Lima Puluh Lima

1.4K 73 5
                                    

Happy reading❤


Galen terdiam di tempat duduknya, pandangan-nya lurus ke arah papan tulis. Bel pulang baru saja berbunyi dua puluh menit lalu, kelasnya pun sudah sepi, hanya ada dirinya juga Aksa yang di samping-nya yang sedang asik bermain game di ponsel-nya.

Pikiran Galen terus saja mengarah pada kejadian tadi. Tangan cowok itu mengepal di atas paha-nya, bayangan wajah Natasya yang menangis membuat amarah-nya memuncak.

"Galen, lo belum pulang?"

Galen mengalihkan pandangan-nya ke pintu kelas. Rahang cowok itu mengeras, mata-nya berkilat tajam. Galen berdiri dari tempat duduknya, berjalan menuju cewek yang berdiri di depan pintu kelasnya. Dia adalah Raisa.

Galen menatap lurus ke arah Raisa yang menunduk. Wajah cewek itu terlihat kusut, mata-nya juga sembab. Galen mendengus kasar, menarik tangan Raisa kasar untuk memasuki kelas, lalu menghempaskan tangan-nya kasar, membuat Raisa tersentak kaget.

"Galen, gue...."

"Puas lo sekarang," ujar Galen, dingin.

Raisa menunduk, mata cewek itu kembali berkaca-kaca. Tatapan Galen terus menatap tajam ke arah cewek itu.

"Len, gue duluan, ya. Rudi ngajakin kumpul." Galen mengalihkan pandangan-nya pada Aksa yang sudah berjalan ke arah-nya dengan tas di pundak cowok itu. Aksa menepuk pelan bahu Galen sebelum ia berlalu dari sana.

Galen kembali mengalihkan pandangan pada cewek di hadapan-nya. Galen berdecih sinis.

"Berani juga lo nampakin diri di hadapin gue setelah apa yang udah lo lakuin sama Natasya tadi."

Raisa semakin menunduk dalam mendengar nada dingin dari cowok itu. Air matanya sudah berjatuhan. Entahlah, ia merasa takut.

"Gue ng-nggak se-sengaja, Len," cicit Raisa, sesegukan.

Galen mendengus kasar, mencengkram tangan cewek itu kasar, membuat Raisa mendongak. Pandangan cowok itu berkilat tajam, dadanya sesak setiap mengingat orang yang cintainya di perlakukan tidak baik seperti tadi. Ia tidak akan pernah terima.

"Nggak sengaja kata, lo?"

"Lo pikir dengan kelakuan lo yang kayak tadi, lo udah ngerasa hebat?"

"Maafin, gue, Len. Gue nggak bermaksud kayak tadi. Gue...." Raisa tidak dapat melanjutkan ucapan-nya, tidak tahu harus memberi pembelaan seperti apa pada cowok itu. Karena perbuatan-nya tadi memang ia lakukan secara sadar.

Galen mendecakkan lidahnya kasar. Memaksa Raisa untuk menatap-nya. Air mata cewek itu membuat Galen semakin muak.

"Dengan sikap lo yang kayak gini, bikin gue semakin yakin untuk nggak sama, lo."

Raisa menggeleng, menggenggam tangan Galen yang sedang mencengkram kuat lengan-nya. Tangis Raisa semakin menjadi.

"Galen, g-gue minta m-maaf. Gue nggak akan kayak gini lagi."

Galen berdecih, melepaskan secara kasar cengkraman-nya dari lengan Raisa. Cowok itu tersenyum sinis.

"Gue pasti-in pertunangan yang lo impiin itu nggak akan pernah terjadi. Gue muak sama, lo!"

Setelah mengatakan itu, Galen beranjak dari hadapan Raisa, menyisahkan cewek itu yang terus memanggil nama-nya juga. Cewek itu menjatuhkan tubuhnya di lantai, memeluk lututnya dengan tangisan yang semakin menjadi.

Ada hal yang membuat dadanya sesak, bukan tentang omongan Galen. Namun, entahlah, ia merasa kecewa saat mengingat tatapan benci Aldi tadi.

****

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang