25.
Flashback (Kilas balik)
_________________________________________Satu alisku terangkat. "Membawa apa?"
Bibi Frances lalu berjalan mendekati sebuah nakas di dekat sofa, mengambil sebuah kotak berukuran kecil berwarna hitam—seperti wadah perhiasan. Lantas menyodorkannya kepadaku, aku menerima benda itu dengan gerakan sedikit ragu.
"Ini... apa?" tanyaku ketika kotak hitam itu sudah berada di tanganku.
Wanita di depanku mengangkat kedua bahunya sembari menggeleng. "Aku tidak sempat melihat apa isi dalamnya, jadi aku tidak tahu. Mungkin saja itu cincin lamaran untuk mengajakmu menikah."
Aku berdecak melihat Bibi Frances cekikikan ketika mengejekku.
"Kebetulan kau sudah ada di sini dan ada beberapa pekerjaan yang harus aku tuntaskan, jadi tidak apa-apa jika aku pergi sekarang? Nanti malam aku pasti akan kembali." Kata Bibi Frances.
"Tidak masalah." Sahutku paham. "Oh, terima kasih juga atas kebaikan Bibi selama ini. Ibu pasti sangat beruntuk memiliki saudari seperti kau. Nanti ketika Ibu sudah siuman, aku akan ceritakan segala kesetiaan yang telah Bibi berikan."
Bibi Frances tersenyum. "Bersabarlah. Blair akan segera sadar."
Aku mengangguk yakin. "Of course. I know that. Ibu adalah orang yang kuat... tidak perlu menatapku seperti itu Bibi, i'm fine."
"Oh, maaf." Bibi seperti merasa bersalah karena telah menatapku penuh rasa kasihan. "Aku tidak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman."
"Bukan masalah besar." Aku tersenyum. "Karena waktu adalah uang sebaiknya Bibi segera tuntaskan pekerjaan itu, menunda-nunda adalah hal kecil yang akan menjadi permasalahan besar nantinya."
"Right, honey. Sebaiknya aku pergi sekarang. But wait, bagaimana dengan pacarmu?"
"Don't worry. Dia akan segera kembali."
Bibi Frances mengecup hangat dahiku. Sensasinya terasa sama sperti ciuman yang diberikan oleh Ibu dulu. "Sampai jumpa nanti. Semoga tangan kau segera pulih dan jika terjadi sesuatu terhadapmu atau apapun itu, kau harus mengabariku. Kau itu sudah kuanggap seperti anak kandungku sendiri. Mengerti?"
Anggukan hangat menjadi balasanku. Bibi lantas pergi, menyisakan aku bersama Ibu yang tetap terbaring di dalam tempat bernuansa putih yang memiliki aroma obat-obatan kuat dengan suara mesin elektrokardiograf yang terdengar.
Pandanganku menuju ke arah kotak di tanganku, memilih duduk terlebih dulu di sebuah kursi yang letaknya tepat di samping brankar, barulah aku membuka isi kotak itu setelah jiwa penasaran yang menyerangku meronta-ronta untuk dilenyapkan.
Sebuah gelang.
Dengan satu huruf kapital terukir di indah yang terdapat gelang berwarna coklat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGER [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [15+] 48. Fernandes Jackson. 49. Landon Smith. 50. Geraldo Emilio. Setelah pertemuan tidak terduga malam itu, Titania Glory, sang Heartbreaker Queen, menjadikan pria misterius yang dingin, kasar dan tidak tersentuh pemilik...