1# Sudah Berapa Langkah?

193 7 0
                                    

Barangkali sudah jutaan, bukan? Aku –mungkin juga kamu, melangkahkan kaki menempuh apa-apa yang dituju. Sebagian besar orang menyebutnya sebagai kebahagiaan. Sebuah kata yang memiliki ragam definisi. Tak usah berdebat tentang bentuk kebahagiaan karena kalian pasti akan menemukan perbedaan. Tak usah berebut mengenai kekayaan, kekuasaan, kebijaksanaan atau bahkan ketakwaan yang akan menang karena tiap orang memiliki alasan untuk memilih apa yang harus diprioritaskan.

Selama 25 tahun perjalanan, langkahku rasanya sudah tak terhitung. Adakah manusia yang dengan rajinnya menghitung langkah kaki? Bahkan aku sempat atau mungkin memaksa lupa pernah ke mana saja kaki ini melangkah. Aku khawatir langkahku bukan langkah menuju pada tempat yang baik. Atau bagaimana jika ternyata tidak pernah ada tempat baik yang aku tuju? Tapi aku rasa tidak –sebuah pembelaan. Setiap orang pasti hidup dalam abu-abunya kehidupan, ia tak melulu baik, juga tak selalu berlaku buruk. Ingat pada poin pertama, bahkan setiap orang punya alasan mengapa dia menjadi begitu buruk. Langkah-langkahku adalah sebuah pencarian, pencarian yang disengaja pun yang tak sengaja kutemui di persimpangan jalan –membuatku belajar bagaimana memaknai hidup lebih dari yang seharusnya. 

Satu waktu langkahku amat cepat. Berjalan mulus bebas hambatan bak melalui jalan tol. Satu waktu aku bisa melambat, hingga pada akhirnya sempat terhenti. Aku, berpapasan dengan yang namanya rasa malas, putus asa, lelah, sesal, berbagai perasaan yang membuatku jatuh ke dalam dasar jurang. Perlu waktu lebih agar aku mampu merangkak naik, perlu keberanian, perlu kesiapan untuk menghadapi jatuh-jatuh yang lainnya. Mengapa? Karena fase ini kadang terus berulang dengan situasi yang berbeda.

Langkah kakiku adalah langkah kaki yang bertelanjang, menginjak segala sesuatu yang dihamparkan tanah tanpa terkecuali. Langkah kakiku tak terencana, atau lebih tepatnya tak melulu sesuai rencana. Beruntung, langkah kaki ini menuntunku dengan baik, meski tak selalu pada jalan yang aku inginkan. Bertemu dengan beragam manusia ciptaan-Nya, selalu jadi menyenangkan. Betapa Tuhan dengan kuasa-Nya mampu menciptakan manusia dengan keunikan yang mereka miliki.

Aku sempat dibuat bergantung pada ciptaan-Nya, dibuat bahagia, dibuat patah hati, dibuat jatuh cinta, hingga aku disadarkan kembali. Seolah Tuhan berkata “Hei, kau lupa? Aku yang menciptakanmu, yang mendengarkan keluh kesahmu, kenapa sekarang kamu mengharapkan dia lebih dari kamu mengharapkanKu?” Dan aku begitu tidak tahu diri karena Tuhan menegurku berkali-kali. 

Jejak ini penuh dengan perasaan cinta di setiap kisahnya. Cinta yang tentu saja tak selalu mengenai pasangan. Bukankah kali pertama kita menginjakan kaki di dunia ini sudah mengenal cinta? Cinta dari kedua orang tua kita. Sebuah pondasi yang lebih dari cukup karena atas dasar kehadiran mereka kita mampu belajar untuk saling mengasihi satu sama lain.

Jejak yang sama akan selalu nampak berbeda. Langkahku menapaki ruang yang tak berbatas, memasuki ribuan lorong waktu. Langkah kakiku menghasilkan berbagai kisah yang patut dikenang, pelajaran hidup yang tak akan kau temui di mana pun, sebuah pelajaran yang dinamakan pengalaman.

LANGKAH KAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang