Dua Puluh Delapan

1.9K 122 3
                                    

Maaf kalau ada typo yang bertebaran, komen yak😁

Happy reading❤

Natasya mendudukkan dirinya di kursi pinggir lapangan, kelasnya sedang jam olahraga. Cewek itu menatap lurus ke arah lapangan, di sana teman-temannya sedang bermain basket.

Nadira datang, mendudukkan diri di samping Natasya. Cewek itu mengelap peluh di dahinya, lalu meminum air di samping tempat duduknya.

"Ngapa dah lo?" tanya Nadira setelah meletakkan botol air di sampingnya.

Natasya menggeleng sebagai jawaban. Nadira berdecak, cewek itu kembali bangkit dan berlari ke arah lapangan.

"Nggak olahraga lo?" Natasya tersentak saat seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya. Dia adalah Aldi.

"Mager," jawab Natasya sekenannya.

"Gila nih, dua minggu lagi lomba," ujar Aldi ikut menatap ke arah lapangan seperti Natasya.

"Iya."

Aldi menoleh menatap wajah Natasya dari samping, cewek itu terlihat murung.

"Kenapa lo? Kayak abis di putusin aja," ujar Aldi di sertai kekehan.

Natasya terdiam. Putus? Mendengar itu, ia kembali teringat Galen. Cowok itu benar-benar membuktikan ucapannya, seminggu ini Natasya tidak pernah bertemu lagi dengan Galen.

"Jangan ngaco, yakali gue di putusin," ujar Natasya tertawa pelan. Aldi ikut terkekeh, cowok itu menaikkan satu kakinya di atas kursi.

"Iya juga. Nyesel banget pacar lo kalau mutusin lo," gurau Aldi.

Natasya terdiam. Pandangannya teralih pada cowok yang berdiri di pinggir lapangan. Galen—Cowok itu sedang di marahi oleh Pak Amir.

"Cowok lo tu," celetuk Aldi mengikuti arah pandangan Natasya.

Natasya hanya diam, pandangannya masih mengarah kepada Galen yang kini sudah beranjak dari tempatnya. Cowok itu berjalan di belakang Pak Amir sambil menunduk.

Natasya terus memperhatikan punggung Galen yang perlahan mulai menghilang. Ia menarik napas panjang, lalu kembali mengarahkan pandangannya ke arah lapangan basket.

Apakah Galen benar sudah mengubur perasaannya?

Pertanyaan itu terus berputar di otak Natasya. Harusnya ia tidak perlu berpikir demikian. Bukankah dia sendiri yang menginginkan ini, lantas kenapa sekarang ia yang merasa paling tersakiti di sini.

****

Galen melangkah pelan menuju ruang kelasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 08.20 yang artinya proses pembelajaran sudah berjalan setengah jam lebih. Galen terdiam di depan pintu yang tertutup, ia was-was, pasalnya tidak ada suara apapun yang terdengar dari dalam.

Galen membuka pintu perlahan, para murid yang berada dalam kelas kompak menghela napas lega saat mendapati Galen yang berdiri di sana.

"Yaelah, gue kiarin guru," celetuk salah satu murid laki-laki dari belakang.

Galen sendiri bernapas lega, keadaan kelas kembali gaduh. Cowok itu melangkah menuju tempat duduknya, di sana sudah ada Aksa, Vano juga Ari yang sedang berbincang.

"Dari mana aja lo, jam segini baru datang?" tanya Aksa saat Galen sudah mendudukkan dirinya di kursi.

"Biasa mulung dulu," jawab Galen santai.

"Dapat berapa?" tanya Aksa malah meladeni Galen. Vano mendengus, sedangkan Ari memutar bola matanya malas.

"Lumayan lah, buat makan," jawab Galen kemudian tertawa.

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang