Pagi kemarin, aku bertemu orang asing.
Senyumnya, sorot matanya, mengunciku.
Siangnya, aku bertaruh.
Entah aku atau ia yang memulai,
kami akan sama-sama saling meninggalkan jejak.
Saat petang datang,
Aku sadar jejak itu sama sekali tak boleh ada.
Aku dan dia, tidak bertemu dalam satu dimensi waktu yang sama.
Hari ini kami sama-sama saling diam,
sesekali mungkin mencuri pandang dari jarak yang tak bisa dibilang jauh.
Aku, selalu berada di depannya,
membuatku lelah harus selalu menoleh ke belakang.
Apa yang sedang aku perbuat?
Sadar atau tidak, aku memastikan dia ada.
Aku benar-benar lupa bahwa tidak boleh ada jejak di antara kami.
Tapi bagaimana? Langkahku selalu berjalan ke arahnya.
Hati kecilku terlalu berisik.
Katanya, apa benar tak boleh ada jejak?
Jika saat ini belum tepat, apa akan tepat di masa depan?
Pertanyaan-pertanyaan pembenaran, untuk langkah yang tidak bisa dihentikan.
Hey, kamu. Apabila memang berniat,
kuharap bukan lagi sekadar meninggalkan jejak.
menetaplah, jangan beranjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGKAH KAKI
Short StoryLangkah kakiku adalah langkah kaki yang bertelanjang, menginjak segala sesuatu yang dihamparkan tanah tanpa terkecuali. Langkah kakiku menapaki ruang yang tak berbatas, memasuki ribuan lorong waktu. Langkah kakiku menghasilkan berbagai kisah yang pa...