Tiga Puluh Dua

1.8K 102 2
                                    

Happy reading❤

Natasya menatap permainan Dance-Dance Revolution di hadapannya dengan senyum ceria, kontras sekali dengan wajah Galen yang sedari tadi cemberut, tentu saja penyebabnya karena di permainan Time Cires tadi Natasya menang, yang artinya dia tidak jadi mendapat hadiah.

Padahal, cowok itu sudah memikirkan banyak hal untuk hadiahnya. Tapi, seketika pupus saat di titik terakhir Natasya malah mengalahkannya, membuat cewek itu langsung melemparkan senyum kemenangan ke arahnya.

"Udah sih, nggak usah cemberut. Mending main ini," ujar Natasya terkekeh pelan.

"Males ah, gue capek," ujar Galen, malas.

"Yaelah, baru main satu doang udah capek. Lo luar aja keliatan muda, dalemnya udah ngalahin kakek-kakek," cibir Natasya membuat wajah Galen bertambah kusut.

"Lo kalau ngehina kira-kira juga dong," dumel Galen.

"Udah sih, masa gara-gara gagal dapat hadiah, lo jadi cemberut gini."

"Ayok, Galen."

Setelah di bujuk sedemikiam rupa, akhirnya Galen luluh juga. Cowok itu sudah berdiri di atas lantai Dance bersama Natasya di sampingnya. Diam-diam Galen tersenyum dalam hati menatap wajah Natasya yang berbinar.

Setelah menggesek kartu, mereka akhirnya bermain. Mereka asik bermain, sesekali tertawa, mengabaikan keringat yang mulai membajiri tubuh mereka.

Selepas bermain keduanya terduduk di samping game Dance-Dance Revolution layaknya gembel. Mereka masih berusaha mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

"Gila sih, gue berasa olahraga petang," ujar Galen mengipas-ngipaskan kaosnya.

"Parah sih, udah lama nggak main, berasa pengen pingsan aja," ujar Natasya ikut mengipasi wajahnya.

Bahkan, mereka mengabaikan tatapan pengunjung yang menatap aneh ke arah mereka karena masih saja selonjoran di lantai.

Galen melirik arlojinya. Sudah menunjukkan pukul 19.02, tidak terasa mereka telah menghabiskan banyak waktu di mall.

"Udah jam tujuh lewat nih, masih mau main nggak?" tanya Galen pada Natasya. Cowok itu hanya tidak ingin Natasya pulang terlalu malam, lagipula tadi Farah berpesan agar tidak main hingga larut.

Natasya tampak mengedarkan pandangannya. "Kita main itu deh, trus pulang," ujarnya menunjuk game street basketball.

"Gila lo, itu menguras tenaga tau," protes Galen, merasa masih ngos-ngosan setelah bermain tadi.

Natasya memutar bola mata malas. "Nggak usah lebay deh. Ayok," ajak Natasya, kemudian menarik tangan Galen menuju street basketball.

Galen, mau tidak mau ikut juga, walalu sudah agak lesu. Walaupun begitu, ia tetap bermain melawan Natasya menciptakan poin yang oebih unggul.

Natasya mendesah kecewa saat melihat poinnya yang tertinggal jauh dari Galen. Galen tersenyum menang kearah Natasya yang mencebik ke arahnya.

"Udah balik, entar si Farah nyariin lo lagi," ujar Galen menarik Natasya meninggalkan arena game tersebut.

Baru saja beberapa langkah, Natasya mendadak menghentikan langlahnya yang membuat Galen otomatis ikut berhenti, kemudian cowok itu menatap bingung ke arah Natasya yang tersenyum lebar.

"Kita main itu dulu yuk, trus pulang," ujar Natasya menunjuk mesin capit boneka.

"Apaan sih, gue ogah!" 

"Yah, ayo dong. Nggak afdol dong kalau ke timezone nggak main itu," bujuk Natasya sudah menarik tangan Galen menuju mesin capit boneka.

"Tuh, ambilin gue yang itu," tunjuk Natasya pada boneka beruang berwarna biru laut dengan ukuran besar.

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang