10# Jalan Hijrah

26 3 0
                                    

Hijrah, menjadi kata yang saat ini tengah familiar kita dengar. Entah itu pada kalangan publik figur atau masyarakat biasa di sekitar kita. Hijrah sederhananya dari yang pernah kubaca adalah suatu perpindahan dari keadaan yang semula buruk menjadi keadaan yang baik, dari kondisi yang sudah baik menjadi kondisi yang lebih baik. Ada momentum tersendiri bagi seseorang ketika memutuskan untuk berhijrah. Pun mungkin ada perantara bagi seseorang tersebut untuk menemukan jalan hijrahnya.

Sebenarnya aku tidak tahu apa aku perlu mengklaim bahwa aku sudah berhijrah atau belum. Bagiku, hijrahku adalah mampu bangkit dari titik terkelam dalam hidup, mampu berupaya selalu dekat dengan-Nya, berupaya menjadi lebih baik. Dan apakah aku mampu? Aku sedang berupaya.

Aku pernah berada di titik merasakan kosong dalam hidup. Pernahkah kamu menjalankan ibadah seperti biasa, tapi rasanya hampa? Seperti itulah aku saat itu. Ibadahku terasa hanya sebagai syarat untuk melaksanakan kewajiban, jiwaku tak berada di dalamnya. Aku terjebak pada kondisi sulit yang tidak bisa kuatasi. Aku dipenuhi rasa takut dan khawatir. Ibu kala itu sedang sakit-sakitan sedang aku tak berada di sisinya karena menyelesaikan skripsi. Skripsiku pun saat itu mengalami banyak kesulitan. Seolah ujian datang kepadaku tanpa henti. 

Aku menarik diri dari lingkungan, menghindari teman-teman menjadi pilihan terbaik yang bisa kulakukan. Aku terbiasa menyendiri di perpustakaan kampus, mencari sudut-sudut yang tak terlihat, berusaha untuk tidak ditemukan. Menyedihkan sekali. Aku merasa jiwaku sakit. Aku merasa aku harus mengadu. Aku ingin sembuh, aku berupaya ingin kembali merasakan bahagia hingga aku sampai di tempat konseling psikolog. Tahukah kamu? Ternyata aku tidak cukup berani, aku selalu terhenti sampai di depan pintu. Pada akhirnya aku mencari alternatif lain, berkonsultasi dengan teman-teman dari jurusan Psikologi. Aku sampai sebegitunya? Iya. Dan aku menahan segalanya sendirian.

Ada yang salah pada hidupku dan pada caraku berpikir. Aku terlalu mengandalkan manusia tapi lupa mengandalkan Allah, aku lupa bahwa bagi Allah dunia dan seisinya ini bahkan tak ada apa-apanya. Aku mendekati manusia, tapi lupa mendekati Allah. Hingga satu hari Allah mengirimkan aku hidayah melalui seseorang, seseorang yang ternyata sangat dekat dan tidak pernah meninggalkanku. Ia memberiku sebuah rekaman ceramah dari Ustad Hanan Attaki dan buku kecil “Dzikir Al-Matsurat”.

Ceramah tersebut berisi tentang keajaiban dalam hidup, bahwa ternyata iman kita belum semaksimal itu, belum seajaib itu untuk dapat mendatangkan keajaiban dalam hidup. Di buku kecil dzikir Al-Matsurat ada doa yang paling aku sukai “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (Al-Baqarah: 284-286).” Tenang hatiku begitu membacanya.

Jika ada seseorang yang karenanya aku harus berterima kasih, maka dia adalah sahabatku –Aryan. Seorang sahabat yang pantang menyerah mengingatkan, yang begitu sabar menguatkan. Aryan, seorang sahabat yang sejak kali pertama aku mengenalnya, ia begitu menginspirasi. Bukan, ia bukan perempuan sempurna. Ia hanya seorang perempuan yang terkadang kekanak-kanakan, tapi bisa menjadi begitu dewasa. Ia perempuan yang penuh perhatian, yang akan langsung mengetahui bahwa temannya sedang tidak baik-baik saja.

Aryan, darinya aku belajar mensyukuri hidup. Bahwa hidup yang Allah berikan tidak sepatutnya dikeluhkan. Ah aku begitu menyesal tidak menyadari ini sejak lama, aku merasa hidupku yang sebelumnya sia-sia. Namun, setiap orang mungkin memang memiliki waktunya sendiri. Ini mungkin waktuku, waktu di mana aku harus menjaga setiap hidayah yang telah Kau berikan. 

Teruntuk Aryan, terima kasih sudah menjadi perpanjangan tangan Allah untuk menunjukkanku pada pintu kebaikan. Semoga segala bentuk kebaikan juga datang pada hidupmu.

LANGKAH KAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang