14# Pejantan Tangguh 2

45 3 0
                                    

“Dewa… ke kampus yuk…”

“Dewa.. kapan revisian?”

“Dew, urang bete…”

“Dew. Mau ikut acara ini gak?”

Begitulah aku merengek pada Dewa, seorang sahabat yang aku kenal sejak kurang lebih 5 tahun lalu. Setelah aku merengek, dia pasti akan mengomel.

“Mau apa sih, udah lulus juga luu…”

“Duh urang mau ke dokter gigi nih.. besok ajalah yaa.”

“Dasar jomblo, makanya cari pacar.”

Dan ocehan-ocehan lain yang tak aku pedulikan karena pada akhirnya ia akan tetap mengusahakan untuk datang. Aku, kalau ada apa-apa larinya ke dia dulu. Selalu merasa sungkan dengan teman laki-laki lain yang padahal lebih “dekat”. Maaf ya Dew, aku sadar aku sudah banyak merepotkanmu. Hati si Dewa ini nggak tahu terbuat dari apa, dari sekian banyak teman laki-laki yang aku kenal, dia adalah satu-satunya yang paling baik. Lebay mungkin, tapi begitulah dia, kadang bisa bikin perempuan salah paham karena kebaikan dia, untungnya aku tidak termasuk dalam hitungan. Dewa tidak hanya baik padaku, dia memang baik pada semua orang, pada semua perempuan. Terang saja, si Dewi –pacarnya, akan cemburu kalau tahu kelakuan dia sebaik itu.

Aku dan Dewa sudah tidak terlalu sering berkomunikasi, apalagi kami sama-sama sudah lulus. Kalau salah satu dari kami tiba-tiba menghubungi, sudah dipastikan itu ada butuhnya. Tapi kami, aku lebih tepatnya akan mengusahakan ada ketika dia membutuhkan. Aku adalah orang yang selalu memegang prinsip jika ada orang yang baik padaku, maka akan aku perlakukan dia lebih baik. Dewa adalah salah satunya. Memang perangai Dewa ini seperti apa?

Flashback 5 tahun ke belakang, pertama aku lihat dia, aku langsung berpikir “Ini cowok aneh banget.” Asli, serius. Dia itu satu-satunya cowok yang tidak tahu malu, tak kenal jaim, bahkan pada orang yang tak dia kenal. Kentut sembarangan dan ngupil sembarangan sudah jadi ciri khasnya dia. Kalau lagi buka sepatu, dia akan dengan isengnya ngendus bau kakinya sendiri. Pertama kali banget aku kenal dan jalan bareng dia di kampus rasanya pengen ngumpetin muka gitu karena ada saja tingkah aneh yang dia lakuin. Apa mungkin dia begitu karena udah punya cewek cantik?

Allah itu maha baik, semakin aku menghakimi, semakin Allah menunjukan seperti apa dia sebenarnya. Allah menakdirkan kami satu kelompok dalam berbagai tugas kampus. Aku hampir tak menyangka karena itu memang tidak direncanakan. Siapa mengira kini kami menjadi teman baik, aku, dia, dan ketiga temanku yang lain.

Semakin aku mengenal Dewa, semakin aku mengetahui karakternya, semakin aku maklum dengan kelakuan anehnya. Dalam tugas kelompok, entah kenapa aku gak tega buat marahin dia padahal dia jelas-jelas kebanyakan bercandanya, kebanyakan cuman makan, tiduran, makan, tiduran, gitu aja terus. Dia dijuluki seksi konsumsi dan spesialis bikin slide presentasi. Hampir di setiap tugas kelompok, slide presentasi yang di dalamnya berisi ornamen tirai-tirai, sudah pasti itu bikinan dia. Meskipun begitu, aku merasa tertolong dengan kehadiran dia, setidaknya ia selalu memberi aura kebahagiaan dalam kelompok.

Dewa adalah salah satu sahabat laki-laki yang membuat aku bisa terang-terangan bercerita segala hal, dia yang selalu memberi masukan-masukan so bijak sambil bercanda. Mungkin hanya dengan dia aku berani terbuka tanpa rasa malu. Berbeda ketika aku dengan laki-laki lain karena mungkin ada rasa segan atau perasaan yang terpendam. Dewa memang sudah aku anggap sebagai kakak.

“Kenapaa.. kamuu kenapaa.. sinii come to Papa…”

Satu kalimat yang aku ingat dari dia ketika aku terlihat galau atau sedang bad mood. Satu kalimat yang kadang membuat aku terharu sejak aku kehilangan papaku dulu. Hanya dengan kalimat begitu saja aku terharu meskipun di hadapannya aku suka ketawa kalau dia ngomong begitu. Aku akan curhat sampai berbusa, sampai berjam-jam. Kadang dia menimpali, kadang dia manggut-manggut, entah mendengarkan entah tidak, tapi yang pasti mampu membuatku merasa lega.

Si Dewa ini, terkadang bawel dengan kisah cinta aku. Melabeliku dengan sebutan jomblo, memamerkan foto pacar agar aku iri, dan berusaha menjodohkanku pada temannya. Mungkin dia kasihan dan bosan kali ya mendengar curhatan aku yang hatinya dipatahkan berkali-kali. Si Dewa sangat yakin temannya ini bisa membahagiakanku, ah tapi saat ini aku sedang trauma jatuh cinta. Semoga suatu saat aku bisa menemukan laki-laki baik, dan ia mau menyusun kepingan yang sempat patah ini.

Tiga hal yang selalu aku salutkan tentang Dewa.

Pertama, kemana-mana dia selalu membanggakan pacarnya. Dewi cantik, Dewi baik, Dewi perhatian, Dewi ini dan itu. Iya sih sebaik-baik dan setianya Dewa, imannya juga seringkali diuji apalagi kalau sudah lihat cewek cantik, sepertinya semua laki-laki akan seperti itu. Tapi setelah dia puas memperhatikan cewek itu, dia akan bilang “Masih cantikan Dewi..” Hmmmm

Dewa akan habis-habisan membuat ceweknya bahagia. Kalau sama temen aja dia bisa sebaik itu, kebayang gak sih gimana dia sama ceweknya? Aku merasa dia beruntung punya Dewi, cewek cantik nan imut. Tapi aku juga merasa Dewi beruntung bertemu Dewa. Aku bisa menjamin dia adalah laki-laki yang baik, setia, dan bertanggung jawab (semoga jaminanku ini benar). Sangat sedikit cuy cowok yang membanggakan ceweknya kemana-mana. Aku bahkan bertanya-tanya, dulu mantan pacarku begini gak ya?? kayaknya ngga deh. Oke skip.

Dua, Dewa ini sangat menyayangi ibunya. Setiap aku jalan bareng dia, dia pasti teleponan sama ibunya. Aku iri, dulu belum sempat seperti itu. Sudah bisa dipastikan bukan? Cowok yang menghormati dan menyayangi ibunya kelak juga akan melakukan hal yang sama untuk pasangannya.

Tiga, Dewa adalah laki-laki tegar yang periang. Aku ingat dulu dia pernah cerita tentang masalah besarnya, aku juga tahu betapa dia sangat sedih ketika kehilangan ayahnya. Aku tahu kesedihan itu seperti langit runtuh yang mungkin menghujam hatinya. Tapi kesedihan itu tak membuat keceriaannya hilang. Ia masih bisa bercanda meskipun terasa amat garing, ia berusaha menutupinya padahal dia lupa bahwa aku dan ketiga temanku yang lain sudah mengenal dia lama. Ia tak pernah mengeluh, tak pernah merengek. Dewa hanya menghilang sesaat, membuat kami sempat risau, tapi kemudian dia kembali dengan keceriaan dan keanehannya seperti sedia kala.

Dear Dewa,

Terima kasih sudah jadi sahabat baik, sudah membuat hidup aku jadi lebih berwarna karena sering membuatku tertawa di sela-sela aku patah hati. Terima kasih selalu berusaha ada di saat dibutuhkan, entah buat anter ketika aku nyasar, buat nemenin ketika sendirian, buat dengerin curhatan, atau cuman buat minjemin power bank. Maaf sudah banyak merepotkan. Aku tau aku tak boleh selalu mengandalkanmu. Layaknya laut, ada pasang dan surut, begitupun persahabatan kita, mungkin berangsur-angsur kita akan punya kesibukan, tapi jangan lupa untuk menyapa. Jangan lupa, kelak kita bisa double date, kamu dengan Dewi, aku dengan siapa pun nanti. Jaga Dewi yaa, jangan disakitin hatinya, dia cantik loh kamu rentan ditikung. Tetap menjadi Dewa yang menyenangkan semua orang.

Semoga bahagia…

LANGKAH KAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang