Empat Puluh Satu

1.5K 93 1
                                    

Happy reading❤

Galen berjalan tergesa memasuki rumahnya. Sekarang sudah pukul 16.00, dan biasanya Papanya sudah pulang dari kantor.

"Ma, Papa mana?" tanya Galen saat melihat Mamanya yang sedang duduk bersantai di depan Tv.

Dita berbalik, menatap putra sulungnya. "Kamu sudah makan?" tanya nya mengabaikan pertanyaan Galen.

Galen menghembuskan napasnya pelan. "Udah, Ma. Papa mana?"

Dita mengangguk. "Ada, lagi di ruang kerja."

Tanpa mengucapkan apapun, Galen berlalu. Cowok itu melangkah menaiki tangga menuju ruang kerja Papanya.

Galen memasuki ruang kerja Papanya tanpa mengetuk pintu dan juga salam, melangkah mendekati meja kerja Papanya. Beno berbalik menatap putranya yang kini sudah berdiri di belakangnya.

"Kamu kenapa?" tanya Beno.

"Pa, aku mau ngomong penting," ujar Galen masih menatap Papanya.

Beno mengangguk, menunjuk sofa di samping mejanya. Galen duduk, menyandarkan punggunya pada sofa.

"Apa yang mau di omongin?" tanya Beno menatap putranya dengan senyum kecil.

"Aku mau batalin pertunangan aku sama Raisa," ujar Galen tanpa basa-basi.

Beno terkejut. Pria itu beranjak dari duduknya, menatap lurus ke arah putra bungsunya itu.

"Apa maksud kamu?"

"Aku nggak bisa sama Raisa, Pa. Aku udah berusaha coba, tapi aku tetap nggak bisa."

"Karena gadis itu?" tanya Beno, sarkas.

Galen menghembuskan napas kasar. "Pa, ini semua nggak ada hubungannya sama Natasya. Aku emang ngga bisa."

Beno mengusap wajahnya kasar. Pria itu kembali duduk di kursinya.

"Harusnya kamu lebih berusaha, kamu harus belajar terima Raisa tanpa bayang-bayang gadis itu. Semuanya datang karena terbiasa," tutur Beno, tenang.

Galen mendengus kasar, menatap tajam ke arah Papanya. Cowok itu kemudian berdiri dari duduknya.

"Papa nggak bisa ngerti. Aku akan bicara sama Om Pras."

"Galen? Apa maksud kamu, ha?"

Mengabaikan ucapan Papanya, Galen memilih keluar, berjalan menuruni tangga, bahkan ia mengabaikan panggilan Mamanya yang berada di ruang keluarga. Tujuannya sekarang adalah untuk membebaskan dirinya dari perjodohan sialan ini.

Tak butuh waktu lama, mobil Galen kini sudah berhenti di depan pagar hitam. Cowok itu turun dan langsung berpapasan dengan pria paruh baya yang merupakan supir Pras.

"Cari siapa, Den?" tanya pria paruh baya yang baru saja membuka pagar.

Galen tersenyum kecil. "Om Pras nya ada?"

"Ada di dalam. Silahkan masuk."

Galen mengagguk kecil, kemudian melangkah masuk. Ia berhenti sesaat, merogo sakunya yang bergetar. Cowok itu berdecak, memasukan lagi ponselnya ke dalam saku, mengabaikan panggilan berkali-kali dari Papanya.

Galen mengetuk pintu, menunggu dengan sabar pintu terbuka, hingga muncul Meira dengan senyum ramah.

"Loh, Galen? Cari Raisa, ya? Ayo masuk," ujar Meira membuka pintunya lebar-lebar.

"Bukan Tante. Aku cari Om Pras."

"Oh, itu lagi nonton Tv. Ayo masuk," ujar Meira, kemudian menuntun masuk.

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang