Chapter 35 | Rejected?

6.7K 496 73
                                    

35

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

35.

Rejected : Tertolak?
___________________________________________

Kapal pecah. Dua kata yang kini menggambarkan kondisi kamarku. Bagaimana tidak, ada berbagai pakaian mahal milikku yang sekarang berserakan di lantai, kasur, meja, di mana-mana yang membuatku menjadi frustrasi sendiri karena aku paling pandai mengacau namun sangat malas merapikan.

"Oh, damn! Aku tidak punya pakaian yang bagus!" umpatku sembari mengacak-acak dress yang kini semua sudah tergeletak sembarangan.

Lantas aku mengempaskan tubuhku ke atas kasur yang juga dipenuhi oleh pakaianku sambil terkekeh tidak percaya jika kembali mengingat apa yang tadi Geraldo ucapkan. Mengajakku makan malam? Oh, sungguh mengejutkan dan jujur, ini membuatku berdebar. Tidak seperti biasanya.

Apa mungkin aku sungguh menyukainya? Tidak! Tidak boleh! Aku tidak boleh menyukainya karena hanya dia yang harus menyukaiku! Hanya dia!

"Tapi... apa mungkin dia benar-benar menyukaiku?" gumamku. "Apakah permainanan yang selama ini aku rencanakan telah menuju pintu sukses? Haha! Sepertinya pria itu memang sudah masuk ke dalam jebakanku!"

Aku meraih handphone yang sedari tadi berdiam di atas nakas kayu itu, mencari kontak seseorang lalu menghubunginya. Aku mengembuskan napas kecewa, "ponselnya tidak aktif. Pasti Dixie sedang berlatih renang sekarang."

Tiba-tiba saja percakapanku dan Dixie tadi di toilet sekolah tercetak di dalam kepala. Gadis berdarah Afrika-Amerika itu terlihat begitu mencemaskanku. Mengingatnya membuatku tanpa sadar mencipta senyuman. Tidak menyangka jika Dixie secemas itu kepadaku, takut apabila aku disakiti oleh pria lagi. 

"Beruntung sekali aku memiliki sahabat sepertinya! Ah, aku jadi merindukanmu, D!" seruku sembari menaruh kembali handphone'ku.

Baru saja meletakkan handphone kesayanganku itu, bunyi notifikasi lantas terdengar. Tanpa basa-basi aku kembali mengambilnya kemudian membaca pesan yang beberapa detik lalu terkirim kepadaku.

Mr. Emilio : Sekarang aku tidak bisa membantumu  di rumah, aku ada urusan darurat. Jika kau butuh bantuan, panggil saja temanmu. Atau jika perlu hubungi saja 911.

Aku membaca pesan panjang yang dikirim oleh Geraldo sebelum membalasnya dengan sedikit lama karena aku hanya bisa menggerakan jemari yang dimiliki oleh tangan kananku.

Me :  Bagaimana dengan makan malam kita?

Sekitar lima menit aku menunggu, sampai Geraldo membalas pesanku.

Mr. Emilio : Jam 7 malam. Kau naik taksi saja, aku malam menjemputmu. Aku akan menunggumu di restoran yang aku katakan tadi.

TIGER [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang