Tiga Puluh Delapan

1.4K 82 2
                                    

Happy reading❤

Galen yang semula menyandarkan tubuhnya di samping mobilnya seketika menegakkan badannya saat melihat Vano berjalan ke arahnya. Aksa sudah pulang beberapa menit lalu dengan alasan ibunya sedang sendirian, sedangkan Ari, cowok itu memang tidak datang karena katanya ada acara keluarga.

"Gimana?" tanya Galen saat Vano kini sudah berdiri di hadapannya.

"Natasya terima coklatnya, 'kan?"

Vano mendengus pelan. "Di buang ke tong sampah."

Mata Galen membulat, bahu cowok itu menurun. Natasya masih marah ternyata. Vano menghembuskan napas kasar saat melihat sahabatnya itu berubah lesu, sebenarnya Natasya tidak membuang coklatnya. Vano tidak sepenuhnya berbohong, Natasya memang berniat membuang coklatnya tadi, tapi Naufal mencegahnya, hingga akhirnya mereka berdebat panjang yang membuat Vano akhirnya memilih pamit dari sana.

Melihat Galen yang terdiam, Vano memilih beranjak dari sana. Galen yang melihat Vano berjalan pergi seketika menghentikan langkah cowok itu.

"Mau ke mana, lo?"

Vano berbalik. Cowok itu menaikkan alisnya. "Balik, lah." Setelah mengatakan itu, Vano kembali melanjutkan langkahnya menuju motornya, meninggalkan Galen yang masih berdiri mematung di samping mobilnya.

Galen menghembuskan napasnya panjang. Setelah motor Vano menjauh, cowok itu kembali menyandarkan dirinya di samping mobilnya, memperhatikan beberapa orang yang kini sudah berjalan menuju gerbang tanda lomba telah usai.

Galen terdiam lama. Banyak hal yang cowok itu pikirkan, salah satunya yaitu masalah pertunangannya. Galen sedang menimang, apa sebaiknya ia menerima pertunangan ini?

Tapi, bagaimana dengan Natasya? Cinta pertamanya, Galen belum bisa jika Natasya benar-benar pergi dari kehidupannya.

Namun, jika Natasya sendiri yang memintanya? Apa Galen memang harus memberi kesempatan untuk Raisa dan pertunangan mereka.

Galen menghembuskan napasnya lelah. Cowok itu memijit pelipisnya yang terasa berdenyut, merasa pusing dengan semua permasalahnnya akhir-akhir ini. Cowok itu memilih untuk pulang, merebahkan diri agar bisa berpikir jernih.

Baru saja akan memasuka mobilnya, matanya menangkap sosok Natasya yang berjalan bersama Aldi. Galen tersenyum sedih saat melihat senyum lebar Natasya yang mengarah untuk Aldi.

Natasya tetap bahagian, sedangkan dirinya meratapi kisah percintannanya dengan cewek itu. Bodoh sekali.

Galen masuk ke dalam mobilnya, mencengkam stir mobil kuat-kuat. Matanya memerah menahan emosi. Ia sudah meneguhkan pada hatinya.

Memeberi kesempatan pada Raisa dan pertunangannya. Ya, Galen harus mencoba.

****

Natasya meletakkan tasnya di atas meja sedikit keras, membuat Nadira yang tadinya sedang menelengkupkam kepalanya di atas meja segera mengangkat kepelanya kaget. Nadira menatap tajam ke arah Natasya yang sedang memasang wajah cemberut.

"Apaan sih, lo, pagi-pagi udah rusuh," omel Nadira, berdecak kesal.

Natasya mencebikkan bibirnya. Menatap kesal ke arah Nadira.

"Lo jahat banget sih, Ra. Lo nggak datang nonton gue kemarin. Sedih gue!"

Nadira terdiam. Cewek itu tak tahu harus memberi alasan apa. Nadira memilih kembali menelengkupkan kepalanya di atas meja, mengabaikan Natasya membuat gadis itu semakin kesal.

"Rara, lo kenapa sih!"

Dengan kesal Natasya menarik Nadira untuk menghadapnya. Natasya terkejut melihat air mata di pipi sahabatnya itu.

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang