Tiga

4.6K 472 80
                                    

"Dia kenapa dah?" tanya Aksa menatap takut ke arah Galen. Aksa menyikut pelan lengan Ari yang baru saja akan menyendokkan baksonya ke dalam mulut, membuat bakso itu kembali terjatuh ke dalam mangkok.

"Dia siapa sih? Lo ganggu acara makan gue," kesal Ari.

"Tuh," tunjuk Aksa menggunakan dagunya ke arah Galen. Ari mengarahkan pandangan nya ke arah Galen yang sedang melamun sambil senyum-senyum sendiri. Ari bergidik ngeri.

"Sadarin gih, takutnya dia kesambet lagi,"  ujar Ari sambil mendorong pelan bahu Aksa. Aksa mengangguk pelan.

"Len?" panggil Aksa yang di hiraukan cowok di hadapan nya itu.

"Lah, nggak nyaut. Kayaknya kesambet beneran deh," ujar Aksa panik.

"Vano mana dah?" tanya Aksa celingukan, pasalnya Vano belum kembali juga dari toilet.

"Galen lo kenapa dah?" tanya Ari menatap Galen bingung bercampur takut. Takutnya benar-benar kesambet kan.

Aksa yang merasa kesal melihat Galen yang tidak berhenti senyum-senyum sendiri dari tadi akhirnya berinisiatif untuk menyadarkan cowok itu sebelum sahabatnya itu benar-benar kesambet. Kan ngeri juga.

Galen tersentak kaget saat Air tiba-tiba menyembur dari wajah nya. Ia menatap tajam ke arah Aksa yang kini mengeluarkan cengiran lebar.

"Sorry. Gue kira lo kesambet tadi," ujar Aksa dengan cengiran tak berdosa.

"Ok. Kali ini gue maafin, karena mood gue lagi bagus," ujar Galen kembali tersenyum lebar. Ia mulai memakan somay di hadapan nya dengan semangat. Kedua teman nya yang melihat itu mengerutkan alis bingung.

"Sesenang itu yah lo nggak jadi ulangan fisika?" tanya Ari.

"Iya. Gue nggak nyangka lo segirang itu nggak jadi ulangan. Yah wajar aja sih, ini pertama kalinya pak Ha-"

"Bawel banget dah lo berdua. Vano mana?" tanya Galen saat menyadari Vano tidak ada bersama mereka.

"Lah baru nyadar dia Vano nggak ada, ke mana aja sih tadi," sindir Aksa memasukkan potongan somay ke dalam mulutnya.

Galen mengangkat bahu acuh. Ia memilih menghabiskan somay nya dan menghiraukan ocehan Aksa yang sedari tadi tidak berhenti.

****

"Sumpah dah Ra, gue rasanya mau pingsan," ujar Natasya sambil merebahkan kepalanya di atas lipatan tangan nya. Nadira menatap prihatin ke arah sahabatnya itu.

"Yang sabar ya Nat," ujar Nadira menepuk pelan bahu Natasya. "Lo mau gue pesenin sesuatu?"

"Bakso aja Ra," ujar Natasya tanpa mengangkat kepalanya. Nadira mengangguk lalu beranjak dari bangkunya untuk memesan bakso pesanan Natasnya.

Natasya mengerutkan kening nya saat merasakan seseorang baru saja duduk di hadapan nya. Secepat itu Nadira memesan bakso nya.

"Cepet banget lo ba-" Natasya tidak melanjutkan ucapan nya saat menatap orang di hadapan nya. Bukan Nadira, tapi kakak seniornya. Galen, cowok populer di SMA Taruna ini. Natasya bukan nya tidak mengenal Galen. Semua murid di sekolah ini mengenal nya. Tapi, Natasya tidak begitu terobsesi oleh kakak kelas di hadapan nya itu seperti murid-murid lain. Ia juga tidak tahu kenapa.

"Lo ngapain di sini kak?" tanya Natasya bingung.

Galen tersenyum tipis ke arah Natasya. Ia menepuk pelan bahu Natasya membuat cewek-cewek yang duduk di belakang Natasya bertetiak heboh. Natasya menutup telinganya yang terasa berdengung.

"Sampai ketemu nanti."

Setelah mengucapkan itu, Galen beranjak dari tempat duduknya kemudian beranjak dari tempatnya. Ia tersenyum kecil ke arah Natasya yang masih memasang wajah bingung. Lagi-lagi cewek-ceeek di belakang Natasya berteriak heboh karena senyuman yang Galen berikan.

"Liatin apaan?" Natasya tersentak Kaget saat Nadira kini sudah duduk di hadapan nya sambil menyodorkan semangkok bakso ke hadapan nya.

Natasya menggeleng pelan. "Nggak ada apa-apa."

Nadira mengangkat bahu nya acuh. Ia kembali menyantap nasi goreng nya yang masih tersisa. Natasya juga mulai melahap bakso di hadapan nya sambil terus berfikir, apa maksud dari kakak kelasnya tadi.

****

"Ra, hari ini lo sibuk nggak?" tanya Natasya saat Nadira sedang mengemasi buku-buku nya ke dalam tasnya. Nadira menghentikan aktivitasnya mendengar pertanyaan Natasya.

"Nggak sih. Emang kenapa?"

"Lo mau temenin gue ke gramedia nggak?"

"Mau ngapain, bu Dian kan udah nggak nyuruh," ujar Nadira kini menarik resleting tasnya dan menyampirkan tasnya di bahu.

"Gue mau cari liontin gue. Siapa tau aja jatuh di sana," jawab Natasya lalu ikut memakai tas nya. "Mau nggak?"

"Ayok dah. Kan gue udah janji mau bantuin cari," ujar Nadira lalu merangkul Natasya keluar dari kelas. Natasya tersenyum lebar.

Mereka berjalan beriringan menyusuri koridor menuju parkiran. Hari ini Nadira membawa motor ke sekolah, jadi mereka tidak perlu memesan taksi online.

Baru saja mereka ingin memasuki parkiran suara seseorang menghentikan langkah mereka.

"Natasya."

Keduanya berbalik, Natasya mengerutkan alisnya bingung. Kakak kelas itu lagi. Berbeda dengan ekspresi Natasya yang terlihat bingung Nadira justru senyum-senyum sendiri menatap wajah tampan kakak kelas di hadapan nya itu.

"Ada apa yah?" tanya Natasya bingung.

"Gue ada perlu sama lo. Boleh minta nomer lo," ujar Galen langsung tanpa basa-basi.

Natasya semakin mengerutkan alisnya bingung. Ia merasa sepertinya ada yang tidak beres dari kakak kelasnya ini. Nadira menyikut pelan lengan Natasya membuat Natasya berbalik menatap Nadira. Nadira memberi kode lewat matanya. Natasya mengangkat alisnya seolah berkata apa?

"Boleh nggak nih?" suara Galen membuat kedua cewek itu kembali mengalihkan atensinya ke arah kakak kelas di hadapan nya itu.

"Buat apaan?" tanya Natasya merasa ada yang aneh.

"Tinggal kasih aja sih. Susah amat dah lo," ujar Galen mulai kehabisan kesabaran. Ia rela-rela menurunkan egonya untuk meminta duluan nomor ponsel cewek itu, tapi yang di dapatkan bukan nya tatapan senang malah tatapan bingung yang menyebalkan.

"Dih, kok nyolot. Sorry, gue nggak mau ngasih," ujar Natasya merasa kesal.

"Yaudah kalau gitu. Besok gue minta lagi," ujar Galen kemudian berlalu dari hadapan kedua cewek itu yang melongo.

"Aneh banget sih," gumam Natasya.

"Aduh Nat, kenapa lo nolak sih. Ini tuh kesempatan emas tau," ujar Nadira memukul pelan lengan Natasya.

"Kesempatan emas apaan dah?"

"Yang minta nomor lo tadi kak Galen loh. Lo beruntung banget sumpah!"

Natasya memutar bola matanya malas.

"Yaelah, itu cuma kak Galen, bukan shawn mendes."

"Kak Galen tuh sebelas duabelas sama shawn mendes tau. Aduhh Nat! Kenapa bukan gue aja sih tadi yang di mintai nomer nya," ujar Nadira dengan muka sedih.

"Udah ah Ra, kita jadi pergikan."

"Yuk. Kita ke hatinya kak Galen," ujar Nadira ngawur.

Natasya memukul pelan kepala Nadira. "Halu mulu. Udah ayo."

Nadira memberengut kesal lalu segera mengikiti Natasya yang kini sudah berjalan meninggalkan nya menuju parkiran.

°°°°

Alhamdulillah akhirnya bisa selesai-in chapter ini.

Setelah setahun lebih aku hiatus dari cerita ku dan hanya jadi pembaca. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali menulis, dan melanjutkan cerita ini.

Sebenarnya cerita ini udah pernah aku upload sampai 13 chapter, tapi akhirnya aku memutuskan untuk merevisi ulang karena udah agak lupa hehe.

Semoga suka yah guys

Selamat membaca.❤❤❤

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang