Chapter 21 | Pancake

7.6K 532 34
                                    

🎼Alone — Loren Gray 🎼

🎼Alone — Loren Gray 🎼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21.

Pancake (Panekuk)
_________________________________________

"Tapi karena kau... adalah perempuan menyedihkan."

Menyedihkan.

Aku menarik kedua ujung bibirku. "Cibir aku sepuas yang kau inginkan. Maka nanti aku akan tertawa terbahak saat mengingat banyak cacian yang kau berikan kepadaku."

"Kenapa?"

"Karena perempuan menyedihkan ini adalah perempuan yang nantinya membuatmu takut kehilangannya."

Geraldo tertawa sinis. "Sepertinya kau overdosis. Karena mengonsumsi obat penambah rasa kepercayaan diri yang terlalu banyak. Jangan terlalu menganggap dirimu itu sempurna, karena di mata orang lain kau begitu hina."

Lagi-lagi aku tersenyum. "Ayo cibir lagi keburukanku di matamu agar aku bisa tertawa lebih keras karena pria yang sangat membenciku adalah pria yang nantinya akan tergila-gila karena jatuh cinta kepadaku."

"Kau berbicara sudah seperti seorang peramal."

"Ya. Aku memang bisa melihat masa depan. Aku melihat, di mana kita berdua menikah dan punya tiga anak. Dua anak kembar laki-laki dan satu anak perempuan manis."

Tentu saja yang kalimat itu adalah kebohongan.

"Kau menjadi semakin gila setelah kecelakaan."

"Oh tenang saja," aku tertawa pelan. "Aku hanya menjadi gila di depanmu, baby boy."

"Bisakah kau berhenti memanggilku dengan sebutan yang membuat telingaku geli mendengarkannya?" protesnya sambil bersedekap, tatapannya semakin menajam.

"Maksud kau baby boy? Mhm... baby boy, baby boy, baby boy, baby boyshit!" aku yang sedang meledeknya tiba-tiba berhenti karena dengan kasar ia melempar tisu dan mengarah tepat masuk ke bibirku. Untung tidak kutelan.

Geraldo tersenyum puas sebelum berkata. "Sudah cukup basa-basi tidak berguna ini. Jadi apa yang sekarang bisa aku bantu untukmu? Jika tidak ada, aku akan pulang."

"Mhm... tolong mandikan aku."

"Sekali lagi mulutmu berkata sembarangan, sepatu yang aku gunakan sekarang akan aku lempar ke mulutmu itu seperti aku melempar tisu tadi!" ia menggertakku.

Aku tertawa. "Aku hanya bercanda. Maksudku tidak ada, tidak ada yang bisa kau bantu. Tapi aku ingin kau tetap di sini dan menemaniku sampai mimpi menjemputku."

TIGER [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang