Tiga Puluh Tiga

1.7K 96 1
                                    

Happy reading❤

Lomba seni musik semakin hari semakin dekat. Hal itu membuat Natasya maupun Aldi sama-sama berlatih lebih keras lagi, belum lagi Pak Arya yang terus menuntut mereka untuk tampil sempurna, mengingat sekolah mereka untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah.

Walaupun sudah beberapa kali mengikuti lomba seni, Natasya maupun Aldi tentu tidak sehebat itu sehingga harus berleha-leha di tengah lomba yang semangin dekat.

Dan akhirnya, di sinilah mereka sekarang. Duduk saling diam di ruang musik. Tangan Aldi yang memetik asal senar gitar membuat kesunyian yang menyeruak perlahan menghilang.

Natasya menghembuskan napas berat, bahkan cewek itu melewatkan waktu istirahatnya untuk mengisi perut dan memilih duduk diam di dalam ruang musik.

"Padahal, persiapan kita udah matang banget. Lagian Pak Arya lebay banget. Kiita juga sadar diri kali kalau mau buat kesalahan di tengah lomba," gerutu Natasya tanpa mengalihkan tatapannya pada selembar kertas berisi lirik lagu di hadapannya yang sudah bener-benar di hapal di luar kepala.

Aldi terkekeh pelan. "Sabar ajalah, Nat. Lo tau sendiri Pak Arya kayak gimana."

"Iya. Tapi ini udah kelewat lebay. Pak Arya ngerti nggak sih, kalau kita juga butuh makan." Natasya masih saja menggerutu. Memgabaikan Aldi yang lagi-lagi terkekeh pelan, Natasya memilih bangkit dari tempat duduknya.

"Gue ke toilet dulu deh," pamitnya, setelah dapat anggukan dari Aldi, cewek itu segera melenggang meninggalkan ruang musik.

Natasya berjalan menyusuri koridor. Sesekali ia tersenyum saat adik kelas yang di kenalnya menyapa. Walau tidak populer, tapi cukup banyak yang tahu Natasya, mengingat ia berapa kali mewakili sekolah untuk lomba seni nyanyi.

Natasya membasuh wajahnya di westafel. Setelahnya, ia keluar dari toilet ingin kembali ke ruang musik. Baru saja membuka pintu toilet, Natasya terkejut saat melihat Raisa yang berdiri di depannya sambil bersedekap dada.

"Kenapa?" tanya Natasya.

Tak menghiraukan ucapan Natasay. Raisa dengan kasar menarik tangan Natasya menuju samping toilet. Cewek itu mendorong kasar badan Natasya membuat cewek itu meringis karena punggungnya membentur dinding.

"Apa-apan sih lo!" bentak Natasya, nyalang.

"Lo yang apa-apaan!" Raisa membentak tak kalah keras.

Natasya mengerutkan kening. Ia tak mengerti apa maksud Raisa menyeretnya ke sini.

"Gue nggak ngerti maksud lo," ujar Natasya.

Raisa menatap nyalang gadis di hadapannya.

"Bisa nggak sih, lo berhenti bersikap polos!"

"Maksud lo apa?!" tanya Natasya mulai jengah dengan sikap basa-basi Raisa.

"Please deh, nggak cukup yah peringatan gue waktu itu. Kenapa sih lo bersikap murahan kayak gini. Sadar dong kita sama-sama cewek!" cerca Raisa masih menatap nyalang Natasya.

"Sadar dong, Galen udah di jodohin sama gue. Kita bentar lagi tunangan, dan, LO, bisa-bisanya lo sekarang pacaran sama dia di saat lo udah tau semuanya!" maki Raisa.

Natasya hanya terdiam, ia tak tahu harus merespon apa. Cewek itu terpekur, secara sadar ia telah menyakiti Raisa, tapi bukankah menolak dan menjauhi Galen juga bukan pilihan tepat, ia tentu akan lebih menyakiti cowok itu.

"Gue ngerti, Sa. Cuma, lo juga harus sadar, Galen nggak suka sama lo, biarpun lo berusaha nyangkal hal itu, semuanya bakalan tetap sama. Galen nggak suka sa-"

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang