Chapter 22 | Basketball

7.1K 549 42
                                    

22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22.

Basketball (Bola basket)
_________________________________________

Selain dikhianati, hal buruk lain juga pernah menimpaku di masa lalu. Ditindas dan dirundung seperti yang pernah aku katakan sebelumnya. Semacam ketenangan ketika sedang menikmati makan siang di kantin, harus menjadi kacau saat tubuhku mendadak basah kuyup akibat cola yang tertumpah sengaja membasahiku.

Atau kurang lima menit waktu yang dibutuhkan untuk buang air di toilet berubah menjadi setengah jam karena harus terkunci di dalamnya. Bahkan kehilangan nafsu makan karena sempat dijuluki badak berambut jagung.

Yang lebih membuatku merasa terhina adalah saat ulang tahunku dulu, aku diberikan sebuah gaun. Benar, gaun itu sangat indah dan mewah. Tapi ukurannya jauh lebih kecil dari ukuran badanku saat itu. Penghinaan menyedihkan.

Shirley, perempuan dengan rambut panjang gelombang berwarna merah adalah pelakunya. Perempuan yang memasang raut wajah angkuh dan sering meremehkan orang lain dengan berbagai penghinaan yang dilakukan olehnya.

"Ms. Glory apakah jendela lebih menarik perhatianmu daripada aku yang telah berdiri selama setengah jam untuk menerangkan angka-angka mematikan ini?"

Lamunanku buyar seketika saat suara bariton yang berasal dari Mr. Young, pria yang mengajar kelas matematika hari ini. Sepertinya dia jengkel, karena mulutnya yang sudah berbusa-busa menerangkan materi ternyata tidak mampu tertangkap sedikit pun di dalam otakku.

Ya, selain karena sesuatu yang membuatku kepikiran. Aku juga sangat membenci yang namanya matematika.

"Rompi yang bagus, Mr. Young." aku memujinya meski aku tahu itu justru membuatnya semakin jengkel karena mengalihkan pembicaraannya.

"Aku tidak haus pujian seperti kau," matanya menyorot tajam ke arahku. "Jika kau tidak ingin menyimak dengan baik apa yang sudah aku terangkan pada materi kali ini. Pintu itu terbuka keluar untuk kau, Ms. Glory." Tangan kekarnya menunjuk ke arah pintu.

Aku cekikikan sebelum beranjak. "Well, karena aku adalah murid yang patuh terhadap perintah. Maka aku akan keluar sesuai kemauanmu, Mr. Young."

Hendak melintasi pria pemilik kumis tebal yang tengah bersedekap, suara bariton miliknya kembali terdengar ke telinga. "Jangan main-main denganku. Sekarang kembali ke tempat dudukmu atau penggaris besi ini akan mendarat kasar pada tanganmu yang terpasang gips itu."

Aku berdecih. "Kau sangat labil dan kejam."

{~•~}

Setelah mendapatkan informasi dari Samuel bahwa kini Geraldo berada di dalam lapangan indoor sedang latihan basket, aku melangkah dengan pergerakan kaki yang lebih cepat. Membawa sebotol air mineral. Hingga menyadari sesuatu hal yang membuat langkahku melambat.

TIGER [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang