51.
The news I've been waiting for (Kabar yang kutunggu-tunggu)
__________________________________________Tanpa menyelesaikan film yang hampir tuntas, aku bersama Geraldo segera menuju rumah sakit. Suara langkah kaki tergesa-gesa memenuhi lorong, begitu kami sampai di sana. Semua ini karena kabar dari Bibi Frances mengenai kondisi Ibuku sekarang.
"Titania hati-hati."
Bahkan nasihat Geraldo yang ada di belakangku, seketika kuabaikan ketika berlari menaiki anak tangga—saking syoknya, aku sampai lupa menaiki lift dan menguras tenaga dengan berlari mencapai lantai paling atas, tempat Ibuku dirawat.
Sesampainya di depan pintu, langkahku terhenti sejenak. Menarik napas panjang terlebih dahulu, mengembuskannya pelan-pelan.
Geraldo menyentuh bahuku lalu memberikanku tatapan yang seakan memberitahukanku bahwa apapun yang terjadi dia ada di sampingku. Aku tersenyum simpul begitu Geraldo menggerakan dagunya, menyakinkanku.
Sekali lagi kutarik napas dan mengembuskannya secara perlahan, barulah kubuka pintu dengan jendela kaca itu amat hati-hati. Hingga seseorang yang begitu aku rindukan, tertangkap jelas di indra pengelihatanku
Rasanya ingin menangis detik ini juga.
"Titania... Blair, Ibumu..."
"...akhirnya siuman."
Kalimat yang Bibi Franches katakan tadi menggiang di telinga. Masih tidak percaya dengan kabar yang selama ini aku nantikan.
"Ibu." Bibirku bergetar ketika menyebut satu kata itu.
Wanita yang terbaring di atas brangkar, menoleh ke arahku. Mata kami saling bertemu, membuat detak jantungku berdegup bersama deru napas tak teratur akibat berlari tadi. Kedua sudut bibir wanita yang memilik rambut pirang persis sepertiku ditarik ke atas. Memperlihatkan sederet gigi putihnya.
"Ti-Titania."
Setelah sekian purnama, aku mendengarkan suara itu lagi. Tanpa sadar air mata jatuh dari pelupuk, aku segera menghampiri Ibuku dan memeluknya tubuhnya dengan begitu erat.
Melepaskan segala kerinduan yang menyerangku selama ini.
"Mom... I miss you so bad," lirihku dalam pelukan.
"Miss you too, darling." Ibuku membalas pelukan, sembari mengelus lembut puncak rambutku.
Sentuhan darinya membuatku merasa nyaman. Tidak ingin melepaskan pelukan karena momen yang sudah lama kutunggu, akhirnya terwujud malam ini. Akhirnya, Ibuku bangkit dari komanya setelah sekian lama mendekam di dalam ruangan berbau obat-obatan dalam mata terpejam lelap.
"Aku pikir aku akan kehilanganmu," lanjutku disertai isakan. Tangisan kebahagiaan yang tidak sanggup kuhentikan. Ya. Aku benar-benar bahagia.
"Kau tidak mungkin kehilanganku, maaf karena sempat meninggalkanmu. Aku hanya beristirahat sementara," jawabnya mengeratkan pelukan. Tampaknya, Ibu juga begitu merindukanku. "So, don't cry."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGER [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [15+] 48. Fernandes Jackson. 49. Landon Smith. 50. Geraldo Emilio. Setelah pertemuan tidak terduga malam itu, Titania Glory, sang Heartbreaker Queen, menjadikan pria misterius yang dingin, kasar dan tidak tersentuh pemilik...