Empat Puluh

1.6K 86 1
                                    

Happy reading❤

Pagi ini, SMA Taruna sedang mengadakan apel pagi. Biasanya apel pagi hanya di lakukan jika ada hal penting yang akan di sampaikan oleh kepala sekolah atau guru-guru dari kesiswaan.

Natasya mengipasi wajahnya yang sudah memerah. Sinar matahari tepat mengarah ke wajahnya.

"Sumpah, Ra. Panas banget," ujar Natasya masih mengipasi wajahnya.

Nadira yang berdiri di sampingnya berdecak, mengelap peluh di keningnya dengan punggung tangan. Wajah cewek itu juga memerah.

"Sabar, Nat. Ini ujian."

Natasya memutar bola matanya, dari tadi Nadira bilang sabar-sabar terus. Sudah hampir setengah jam, dan mereka belum juga di bubarkan. Kurang sabar apalagi Natasya.

"Sabar, Nat. Itung-itung simulasi." Natasya berbalik, menatap Hadi yang berdiri di sampingnya.

"Simulasi apaan?" tanya Natasya, bingung.

Hadi terkekeh. "Simulasi neraka."

"Kampret, lo," umpat Natasya menatap sinis ke arah Hadi juga Lio yang kini terkikik bersama.

"Beberapa bulan lagi kalian akan mengadakan ujian akhir semester, juga kelas dua belas yang akan ujian nasional. Maka dari itu bapak ingin mengingatkan kepada kalian untuk belajar yang rajin, agar nilai kalian memuaskan, terutama untuk kelas dua belas yang sebentar lagi akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang semakin tinggi."

Natasya mengalihkan pandangannya kepada kepala sekolah yang sedang beridiri di podium, tengah lapangan. Cewek itu melirik Nadira yang tampak serius mendengar kepala sekolah menjelaskan di depan sana.

"Sok serius," cibir Natasya. Nadira melirik sinis cewek itu.

"Dengki banget, lo."

Natasya mencebikkan bibirnya, kemudian mata cewek itu membulat ketika terlintas sesuatu di dalam pikirannya.

"Eh, Ra. Tau nggak, kemarin gue ke Gramed, trus ketemu Naufal sama ceweknya."

Nadira berbalik, menatap Natasya antusias.

"Serius lo?"

Natasya mengangguk. Nadira berdecak.

"Gue kangen banget sama Naufal, tapi belum pernah ketemu-ketemu," ujarnya lesu.

Natasya memutar bola matanya kesal. Kembali mengingat kejadian kemarin malam saat Naufal dengan sok tahunya mengira Ari adalah Galen. Natasya tentu malu pada Ari yang seketika tampak tak nyaman kemarin.

"Naufal tuh ngeselin tau, Ra."

Nadira menautkan alisnya. "Ngeselin gimana?"

"Kemarin, waktu di Gramed, 'kan gue pergi sama Kak Ari, ter-"

"Lo sama Kak Ari pergi bareng?" sela Nadira memincing ke arah Natasya.

Natasya mencebik. "Iya, dia ngajakin, sekalian aja, gue 'kan emang mau beli novel."

"Terus?"

"Apanya?"

"Yang tadi?"

"Oh, yaudah terus gue ketemu Naufal."

Nadira mengerutkan keningnya, lalu menatap Natasya kesal.

"Terus bagian ngeselinnya apa?" tanya Nadira, gemas.

"Eh?" Natasya terkekeh pelan melihat wajah kesal Nadira. "Bagian ngeselinnya, lo tau, masa si Naufal dengan polosnya malah ngira Kak Ari itu Galen. Sumpah yah, Ra. Gue malu banget sama Kak Ari, dia langsung keliatan nggak nyaman gitu, loh setelah Naufal ngomong gitu."

LOVIN'U [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang