Dua Puluh Enam

1.9K 119 3
                                    

Happy reading❤

Natasya menggerutu pada dirinya sendiri. Sedari tadi hidungnya terasa gatal, belum lagi kepalanya yang masih berdenyut. Cewek itu merutuki kebodohannya
yang bisa-bisanya menunggu cowok brengsek seperti Galen di tengah hujan, dengan harapan cowok itu akan datang.

Mengingat itu, Natasya mendengus kasar. Rasanya ia kecewa juga benci. Natasya masih tidak mengerti apa maksud cowok itu mengajaknya bertemu, tapi malah pergi bersama gadis lain, dan bodohnya Natasya malah menunggunya.

Natasya kembali mengusap hidungnya yang memerah. Baru saja ia akan membaringkan tubuhnya, ketukan pintu membuatnya urung. Natasya menolehkan kepalaya ke arah Farah yang muncul di balik pintu.

"Kenapa, Tan?" tanya Natasya saat Farah berjalan ke arahnya dan duduk di tepi kasur sambil mengulas senyum kecil.

"Gimana? Udah enakan?" tanya Farah. Tangannya terangkat mengecak suhu tubuh Natasya yang sudah turun.

Natasya hanya mengangguk, cewek itu kembali mengusap hidungnya dengan tisu yang di pegangnya.

Farah mengusap lembut kepala keponakannya itu. Farah tersenyum kecil menatap wajah Natasya yang memerah, kondisinya baru saja pulih beberapa jam yang lalu. Bahkan, gadis itu baru saja bisa berhenti menangis sejak sore tadi. Sejak pulang dari lapangan semalam, yang di lakukan Natasya hanya diam di kamar sambil terus menangis hingga sore hari. Farah tidak tahu apa yang terjadi, tapi ia sangat prihatin dengan kondisi keponakannya itu.

"Nata, Galen di bawah. Mau ketemu?" tanya Farah hati-hati, takut jika tiba-tiba Natasya menangis lagi.

Natasya terdiam, kemudian cewek itu mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

"Nggak mau. Bilang aja Nata udah tidur," ujar Natasya tanpa menatap ke arah Farah.

Farah mengerti, Natasya masih merasa sedih. Gadis itu mengangguk, mengelus pelan rambut Natasya, kemudian berjalan keluar dari kamar cewek itu.

Natasya berbalik, menatap ke arah pintu yang sudah tertutup. Natasya rasanya ingin menangis lagi, tiba-tiba ia teringat saat Galen yang sering mengajaknya makan di jam-jam seperti ini. Baik itu bakso ataupun mie ayam. Natasya menggeleng, ia harus bisa melupakan Galen, cowok itu sudah menyakitinya. Natasya tidak ingin terlihat bodoh lagi.

****

"Maaf yah, Len. Nata udah tidur. Semalam dia Flu dan nggak bisa tidur," ujar Farah mengambil duduk di sebelah Galen.

Mendengar hal itu, perasaan bersalah langsung menyeruak di dada Galen. Cowok itu telah banyak menyakiti Natasya, dan sekarang di tambah lagi cewek itu mengalami Flu. Itu semua salahnya.

"Ini semua salah gue. Gue bikin Natasya jadi susah gini," ujar Galen menunduk.

Farah menatap cowok di hadapannya dengan prihatin. Ia sebenarnya ingin memarahi Galen, karena cowok itu sudah membuat keponakannya flu dan juga menangis. Tapi, melihat wajah cowok itu yang terlihat lesu dan terus-terusan menunduk merasa bersalah, Farah jadi tidak tega juga. Apalagi, dia adik Chiko, teman dekat Farah.

"Udah, mending sekarang lo nggak usah ketemu Nata dulu. Dia mungkin masih kecewa sama lo. Dia itu cewek terbaik dan terkuat yang gue punya, makanya gue sayang banget sama dia. Gue sebenarnya pengen banget marahin lo sekarang, tapi gue nggak tega juga sama lo. Gue cuma minta sama lo, tolong lo jangan sakiti Nata, dia itu udah banyak susah dari kecil," terang Farah, wajahnya berubah sendu jika mengingat bagaimana susahnya Natasya sewaktu gadis itu kecil.

Galen mengangkat pandangannya. Cowok itu menatap lurus ke arah Farah. Galen sebenarnya tidak terlalu mengerti maksud ucapan Farah. Tapi, Galen baru menyadari satu hal, ia belum pernah melihat orang tua cewek itu. Apakah maksud Farah, Natasya sudah tidak bersama orang tuanya sejak kecil.

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang