Dua puluh satu

2K 127 9
                                    

Happy reading

°
°

Galen menghentikan mobilnya di depan rumah Natasya, cowok itu mengeluarkan ponsel dari sakunya, menelpon Natasya. Lama Galen menunggu, panggilannya tak kunjung terjawab. Galen berdecak, ia memilih keluar untuk menemui Natasya.

Galen menghentikan langkahnya di depan gerbang, cowok itu menangkap sosok Farah yang baru saja keluar dari rumah. Galen bergerak cepat, cowok itu memencet bel di gerbang membuat Farah menoleh ke arahnya.

"Eh, Len. Lo ngapain pagi-pagi di sini?" tanya Farah membukakan gerbang untuk Galen.

"Jemput Natasya. Tolong panggilin dong," jawab Galen.

Farah mengerutkan kening bingung. "Nata udah berangkat. Emang, tadi janjian mau bareng?"

"Iya. Kemarin gue bilang mau jemput. Kok main tinggal aja tuh anak," ujar Galen menggaruk pelipisnya.

"Lagi berantem lo sama, Nata?" tanya Farah memincing.

Galen menggeleng cepat. "Nggak. Gue sama Nata baik-baik aja, kok."

"Trus? Kemarin malam pas dia pulang, kenapa dia nangis?"

Galen diam. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Cowok itu menatap ke arah Farah yang menampakkan wajah curiga ke arahnya. Galen mengalihkan pandangannya, melihat jam di pergelangan tangannya.

"Far, entar gue jelasin deh. Gue berangkat dulu, udah mau telat nih," pamit Galen. Cowok itu segera berlalu dari sana sebelum Farah menanyakan hal-hal aneh pada Galen.

****

Natasya menelengkupkan kepalanya di atas lipatan tangan. Ingatannya kembali berputar kepada kejadian kemarin malam. Ia tidak pernah menyangka akan di hina seperti ini. Natasya mengangkat kepalanya, memijit pelipisnya pelan yang terasa berdenyut.

"Kenapa ninggalin gue?"

Natasya terperanjat. Cewek itu berbalik, menatap ke arah Galen yang sudah duduk manis di sampingnya sambil menatap lurus ke arah papan tulis.

"Ada piket," jawab Natasya memalingkan wajahnya saat Galen kini memutar kepala menghadapnya.

"Lo nggak lagi menghindar dari gue 'kan?" tanya Galen menatap lurus ke arah cewek itu.

Natasya memilih diam. Cewek itu berdiri dari tempanya, membuat Galen mengernyit bingung.

"Mau ke mana?" tanya Galen.

"Toilet." Setelah mengatakan itu, Natasya berlalu dari hadapan Galen.

Galen berdiri berniat mengejar Natasya yang sudah berjalan di koridor, tapi langkahnya terhenti saat Aksa menarik bahunya dari belakang.

"Biarin dia sendiri dulu," ujar Aksa. Galen diam, menatap punggung Natasya yang mulai menjauh dengan pandangan sendu.

****

Baru saja Natasya akan membuka pintu toilet, sesorang menarik lengannya kasar. Natasua berbalik menampakkan kerutan di dahinya. Cewek itu menatap Luna dan ketiga temannya juga ada Raisa di hadapannya.

Raisa maju. Cewek itu menampakkan senyum miring, mendorong kasar bahu Natasya, membuat Natasya hampir terjungkai jika saja tidak dapat menyeimbangkan badannya.

"Apaan sih lo?!" bentak Natasya menatap tajam ke arah Raisa.

Raisa dan ketiganya tertawa mengejek. Luna maju, menepuk-nepuk pelan pipi kanan Natasya. Cewek itu terkekeh sinis.

"Gue nggak nyangka deh, lo ternyata semurah itu yah," sinis Luna.

"Di kasi apa sama Galen, sampai berani bantu dia bohongin nyokap bokapnya?" tanya Raisa menatap nyalang cewek di hadapannya.

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang