9# Teguran

30 3 0
                                    

Allah itu Maha Baik, sangat baik. Allah memberi masalah pasti selalu satu paket dengan penyelesaiannya -disadari atau tidak. Jika kalian belum sadar coba dibuka lagi pikirannya, coba diingat-ingat lagi. Pikirkan hal yang paling sederhana saja, kalian masih bisa bernapas itu sudah suatu kebaikan dari Allah SWT. Sudah sepatutnya bukan kita bersyukur? Kadang kita lupa karena terlalu mengejar dunia.

Ini adalah lanjutan dari cerita sebelumnya tentang bagaimana yang namanya berjuang dan kerja keras. Setelah melalui pahit manisnya perjalanan perizinan ke berbagai sekolah, aku belajar banyak hal dari siapa pun dan di mana pun. Aku mulai terbiasa berkeliling sendiri, aku mulai mencintai si Tayo alias Damri, si bis yang ramah. Aku mulai belajar untuk menikmati perjalanan bukan hanya sekadar tidur. 

Pertama kali sendirian, pernah melakukan kebodohan? Terlampau sering. Kamu tahu rasanya lelah menunggu surat perizinan berhari-hari? Tentu sebagian kalian pasti tahu. Aku, setelah penantian panjang itu justru menemukan fakta kalau nama sekolah dalam surat salah satu angka, dan itu fatal. Greget. Aku harus kembali ke kampus, membuat surat yang baru, menunggu lagi berhari-hari. Segalanya bahkan belum berakhir sampai di situ. Aku tersasar saat perjalanan mengantar surat, dari yang harusnya ke Cibiru, malah ke Majalaya. Betul-betul kebodohan yang datang di waktu yang tidak tepat. 

Di hari-hari berikutnya, aku melakukan kebodohan lagi. Di saat aku sudah sampai di sekolah dan akan menyebar angket, aku lupa dengan apa yang aku kenakan. Benar-benar lupa yang tidak disengaja. Aku tidak membawa jas almamater, aku mengenakan celana jeans dan kaos. Sebuah proses mengambil keputusan antara sadar dan tidak sadar. Aku menyadari itu ketika sudah ditegur Kepala Sekolah. Ya Allah, malu rasanya. 

Ibu kepala sekolah menegurku dengan tata bahasa akademik yang baik, beliau tidak memaki sambil memasang muka masam. Beliau baik, aku belajar dari beliau, dan aku mengakui itu sepenuhnya kesalahanku. Beliau bilang meskipun aku orang baik, dengan penampilan seperti itu, orang tidak akan memandang aku baik apalagi ketika aku masuk ke institusi pendidikan. Beliau bilang ketika kita berada di dalam suatu institusi tertentu mau tidak mau kita harus bisa mengikuti aturan di dalamnya, kita harus bisa menempatkan. Aku hanya bisa meminta maaf pada beliau dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. 

Kejadian yang aku alami memberiku pelajaran bahwa pencitraan itu penting. Jangan melulu melihat pencitraan sebagai sesuatu yang negatif karena pada akhirnya kita kelak akan membutuhkannya. Aku mahasiswa komunikasi yang harusnya paham prinsip komunikasi, tapi saat itu aku benar-benar lupa, lupa bahwa komunikasi adalah proses simbolik. Apa yang kita kenakan adalah simbol, menimbulkan banyak persepsi. Impression management alias pengelolaan kesan itu penting karena ketika orang pertama kali melihat kamu, yang dilihat adalah apa yang kamu kenakan, apa yang kamu katakan, bukan isi hati kamu, dia tidak peduli kamu orang baik atau tidak.

Lebih dari itu, di luar semua itu, selalu ada hikmah. Hikmahnya adalah aku merasa dicubit Allah. Allah tahu sekali kapan harus menegurku dan bagaimana caranya. Ya, dulu aku sempat berkomitmen untuk mulai berproses hijrah mengenakan pakaian-pakaian yang seharusnya, yang tidak hanya tertutup tapi benar-benar sesuai syariat, aku ingin meninggalkan celana jeans, mulai belajar pakai celana yang tidak ketat, belajar pakai rok juga. Dulu kendalanya selalu bilang, nanti ya Allah kalau dapet rezeki, nanti, nanti, nanti sampai kemudian aku ditegur oleh kepala sekolah, aku baru sadar mungkin Allah sedang menagih janji. Kapan, Nak?

LANGKAH KAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang