah nyariin lo komik kesukaan lo. Gue sampe di ketawain anak smp gara komik lo ini nih. Sekarang lo mau ingkar janji," cerca Galen tidak terima. "Baliki komiknya kalau gitu."

Ari mendengus pelan, ia memang yang paling pintar di antara ke tiga teman nya. Ia sering mengikuti OSN tingat provinsi maupun Nasional, tak heran jika ketiga temannya selalu saja mengandalkan nya dan Ari selalu mengambil kesempatan di setiap selanya.

"Iye dah. Emang kenapa sih Len, lagian baca komik tu bukan cuma buat anak-anak doang tau," ucapnya merasa kesal.

"Itu menurut lo."

"Oh iya abis ulangan traktir makan yah, kan pasti otak gue capek mikir gimana kalian bisa terus dapet nilai bagus," ujar Ari di sertai cengiran lebar.

"Kurang ajar emang lo yah ngambil kesempatan dalam kesempitan," ucap Aksa melemparkan buku di hadapan nya kepada Ari, tapi yang di lempar hanya menyeringai lebar sambil membetulkan letak kacamata nya.

****

"Liontin gue hilang Ra," ujar Natasya. Air matanya mulai berjatuhan.

"Kok bisa!?" kaget Nadira.

"Gue nggak tahu."

"Lo udah cari?"

"Udah, tapi nggak ketemu juga. Ra, gue takut liontin dari mama hilang," ujar Natasya menghapus air matanya.

"Lo sabar Nat, nanti gue ba-"

Kriinggg

Bel pertanda masuk berbunyi, memotong ucapan Nadira. Natasya baru saja menarik nafas dalan-dalam meredakan tangisan nya, kini jantung nya kembali berdebar kencang saat melihat bu Dia yang sudah berjalan masuk ke kelasnya. Mendadak kelas menjadi hening, sehening kuburan. Bunyi high heels bu Dian yang mengetuk lantai menambah kesan horor di dalam kelas 11 ipa 1 itu.

"Kumpul tugas kalian di sertai buku paket yang telah ibu suruh untuk membelinya," ujar bu Dian dengan sekali tarikan nafas.

Kelas yang mulanya hening langsung gaduh dengan suara dorongan kursi dari para murid yang berbondong-bondong maju di depan kelas untuk mengumpulkan tugas mereka.

"Nat lo harus kuat," ujar Nadira menepuk bahu Natasya lalu segera maju untuk mengumpulkan tugas nya.

Natasya menghela nafas pasrah. Ia sudah siap di hukum, apapun hukuman itu. Natasya siap, rapalnya Natasya dalam hati.

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang